Malam 1 Suro, Warga Rela Mudik Demi Ziarah ke Petilasan Sunan Kalijaga

Malam 1 Suro, Warga Rela Mudik Demi Ziarah ke Petilasan Sunan Kalijaga

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 07 Jul 2024 21:42 WIB
Petilasan Sunan Kalijaga di Dukuh Sepi
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Jakarta -

Suasana petilasan Sunan Kalijaga yang berada di Dukuh Sepi, Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten tampak ramai pada malam 1 Suro. Ribuan warga berdatangan untuk napak tilas dipetilasan Sunan Kalijaga itu.

Malam 1 Suro sebagai malam pergantian tahun Islam menjadi momen tersendiri bagi umat Muslim untuk berbondong-bondong melakukan amalan ataupun tradisi turun temurun dari nenek moyang.

Hal ini tampak dari ratusan masyarakat Klaten hingga luar Klaten yang tampak mengantre di halaman rumah warga, untuk berziarah ke petilasan Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam di Klaten.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya Aji Wicaksono (58) yang tampak khusyuk berdoa di hadapan batu besar yang diyakini warga setempat sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat singgah dan melaksanakan salat di daerah tersebut. Ditemani cahaya remang dari lampu teplok, ia duduk bersimpuh di hadapan batu besar yang sudah tertutupi bunga tabur peziarah.

"Hanya sekadar berdoa, punya keinginan agar sehat selalu. Sudah rutin setiap satu tahun sekali, kalau nggak hari ini (malam Suro) ya besok," kata Aji di Dukuh Sepi, Sabtu (6/7/2024).

ADVERTISEMENT

Aji yang hadir bersama keluarganya itu mengatakan, ia tetap rutin berkunjung meski kini sudah merantau ke Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Tradisi berziarah ke petilasan Sunan Kalijaga ini telah menjadi tradisi yang turun temurun dilakukan dan dilestarikan keluarganya.

"Saya mengikuti tradisi nenek saya, menjaga tradisi. Saya setiap tahun ke sini walaupun saya merantau jauh, pasti pulang," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Sugimin (69), warga Cawas yang kini telah tinggal di Kota Solo. Ia mengaku rutin pulang kampung setiap malam 1 Suro untuk menyempatkan diri berkunjung ke petilasan Sunan Kalijaga.

"Setiap Suro pasti ke sini. Waktu kecil saya hidup di sini, setiap Suro pasti ramai. Makanya saya ke sini, untuk nguri-uri budaya," tuturnya.

"Berdoa supaya dikasih sehat, kuat, soalnya umur saya sudah hampir 70, jadi berdoa biar segar, waras," imbuh dia.

Sugimin mengungkapkan, petilasan yang selalu ramai setiap malam 1 Suro itu diyakini sebagai tempat salat Sunan Kalijaga. Ditandai dengan ceruk yang tampak di batu besar berukuran 1,5 meter tersebut.

Ceruk itu diyakini sebagai bekas telapak tangan sang sunan saat bersujud. Ada pula lubang di batu besar yang diyakini sebagai tempat Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya.

Hal ini dibenarkan salah satu tokoh masyarakat Dukuh Sepi, Agus Purwono (50). Ia menjelaskan, dalam perjalanannya menyiarkan agama Islam, Sunan Kalijaga sempat singgah di Kabupaten Klaten usai melakukan perjalanan dari Gunung Kidul.

Saat hendak menemui muridnya yang bernama Ki Ketip Banyumeneng di Masjid Kauman Cawas, ia sempat melaksanakan salat subuh di atas batu yang dulunya berada di tengah sungai tersebut, sembari menunggu muridnya yang tengah mengajar para santri.

"Sampai sekarang itu ada bekas tongkatnya, terus ada bekas tapak pas sujud pas salat. Di sini itu Sunan Kalijaga siar agama selama 9 bulan lebih," jelasnya.

Petilasan Sunan Kalijaga di Dukuh Sepi pun terus dirawat dan dijaga masyarakat setempat hingga kini. Petilasan yang berada di halaman rumah salah satu warga Dukuh Sepi itu akan mulai ramai dikunjungi peziarah yang berdoa sejak pukul 18.00 WIB hingga pagi.

"Tahun kemarin yang paling jauh dari Banten, kalau yang dari timur dari Malang. Biasanya kalau yang asli peziarah itu nanti datang sesudah jam 00.00 WIB. Kalau malam ini cuma ramai warga sekitar," terangnya.

Ia berharap, dengan berkunjung dan berdoa di petilasan salah satu wali songo itu, para peziarah dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah pada malam 1 Suro.




(ega/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads