Memburu Pelatih Marching Band, Menguak Skandal Piagam Palsu

Memburu Pelatih Marching Band, Menguak Skandal Piagam Palsu

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 16 Jul 2024 11:09 WIB
Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena (tengah berkaca mata) saat memberikan keterangan pers di kantornya, Selasa (9/7/2024)
Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena (tengah berkaca mata) saat memberikan keterangan pers di kantornya, Selasa (9/7/2024) (Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng)
Solo -

Terungkapnya penggunaan piagam marching band palsu yang digunakan puluhan calon siswa untuk mendaftar PPDB SMA di Semarang masih menyisakan pertanyaan. Orang tua calon siswa justru mengaku jadi korban karena mereka tak tahu menahu jika piagam yang mereka dapatkan ternyata palsu.

Pelatih Marching Band SMPN 1 Semarang, kini jadi orang paling dicari untuk menguak misteri piagam palsu ini. Saat ini setidaknya sudah ada 3 pihak yang mencari S, yakni orang tua calon siswa, Inspektorat Jateng, dan polisi.

Dicari Ortu Calon Siswa

Salah satu perwakilan orangtua, Indah mengatakan selama ini mengetahui anak-anak mereka juara satu dalam lomba Marching Band tingkat internasional di Malaysia yang digelar virtual saat Pandemi COVID-19. Piagam yang diberikan pun sudah dilegalisir, bahkan ucapan selamat mendapatkan medali emas diunggah di media sosial sekolah yaitu SMPN 1 Semarang .

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada surat keterangan sekolah soal piagam itu. Pernah diposting kemenangan kita di medsos sekolah. Kita tidak ragu karena sudah ada dari Kepala Sekolah. Di cc juga ke Dinas Pendidikan Kota Semarang," kata Indah di daerah Sampangan, Sabtu (13/7/2024).

Indah menjelaskan permasalahan soal piagam itu diketahui di hari terakhir pendaftaran oleh para orangtua. Mereka terkejut ternyata dalam perlombaan itu marching band itu juara yang diperoleh adalah juara tiga bukan pertama.

ADVERTISEMENT

Para orangtua sudah berupaya menghubungi berbagai pihak untuk melakukan pengubahan karena piagam prestasi lain masih ada. "Kami ketahui bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Tidak ada ruang mengubah karena masa verifikasi selesai," tegasnya.

Pelatih marching band, S pun dihubungi untuk diminta klarifikasi dan diajak bertemu. Tapi setelah itu dia menghilang sampai sekarang.

"Komunikasi terakhir pelatih tanggal 27 Juni. Kita marah-marah. Kita minta dia untuk datang, tapi nggak datang. Sampai sekarang nggak tahu di mana. Waktu ditelepon, dia cuma bilang, 'saya bingung'," tutur Indah.

Mangkir Panggilan Inspektorat

Hingga saat ini, Inspektorat Jawa Tengah belum bisa meminta keterangan pelatih Marching Band SMP 1 Semarang usai yang bersangkutan tidak hadir untuk diklarifikasi.

Inspektur Inspektorat Jateng, Dhoni Widianto menyatakan pihaknya belum bisa mendapat keterangan dari pelatih Marching Band SMP 1 Semarang yang saat itu membimbing para peserta didik mengikuti kejuaraan di Malaysia. Pelatih berinisial S itu disebut mangkir dari pemeriksaan.

"Kami sudah tiga kali secara tertulis mengundang yang bersangkutan, karena prosedurnya itu jika sudah tiga kali kan kita hentikan, kita menggunakan klarifikasi dari pihak-pihak yang lain. Kemudian kami juga setelah beliau tidak hadir, sudah dua kali mendatangi ke rumah orang tuanya di Kabupaten Kendal dan kami juga mendatangi kosnya," jelasnya saat ditemui di Kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang, Rabu (10/7/2024).

Karena itu juga Dhoni belum bisa menetukan siapa yang salah terkait beredarnya piagam palsu tersebut. Dia menyatakan menyerahkan kasus tersebut kepada proses hukum yang sedang berjalan di kepolisian.

Diburu Polisi

Polisi turun tangan usai kasus ini dilaporkan oleh salah satu orang tua calon siswa. Polisi menyebut penyelidikan kasus piagam palsu pada PPDB SMA Jateng sudah naik ke tahap penyidikan. Polisi kini bisa menggunakan upaya paksa untuk mengumpulkan alat bukti, termasuk memburu pelatih marching band SMPN 1 Semarang berinisial S.

Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena mengatakan sudah memeriksa 12 saksi. Berdasarkan gelar perkara kepolisian pada Kamis (11/7), ditetapkan status penanganan kasus ini naik ke tahap penyidikan.

"Sampai saat ini penyidik melakukan pemeriksaan 12 saksi. Pihak sekolah, pihak komite, dan korban yang memegang piagam. Dari hasil pemeriksaan pada hari Kamis, perkara sudah kami gelarkan dan statusnya kami tingkatkan ke penyidikan," kata Andika di Polrestabes Semarang, Jumat (12/7/2024).

"Dengan penyidikan maka pihak penyidik bisa lakukan upaya paksa kumpulkan alat bukti," imbuhnya.

Andika menjelaskan, pemanggilan sudah dilakukan terhadap pelatih marching band SMPN 1 Semarang yang menjadi kunci kasus tersebut. Namun pelatih berinisial S itu tidak hadir bahkan tidak diketahui keberadaannya.

"Pelatih inisial S karena sudah lakukan pengecekan di wilayah Semarang yang bersangkutan tidak ada. Nanti yang bersangkutan dengan pemanggilan (kedua) sebagai saksi tidak hadir maka lakukan pencarian untuk inisial S," tegasnya.

Duduk Perkara Skandal Piagam Palsu

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Uswatun Hasanah menyatakan bahwa dalam piagam yang beredar tertulis bahwa tim itu menempati peringkat pertama dalam kejuaraan. Padahal, mereka mendapat peringkat ketiga.

"Jadi lombanya itu ada, tapi juaranya adalah juara 3, piagam yang diterima juga juara 3, tapi yang bersangkutan itu mengaku piagam yang dimintakan legalisasi ke Disporapar itu adalah piagam buatan sendiri dan sebenarnya bukan juara 1," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jalan Pemuda, Semarang, Jumat (28/6).




(aku/apu)


Hide Ads