5 Teks Khutbah Jumat Akhir Bulan Dzulhijjah, Siap Sambut 1 Muharram

5 Teks Khutbah Jumat Akhir Bulan Dzulhijjah, Siap Sambut 1 Muharram

Anindya Milagsita - detikJateng
Kamis, 04 Jul 2024 18:00 WIB
Islamic decoration background with mosque cartoon style, copy space text, ramadan kareem, mawlid, iftar, isra miraj, eid al fitr adha, muharram, 3D illustration.
Ilustrasi Contoh Teks Khutbah Jumat Akhir Bulan Dzulhijjah, Siap Sambut 1 Muharram. Foto: Getty Images/iStockphoto/sofirinaja
Solo -

Sebentar lagi akan terjadi pergantian bulan Dzulhijjah menuju Muharram yang dapat dimaknai oleh kaum muslim dengan mendengarkan khutbah Jumat bertemakan momen tersebut. Sebagai salah satu referensi bagi para khatib, berikut akan dipaparkan 5 teks khutbah Jumat akhir bulan Dzulhijjah hingga menyambut datangnya 1 Muharram.

Merujuk dari buku 'M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui' karya M Quraish Shihab, disampaikan bahwa terdapat anjuran untuk mendengarkan khutbah bagi kaum muslim laki-laki yang akan mengerjakan ibadah sholat Jumat. Bukan hanya itu saja, dianjurkan pula bagi mereka untuk tidak melakukan hal-hal tertentu saat khutbah sedang disampaikan oleh khatib.

Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh sebuah riwayat dari Abu Hurairah r.a. bahwa:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika engkau berkata kepada temanmu, 'Diamlah!' di saat imam atau khatib menyampaikan khutbahnya, maka engkau telah melakukan hal yang sia-sia. Dan barang siapa melakukan hal yang sia-sia, maka tidak ada Jumat baginya."

Mengingat khutbah Jumat penting untuk didengarkan, maka kaum muslim perlu untuk melakukannya saat berada di masjid. Tak terkecuali saat mendengarkan khutbah Jumat bertemakan akhir bulan Dzulhijjah hingga menyambut datangnya 1 Muharram. Sebagai referensi, berikut 5 contoh khutbah Jumat yang dapat dibaca oleh setiap muslim.

ADVERTISEMENT

5 Teks Khutbah Jumat Akhir Bulan Dzulhijjah hingga Menyambut Datangnya 1 Muharram

Pergantian tahun di dalam kalender Hijriah berkaitan erat dengan akhir bulan Dzulhijjah menuju 1 Muharram. Seperti diketahui 1 Muharram merupakan Tahun Baru Islam yang selama ini dinanti-nantikan oleh sebagian besar kaum muslim. Oleh karena itu, khutbah Jumat bertemakan momentum tersebut dapat disampaikan oleh khatib kepada para jemaah sholat Jumat.

Dirangkum dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag) RI, Nahdlatul Ulama, hingga Muhammadiyah, berikut contoh teks khutbah Jumat yang berkaitan dengan akhir bulan Dzulhijjah serta datangnya 1 Muharram sebagai Tahun Baru Islam secara singkat.

Teks Khutbah Jumat #1: Khutbah Akhir Dzulhijjah (Islam Menganjurkan untuk Membuat Bahagia Kalangan Lain)

Hadirin jemaah Jumat yang mulia,

Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri beserta Anda semua, mari kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan selalu berusaha menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Peringatan ini disampaikan setiap pekan yang tentu saja memberikan pesan bahwa betapa takwalah menjadi kata kunci bagi kebaikan diri muslimin dan muslimat. Integritas pribadi menjadi garansi bahwa yang bersangkutan amanah, sehingga akan menjalankan seluruh komitmen dalam bekerja, berinteraksi sosial dan sejenisnya.

Hadirin jemaah Jumat yang mulia,

Berikut sedikit kami sampaikan cuplikan dialog yang tentu saja diharapkan menjadi renungan bagi kita semua dalam menjalani kehidupan sementara di dunia ini.

عَنْ اَبِىْ مُوْسَى رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ اَفْضَلُ ؟

Artinya: "Suatu ketika, sahabat Abu Musa r.a. bertanya kepada baginda Nabi Muhammad SAW, 'Ya Rasulullah, orang muslim seperti apa yang paling utama?'"

"قال "مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ"

Artinya: "Nabi bersabda, 'Muslim yang paling utama adalah seorang muslim di mana orang-orang muslim (lainnya) selamat dari keburukan mulut dan tangannya'."

Maksudnya, setiap muslim yang paling utama adalah seorang muslim yang tidak merugikan orang lain, baik melalui lisan, status di media sosial, chat di WA atau tindakan keseharian lainnya.

Dengan adanya hadits ini, maka mari kita bermawas diri, introspeksi diri, bagaimana kita bertetangga dan bermasyarakat, termasuk ujungnya adalah berwarga negara. Yang harus ditekankan adalah apakah sudah benar apa belum, sudah menciptakan manfaat apa justru hanya membuat masalah yang merugikan orang lain?

Mari kita perbaiki hidup kita dengan cara membenahi cara berkumpul dan berinteraksi dengan tetangga, sahabat, hingga warga sekitar, syukur-syukur bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Terkait hal ini, Nabi Muhammad SAW bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya: Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama.

Lebih baik lagi jika kita mampu menciptakan kebahagiaan orang lain, menjadi orang yang melegakan semua pihak. Meski tentu saja tidak mudah untuk bisa sampai ke arah tersebut karena memang banyak hal yang hendaknya diperhatikan dengan seksama.

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ

Artinya: "Hadits riwayat Ibnu Abbas r.a., bahwa baginda Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain'."

Hadirin jemaah Jumat yang mulia,

Adapun cara membuat gembira bisa dengan tindakan yang bermacam-macam. Yang terpenting adalah selama tidak melanggar aturan syara'. Bisa dengan perkataan yang menyenangkan, bisa dengan sikap rendah hati, tidak merasa yang paling mulia sendiri, menghormati hak-hak orang lain dan sebagainya.

Jika hidup kita demikian, artinya, menghormati hak-hak orang lain, berusaha membahagiakan sesama, insyaallah kita akan selamat, tenteram dan dijauhkan dari hal-hal yang tak disukai.

Semoga Allah SWT memberikan ridha agar hidup kita selalu dibina, dibimbing menuju ridha-Nya. Amin ya rabbal 'alamin.


Teks Khutbah Jumat #2: Saatnya Introspeksi Diri

Jemaah Jumat yang berbahagia,

Alhamdulillah, senandung puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa di jagat semesta raya. Dialah yang telah memberikan percik-percik nikmat kepada kita semua, utamanya nikmat kesehatan. Walhasil pada siang hari ini, kita dapat menunaikan ibadah wajib sholat Jumat di masjid penuh kemuliaan ini.

Sholawat dan salam marilah kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi akhir zaman yang telah memberikan keteladanan luar biasa. Diharapkan kita sebagai umat beriman dapat mempraktekkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Semoga hidup kita jauh lebih bermakna dan berwarna. Aamiin ya rabbal 'alamin.

Jemaah Jumat yang berbahagia,

Tahun lama telah berlalu. Kita saatnya kita melangkah lebih maju untuk melakukan hal-hal yang lebih baik daripada tahun yang lalu. Tahun baru memberikan napas dan semangat baru untuk menciptakan iklim kehidupan yang positif. Meninggalkan jejak kehidupan negatif sebagai penghambat meraih masa depan yang cerah dan mencerahkan.

Dalam momentum tahun baru ini, ada kalanya kita sejenak berintrospeksi diri. Yakni merenung atas kiprah yang telah dijalani selama setahun sebelumnya. Introspeksi diri sebagai wujud menilai diri atas kekurangan, kesalahan, dan kegagalan kita di dalam menjalani kehidupan.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Hasyr [59]: 18).

Jemaah Jumat yang berbahagia,

Dalam konteks introspeksi diri, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan secara saksama. Pertama, memanfaatkan waktu. Waktu adalah komposisi penting dalam kehidupan kita. Karena waktu kita dapat mengatur rangkaian kegiatan sehari-hari. Contohnya mulai dari sekolah, bekerja, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Seseorang yang telah melakukan introspeksi diri pasti dirinya akan menjadi manusia yang mampu memanfaatkan waktu.

(وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3

Artinya: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran" (QS. Al-'Ashr [103]: 1-3).

Kedua, bersyukur. Bersyukur merupakan sebuah ungkapan rasa atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Kita bisa merasakan sampai hari ini, nikmat Allah tidak pernah terputus dari hidup kita. Salah satu nikmat terbesar pemberian dari Allah yang harus kita syukuri adalah kesehatan. Sejenak kita berintrospeksi diri, seandainya nikmat sehat ini tercabut dari diri kita, apa yang terjadi? Tentu tubuh merasakan sakit yang membuat kita tidak bersemangat beraktivitas.

Bagi Anda yang sampai sekarang masih merasakan kesehatan, maka anda wajib sekali untuk bersyukur. Karena banyak manusia yang tidak mau bersyukur setelah Allah mewujudkan permohonan yang dipinta dalam doanya.

"Hanya saja kebanyakan umat manusia tidak bersyukur (kepada-Nya)" (QS. Ghafir [40]: 61).

Sekali lagi, jika anda bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah, maka Anda akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Teks Khutbah Jumat #3: Keutamaan Bulan Muharram, dan Hal yang Penting Diperhatikan

Jemaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru hijriah, yaitu bulan Muharram 1446 H. Perlu kita syukuri karena bulan Muharram termasuk bulan yang mulia. Menurut Ibnu al-Jauzi dalam kitab at-Tabshîrah juz 2 halaman 6, bulan Muharram adalah bulan yang mulia derajatnya. Dinamakan dengan bulan Muharram, karena Allah SWT mengharamkan peperangan dan konflik di bulan mulia ini.

Selain itu, bulan ini juga termasuk salah satu dari bulan-bulan yang mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa'dah, dan Rajab. Sebagaimana firman Allah dalam Surat at-Taubah 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudz). Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya empat bulan haram" (QS. at-Taubah: 36).

Jemaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Bulan Muharram adalah momen terbaik untuk meningkatkan kebaikan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Di bulan Muharram ini terdapat hari yang istimewa, yaitu hari 'Asyura. Di hari tersebut umat Islam disunnahkan untuk berpuasa.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ

Artinya: "Dari Ibnu Abbas r.a., beliau berkata, 'Rasulullah SAW hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa di bulan 'Asyura, kemudian mereka ditanya tentang puasanya tersebut, mereka menjawab: hari ini adalah hari di mana Allah SWT memberikan kemenangan kepada Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir'aun, maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa."

Kemudian Nabi SAW bersabda:

"Kami (umat Islam) lebih utama dengan Nabi Musa dibanding dengan kalian. Kemudian Nabi Muhammad memerintahkan untuk berpuasa di hari 'Asyura. Dalam riwayat lain, para sahabat kemudian bertanya pada Nabi, bahwa hari 'Asyura adalah hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani."

Nabi SAW menyampaikan sabda:

"Insyaallah tahun depan kita berpuasa di hari yang kesembilan."

Dari hadits tersebut di atas, Imam Syafi'i berpendapat bahwa disunnahkan berpuasa di hari kesembilan dan sepuluh di bulan Muharram. Karena Nabi telah melaksanakan puasa di hari 'Asyura dan berniat puasa di hari kesembilan di bulan Muharram (Dikutip Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim juz 8 halaman 9).

Jemaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Mengapa hari Asyura disebut dengan Asyura (sepuluh)? Badaruddin al-'Aini dalam kitab Umdatul Qari' Syarah Shahih Bukhari, juz 11, halaman 117, beliau menjelaskan sebuah pendapat bahwa di hari 'Asyura Allah SWT memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada sepuluh nabi-Nya, yaitu:

  1. Kemenangan Nabi Musa AS atas Fir'aun
  2. Pendaratan kapal Nabi Nuh AS
  3. Keselamatan Nabi Yunus AS dengan keluar dari perut ikan
  4. Ampunan Allah untuk Nabi Adam AS
  5. Keselamatan Nabi Yusuf AS dengan keluar dari sumur pembuangan
  6. Kelahiran Nabi Isa AS
  7. Ampunan Allah untuk Nabi Daud AS
  8. Kelahiran Nabi Ibrahim AS
  9. Nabi Ya'qub AS dapat kembali melihat
  10. Ampunan Allah untuk Nabi Muhammad SAW, baik kesalahan yang telah lampau maupun yang akan datang

Selain di atas, para ulama juga menjelaskan beberapa keistimewaan para nabi di hari 'Asyura, yaitu kenaikan Nabi Idris AS menuju tempat di langit, kesembuhan Nabi Ayub AS dari penyakit, dan pengangkatan Nabi Sulaiman AS menjadi raja.

Jemaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Bulan Muharram sebagai bulan awal tahun baru hijriah menjadi momen yang terbaik untuk melakukan hijrah, hijrah dari sifat yang tercela menuju sifat yang terpuji. Abu Sulaiman sebagaimana dikutip Abu Na'im dalam kitab Hilyatul Auliya' juz 9 halaman 269 menyatakan:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ

Artinya: "Barangsiapa hari ini keadaannya masih sama dengan kemarin, maka ia dalam keadaan kurang baik."

