Klaten Gumregah Festival Industri Kecil Menengah (IKM) Klaten 2024 telah dimulai sejak pagi ini. Kegiatan tersebut menjadi wadah bagi masyarakat Klaten, khususnya para pelaku IKM untuk memamerkan produk-produk unggulannya.
Menurut pantauan detikJateng, tampak stan kuliner berjajar di sisi luar lapangan Alun-alun Klaten. Sementara puluhan pelaku IKM sudah tampak berjajar dengan tenda yang didirikan di bagian barat Alun-alun Klaten.
Beberapa dari mereka tampak memamerkan produk yang jadi unggulan di toko miliknya. Selain itu, beberapa juga tampak memamerkan produk kerajinan yang jadi potensi di wilayahnya. Mulai dari batik, gerabah, perkakas, mebel, hingga makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya di stan milik salah satu warga Mlese, Bagyo (35), yang memamerkan kain lurik produksi toko miliknya. Bagyo sendiri menawarkan kain tenun lurik yang dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM), yang masih terus dilestarikan masyarakat Klaten, termasuk masyarakat Desa Mlese, Kecamatan Cawas.
"Per hari itu bisa produksi 100 meter tenun. Soalnya kita nggak cuma satu-dua tenun, ada beberapa tenun. Nah itu malah kemungkinan kalau dihitung bisa lebih dari 100 meter," kata Bagyo saat ditemui detikJateng di stan miliknya, Kamis (4/7/2024).
![]() |
Kabupaten Klaten sendiri memang terkenal sebagai ibu kota tenun lurik, khususnya lurik ATBM. Namun seiring berkembangnya zaman, kini tak banyak pelaku industri yang masih menggunakan ATBM. Bagyo mengatakan, di Kabupaten Klaten diperkirakan ada kurang lebih puluhan perajin tenun lurik ATBM.
Selain bisa melestarikan potensi Kabupaten Klaten, dengan terus diproduksinya kain tenun lurik ATBM, semakin banyak masyarakat setempat yang bisa diberdayakan. Sebab, tenun ATBM ini diproduksi menggunakan tenaga manusia.
Ada kurang lebih 30-an pekerja yang diberdayakan di toko milik pria yang sudah memulai karir di industri tenun lurik sejak 2010 itu. Dengan sabar dan tekun, para pekerja menganyam benang menggunakan oklak sehingga menghasilkan lurik berkualitas.
Kini, tenun milik Bagyo itu telah dijual hingga ke luar Klaten, bahkan hingga ke luar negeri seperti Jepang. Ia menjelaskan, kebanyakan pembeli dari luar daerah lebih memilih kain tenun yang masih diproduksi dengan cara manual.
"Malah kita sudah kerja sama dengan Jepang, yang membuat mereka tertarik karena warna dari alam. Kemarin juga lurik ditunjuk sebagai warisan budaya yang masih mempertahankan manual dengan ATBM," jelasnya.
Selain lurik ATBM milik Bagyo, dipamerkan pula batik tulis produksi Desa Wisata Jarum, Kecamatan Bayat yang kini jadi sentra tulis di Kabupaten Klaten. Suyanto (47), salah satu perajin batik tulis yang memamerkan produknya di Festival IKM 2024.
Batik tulis yang dipamerkan pun cukup unik. Selain dituangkan di atas kain, batik tulis tampak tertuang di payung, kerajinan kayu, hingga gerabah yang dijualnya.
"Ini prosesnya pakai canting juga, makanya itu dikatakan semacam batik gerabah. Pewarnaannya pakai warna sintetis. Kalau teman-teman sudah beralih ke cat, jadi batik tapi dia basic-nya cat," jelasnya.
"Warnanya cenderung ke soga, yang tradisional. Ini menggunakan warna alam, yang lebih kalem. Ada juga yang warna sintesis, itu yang ngejreng," imbuh dia.
Suyanto turut bersyukur, dengan adanya Festival IKM 2024, sehingga produk-produk unggulan dari para pelaku IKM di Kabupaten Klaten bisa dipromosikan. Ia berharap, ajang festival ini dapat meningkatkan nama para pelaku IKM sehingga bisa lebih diminati masyarakat Kabupaten Klaten dan sekitarnya.
Selain dua produk di atas, masih ada banyak lagi potensi desa-desa di Kabupaten Klaten yang dibawa dalam Festival IKM 2024. Masyarakat Klaten bisa melihat dan membeli produk-produk unggulan itu di festival yang akan digelar hingga Sabtu (6/7/2024) mendatang.
(ncm/ega)