Apa itu tangga nada? Sederhananya, pengertian tangga nada adalah susunan nada yang memiliki jarak dan urutan tertentu. Bayangkan tangga yang mengantarkan kita ke melodi indah, di mana setiap anak tangga mewakili nada dengan karakternya sendiri.
Memahami tangga nada membuka pintu bagi kita untuk memahami dan menciptakan musik. Kita dapat mempelajari bagaimana melodi dibentuk, bagaimana nada-nada dikombinasikan untuk menghasilkan harmoni yang indah, dan bagaimana tangga nada yang berbeda dapat membangkitkan emosi yang berbeda.
Mari simak pembahasan tentang pengertian tangga nada yang dihimpun dari buku Konsep Dasar Seni Musik oleh Andika Ahmad dan Pembelajaran Seni Musik oleh Aldi Nurhadiat Iskandar, M. Pd. berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Tangga Nada
Tangga nada adalah rangkaian bertingkat yang berasal dari nada-nada dasar dalam suatu sistem nada. Dimulai dari nada dasar hingga mencapai oktafnya, seperti do, re, mi, fa, so, la, si, dan do.
Beberapa juga menjelaskan bahwa tangga nada adalah susunan nada dengan menggunakan rumus interval tertentu, yang merupakan jarak antara satu nada ke nada lainnya. Jarak ini dapat berupa Β½, 1, 1 Β½, atau 2, dan menentukan variasi dan jenis dari tangga nada itu sendiri.
Jenis Tangga Nada dan Ciri-Cirinya
Terdapat 3 jenis tangga nada, yaitu diatonis, pentatonis, serta kromatis. Mari simak ciri-ciri, urutan, dan contohnya berikut ini.
Tangga Nada Diatonis
Nada diatonis adalah tangga nada yang terdiri dari tujuh nada dan memiliki dua jenis interval nada, yaitu 1 dan 1/2. Kata "Diatonis" berasal dari bahasa Spanyol "Diatonikos," yang berarti meregangkan, dan sering digunakan dalam konteks tangga nada minor dan mayor.
Dalam teori musik, diatonis dianggap sebagai komponen dasar musik dunia dengan tujuh not berbeda dalam satu oktaf, seperti yang dapat ditemui pada piano. Dalam solmisasi, not-not tersebut disebut "Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si" (dengan "Si" sering digambarkan sebagai "Ti" untuk membedakan huruf pertama setiap not).
Tangga nada diatonis juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu mayor dan minor. Mari lihat perbedaanya berikut ini:
1. Tangga Nada Mayor
Skala mayor umumnya dimulai dengan 'Do' sebagai not awal dan diakhiri dengan 'Do' yang lebih tinggi satu oktaf dari not pertama. Tangga nada mayor terdiri dari delapan not dengan interval berurutan: 1, 1, 1/2, 1, 1, 1, 1/2.
Ciri khas dari tangga nada mayor antara lain:
- Biasanya dimulai dan diakhiri dengan nota 'Do'
- Menunjukkan semangat yang tinggi
- Mencerminkan sifat yang ceria dan gembira
- Mengikuti pola interval: 1, 1, 1/2, 1, 1, 1, 1/2
Beberapa contoh lagu yang menggunakan tangga nada mayor antara lain Berkibarlah Benderaku, Bangun Pemudi Pemuda, dan Hari Merdeka.
2. Tangga Nada Minor
Tangga nada minor memiliki beberapa karakteristik utama. Antara lain kurang bersemangat, bersifat sedih, ketika dimainkan akan muncul nuansa sedih, dalam, dan khidmat, memiliki pola interval 1, 1/2, 1, 1, 1/2, 1, 1, serta diawali dan diakhiri dengan nada La = A.
Selanjutnya, tangga nada minor juga terbagi lagi ke dalam 3 jenis yaitu tangga nada asli, minor harmonis, dan minor melodis.
- Tangga nada minor asli hanya memiliki nada pokok serta tidak ada sisipan di dalamnya. Contohnya A-B-C-D-E-F-G-A.
- Tangga nada minor harmonis yaitu nada ke-7 akan dinaikkan 1/2 nada, pada waktu naik serta turun nadanya akan sama.
- Tangga nada minor melodis adalah tangga nada minor yang pada nada ke-6 serta ke-7 akan dinaikkan 1/2 nada pada waktu naik (menggunakan simbol kres #). Kemudian diturunkan 1/2 nada (menggunakan simbol mol b) ketika turun.
Beberapa contoh lagu yang menggunakan tangga nada minor antara lain Mengheningkan Cipta, Gugur Bunga, dan Bagimu Negeri.
Tangga Nada Pentatonis
Tangga nada pentatonis adalah jenis tangga nada yang terdiri hanya dari lima nada pokok. Tangga nada ini sering ditemui di wilayah Nusantara, dan tidak mengherankan bahwa banyak musik Nusantara yang menggunakan pola nada pentatonis.
Ragam tangga nada pentatonis dibedakan oleh jarak antar nada dan pilihan nada yang diambil. Dari segi nadanya, terdapat variasi tangga nada pentatonik yang menggunakan sistem pelog dan slendro. Penjelasan tentang tangga nada pentatonik di bawah ini berfokus pada tangga nada gamelan Jawa.
1. Tangga Nada Pelog
Sistem rangkaian lima nada dalam satu oktaf, dengan pola jarak nada yang tidak merata, terdiri dari tiga jarak dekat dan dua jarak jauh. Susunan nada pada tangga nada pelog adalah 1-3-4-5-7.
2. Tangga Nada Slendro
Urutan nada-nada dalam satu oktaf dengan pola jarak yang hampir merata terdiri dari lima nada. Tata letak nada-nada ini dalam tangga nada diatonis diatur sebagai berikut 1-2-3-5-6.
Nada-nada yang terdapat dalam tangga nada slendro mencakup Penunggul (simbol 1, disebut siji atau ji), Gulu (simbol 2, disebut loro atau ro), DhΓ‘dhΓ‘ atau Tengah (simbol 3, disebut telu atau lu), LimΓ‘ (simbol 5, disebut limΓ‘ atau mΓ‘), dan Nem (simbol 6, disebut nem).
Beberapa contoh lagu yang menggunakan tangga nada pentatonis antara lain Kincir-Kincir, Lenggang Kangkung, dan Suwe Ora Jamu.
Tangga Nada Kromatis
Tangga nada terakhir adalah tangga nada kromatis, yang terdiri dari 12 nada dengan interval 1/2 nada di setiap not. Sebenarnya, tangga nada ini berasal dari diatonik mayor, di mana bagian nada yang berbeda pada diatonik mayor kemudian dipecah menjadi interval setengah dan setengah dalam tangga nada kromatis.
Walaupun terdapat 12 nada di dalam satu oktaf, tapi hanya terdapat 7 oktaf pertama dari abjad yang digunakan untuk nama nada, yaitu A, B, C, D, E, F, G. Lima nada yang lain diberi nama dengan menempatkan tanda kres dan mol.
Tangga nada kromatis banyak digunakan dalam berbagai jenis musik seperti jazz, musik rohani, pop, dan beberapa lagu rock. Beberapa contoh lagu yang menggunakan tangga nada kromatis antara lain Bungong Jeumpa dari Aceh dan Indonesia Pusaka yang dikarang oleh Ismail Marzuki.
Demikian penjelasan mengenai pengertian tangga nada, ciri-ciri, jenis, urutan, dan contohnya. Semoga bermanfaat!
(par/par)