Meski bertingkat dua, rumah Sri Rahayu (43) atau Yayuk warga Kampung Nelayan Tambaklorok, Semarang, terbilang jauh dari kata layak. Rumahnya hampir tenggelam karena harus terus ditinggikan gegara bersaing dengan rob yang semakin sering mampir.
Rumah Yayuk yang beralamat di RT 5/RW 13, Kelurahan Tanjung Mas itu memang bisa dibilang memprihatinkan. Untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri, Yayuk harus menunduk dan berjalan beberapa langkah sampai area tangga menuju lantai dua rumahnya.
Lantai satu rumahnya memang sudah tak bisa ditinggali. Area itu sudah tertimbun oleh tanah uruk yang digunakan agar rumahnya tak kebanjiran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, area lantai satu rumah itu hanya menyisakan ruang 1 meter antara lantai dan atap. Ruang yang gelap dan air menggenang membuat suasana masuk rumah mirip seperti rasa menjelajah gua. Nyamuknya juga banyak.
"Ini terakhir diuruk Februari lalu sebelum Pemilu, dapat bantuan dari pelanggan saya di Bea Cukai. Dia kan nanya-nanya terus saya curhat lantai dua rumah saya itu kan dari triplek sudah lapuk nah dia ngasih bantuan buat ganti triplek, ada sisa saya buat uruk ini 7 colt," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (7/8/2024).
Sebelum itu, kondisinya malah lebih parah. Air rob disebut sering mampir bahkan dalam kondisi tertentu air di lantai satu rumahnya bisa mencapai setinggi paha.
"Saya kalau mau kerja ya nunggu air sampai selutut dulu baru bisa keluar," katanya.
Menurut Yayuk, lantai satu rumahnya memang sudah lama selalu menjadi tempat genangan. Seingatnya, rumahnya terakhir bebas genangan antara tahun 2016-2018.
Rumahnya bahkan sempat lebih rendah dari jalan karena dirinya tak mampu membeli tanah uruk. Warga yang kasihan akhirnya memberi bantuan kepada Yayuk agar dia bisa meninggikan rumahnya.
"Dulu belum segini, ini udah diuruk beberapa kali, dulu pernah ditolong sama RT sama warga sini dua orang, diuruk 7 truk yang lemah uruk bongkaran rumah terus ini kan jalan ditinggiin lagi, ini udah diuruk lagi," katanya.
Lantai 2 Rumah Seperti Gudang
Yayuk mengaku beruntung karena rumahnya memiliki dua lantai. Jika tidak, mungkin saat ini rumahnya sudah tenggelam oleh tanah uruk.
Namun, kondisi lantai dua rumah yang dia tinggali juga tak bisa dibilang baik. Tempat tidurnya bersama adik dan satu anaknya juga lebih nampak seperti gudang. Tak ada sekat ruangan di area itu. Seluruh barang menumpuk di sisi-sisi ruangan, dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk tempat tiga orang tidur.
"Dulu nggak dua lantai, mulai lantai dua kurang lebih tahun 2001 itu rob itu salah satu faktornya aja tapi kedua karena anaknya udah pada gede jadi kan butuh kamar lagi kalau cuma satu lantai kan cuma dua lantai doang," ujarnya.
![]() |
Yayuk menyebut dirinya sudah pindah di Semarang sejak umur 5 tahun atau 38 tahun silam. Rumah itu milik orang tuanya yang memiliki tujuh anak.
Saat ini, rumah itu hanya ditinggali oleh Yayuk, adiknya, dan anaknya yang masih berusia SMP. Yayuk sebenarnya memiliki dua anak, tapi anak pertamanya yang berjenis kelamin perempuan terpaksa dia titipkan di panti asuhan karena merasa tak mampu untuk membiayai.
"Saya single anak saya dua, jujur anak saya yang gede saya taruh di yayasan karena kan saya nggak mampu untuk menyekolahkan jadi kakaknya terpaksa saya taruh di panti, adiknya ikut saya," jelasnya.
Untuk makan sehari-hari, Yayuk memang hanya mengandalkan bisa upah Rp 60 ribu per hari dari kerjanya sebagai pelayan di kantin dekat Bea Cukai Semarang. Sedangkan adiknya yang berkebutuhan khusus itu, saat ini hanya mendapat uang dari memulung.
Tak Pernah Ada Bantuan
Dengan kondisi seperti itu, Yayuk mengaku belum pernah dapat bantuan dari pemerintah. Jangankan untuk bantuan bedah rumah, bantuan untuk meringankan beban hidupnya saat pandemi COVID-19 pun disebut tak ia dapatkan.
"Nggak sama sekali (ada bantuan) BLT, PKH terus uang apa itu nggak dapat sama sekali," ujarnya.
Beberapa kali dirinya diminta mengurus administrasi untuk bantuan perbaikan rumah. Beberapa kali juga rumahnya disurvei terkait bantuan itu, namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda bantuan itu akan datang.
"Terakhir sudah disuruh numpuk-numpuk foto rumah terus foto kopi sertifikat rumah, disuruh numpuk ke Pak RW sudah saya tumpuk dulu Pak RW bilang abis Lebaran tapi ya udah sampai sekarang nggak ada konfirmasi. Dulu sebelum RW itu Pak Imam juga pernah sudah numpuk KK saking seringnya sampe lupa berapa kali. Saya cuma pasrah, ya udahlah kalau rezeki pasti dapat lah," ungkapnya.
Hal itu diamini oleh Ketua RT setempat, Marsudi. Dia juga mengaku heran mengapa pengajuan bantuan untuk Yayuk tak pernah mendapat hasil.
"Sering kali diajukan jadi dari Pak RT, Pak RW juga mengajukan. Ada pihak-pihak dari dinas-dinas lain datang survei langsung, dari dinas mana kadang saya lupa itu ternyata sampai sekarang tak pernah terealisasi padahal di situ layak dibantu dan sangat layak dibantu," katanya saat ditemui di rumahnya.
Menurutnya, Yayuk memang layak mendapat bantuan. Beberapa warga yang saat itu ada di sekitar rumah Pak RT juga mengaku prihatin dengan kondisi Yayuk.
"Nggak pernah (dapat bantuan), nggak dapat apa-apa saya juga kurang begitu tahu (alasannya), kita juga sudah mengajukan," tambahnya.
(aku/rih)