Dari pernyataan tersebut, mari kita bangkitkan motivasi kita untuk berubah dan berhijrah ke perilaku yang baik, semakin merekatkan persaudaraan, memanfaatkan potensi yang kita miliki sesuai dengan profesi masing-masing untuk membantu orang lain, membantu agama, dan membantu negara.

Seseorang hamba akan selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT selama ia bermanfaat dan membantu kesusahan saudaranya. Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu berhijrah menuju kebaikan dan menjadi orang yang bermanfaat untuk masyarakat, agama, dan bangsa. Allahumma Aamiin.

Teks Khutbah Jumat #4: Muhasabah untuk Berubah di Tahun Baru Hijriah

Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,

Menjadi sebuah kewajiban bagi kita sebagai hamba Allah untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur kita biqauli Alhamdulillahirabbilalamin atas anugerah berbagai kenikmatan yang tak bisa kita hitung satu persatu ini. Nikmat yang telah kita nikmati dalam kehidupan selama ini harus menjadikan kita pribadi yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih. Dengan sikap ini, insyaallah nikmat ini akan terus bisa kita nikmati dan lebih dari itu akan senantiasa ditambah oleh Allah. Sebagaimana firmannya:

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras" (QS. Ibrahim: 7).

Khatib mengajak kepada seluruh jemaah Jumat untuk senantiasa meningkatkan, menguatkan, dan mengimplementasikan ketakwaan kepada Allah SWT dalam setiap detik kehidupan ini. Wasiat takwa ini menjadi kewajiban untuk disampaikan oleh khatib kepada jemaah dan menjadi salah satu rukun khutbah yang jika tidak disampaikan, maka tidak sempurnalah khutbah Jumat yang dilakukan dan berdampak pada ketidakabsahannya rangkaian ibadah shalat Jumat.

Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,

Alhamdulillah saat ini kita berada dalam fase peralihan masa tahun hijriah. Bulan Dzulhijjah sebagai bulan terakhir berganti dengan Muharram sebagai awal bulan tahun hijriah. Pergantian tahun ini tidak boleh dimaknai sebagai pergantian waktu seperti biasanya. Momentum ini memiliki makna dan hikmah mendalam yang jika dimaksimalkan akan membuahkan kesuksesan dan keberkahan dalam hidup. Bergantinya tahun ini harus dijadikan sebagai waktu untuk melakukan muhasabah, evaluasi, introspeksi, terhadap perjalanan hidup selama ini agar ke depan lebih baik lagi.

Jangan sampai dengan terus berjalannya waktu, kita tidak mampu mengambil ibrah, hikmah, dan pengalaman. Dengan merenungkan masa lalu, kita bisa meninggalkan hal-hal yang negatif dan mengambil sisi-sisi positif sebagai bekal menghadapi masa depan. Kita harus optimis bisa melakukan perubahan lebih baik di masa yang akan datang dengan terus melakukan ikhtiar-ikhtiar terbaik. Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Artinya: "Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)" (HR. Al-Hakim).

Allah juga sudah mengingatkan dalam Al-Quran surat Al-Hasyr: 18:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,

Untuk mengakhiri khutbah Jumat muhasabah ini, mari kita renungi pesan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Hakim:

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Artinya: "Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara, masa mudamu sebelum masa tua, sehatmu sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum kesibukanmu, dan kehidupanmu sebelum kematianmu."


Teks Khutbah Jumat #5: Bulan Muharram dan Anjuran Puasa Asyura

Hadirin sidang jemaah Jumat rahimakumullah,

Segala puji dan puja mari kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita sekalian. Di antara nikmat yang Allah anugerahkan adalah kita berada di bulan yang mulia, yaitu bulan Muharram. Bulan ini bukanlah bulan yang penuh dengan musibah atau penuh sial sebagaimana anggapan sebagian orang.

Sholawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu para nabi dan rasul sekaligus pelita kegelapan, yakni Nabi Besar Muhammad SAW. Sholawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabatnya, para tabi'in, para tabi' tabiin, hingga kepada kita semua yang semoga diberi kekuatan mengikuti ajarannya.

Khatib berwasiat kepada diri pribadi dan juga kepada jemaah sekalian, marilah kita sama-sama mempertahankan sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sebab, takwa merupakan bekal terbaik kita menghadapi kehidupan akhirat kelak, di samping sebagai perisai diri kita dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Tidak terasa Dzulhijjah telah meninggalkan kita dan sekarang Muharram yang menyapa kita. Allah datangkan Muharram seraya mengetuk alam pikir kita bahwa waktu ini ternyata begitu cepat berlalu bagi kita. Kita adalah orang-orang yang beruntung karena masih diberikan kesempatan umur untuk memantapkan persiapan bekal di bulan Muharram
Sebagaimana yang diketahui bahwa Muharram adalah bulan yang agung, bulan yang suci, bulan yang mulia, dan termasuk salah satu dari asyhurul hurum (bulan-bulan yang dimuliakan Allah). Ada momentum yang amat baik dan ditunggu-tunggu oleh umat Islam, yaitu momentum 10 Muharram. Ada apa dengan 10 Muharram? Ya, ada ibadah sunnah dengan tawaran pahala yang amat besar, yaitu puasa Asyura. Rasulullah SAW bersabda:

رواه مسلم صِيَامُ يَوْمٍ عَاشُوْرَاءَ ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

"Puasa hari 'Asyura aku berharap Allah akan menghapuskan dosa selama
setahun." (H.R. Muslim).

Puasa Asyura dapat menghapus dosa selama setahun. Sedangkan setiap hari selalu ada dosa yang kita lakukan. Namun dengan berpuasa seraya mengharap ridha Allah SWT semata, maka Allah hadirkan rahmat-Nya dengan menghapus dosa hamba-Nya selama setahun.

Selain sebagai pembuka tahun hijriyah, banyak amalan baik yang bila kita kerjakan pada bulan ini pahalanya akan dilipatgandakan seperti puasa dan bersedekah kepada sesama, dan sebagainya. Sehingga selama bulan Muharram kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan dan perbuatan yang baik.

Bulan Muharram adalah bulan yang menjadi momen kita menempa diri dengan berbagai amal kebajikan. Karena pada bulan ini kita dianjurkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan dilarang melakukan perbuatan-perbuatan keji lagi tercela.

Maka marilah momentum bulan Muharram ini bisa kita jadikan sebagai sarana untuk menempa kepribadian diri kita dan bangsa Indonesia menuju moral yang lebih baik di tengah derasnya arus demoralisasi. Sehingga jika amalan-amalan yang dianjurkan dilakukan pada bulan ini kita sambut dengan hati gembira dan penuh keikhlasan, maka bisa kita pastikan akan menghasilkan insan-insan yang mulia di hadapan Allah SWT.

Hadirin sidang jemaah Jumat rahimakumullah,

Pada bulan Muharram kita disunnahkan berpuasa Asyura, puasa Senin dan Kamis. Melalui puasa-puasa tersebut, kita diajarkan untuk memiliki rasa empati dengan perjuangan para Nabi terdahulu, melatih kesabaran, memiliki ketekunan, ketangguhan dan menjadi perisai emosi agar tidak menjadi pribadi yang emosional dan pemarah, akan tetapi menjadi yang damai dan penuh dengan kasih sayang.

Pada bulan Muharram juga kita dianjurkan untuk memperbanyak bersedekah kepada fakir miskin, menyantuni anak yatim, memperbanyak silaturahmi dengan sesama, dan menjenguk orang sakit. Amalan-amalan tersebut merupakan wahana untuk diri kita dalam meningkatkan rasa simpati dan empati terhadap sesama. Saling mengerti, menghargai dan memiliki perhatian terhadap sesama. Serta sebagai bentuk penghayatan bahwa kita diciptakan untuk saling mengasihi, menghormati, dan menghargai antar sesama serta segala sesuatu yang kita miliki adalah titipan dari Allah SWT.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Kemudian pada bulan Muharram kita juga dianjurkan untuk memperbanyak membaca doa dan dzikir kepada Allah SWT. Tentu amalan-amalan tersebut adalah sarana untuk kita mendekatkan diri kepada Allah sang pencipta. Dengan doa-doa yang kita mohonkan dan dzikir-dzikir yang kita lantunkan, kita berharap kepada Allah agar kita menjadi insan yang saling menghormati dan menyayangi serta menjadi hamba yang mendapat ridha dari Allah SWT.

Demikian tadi 5 teks khutbah Jumat akhir bulan Dzulhijjah menjelang 1 Muharram yang dapat menjadi referensi bacaan bagi kaum muslim. Semoga informasi ini membantu.




(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads