Mirip Vina Cirebon, Kematian Haniyah ART di Batang 8 Tahun Belum Terungkap

Mirip Vina Cirebon, Kematian Haniyah ART di Batang 8 Tahun Belum Terungkap

Robby Bernardi - detikJateng
Sabtu, 15 Jun 2024 19:58 WIB
Dua anak korban, yakni Nafiul Husna (22) dan Dwi Yurdan Afriliatna (17), didampingi Sekjen LBH Ansor Pusat, Taufik Hidayat saat memberikan keterangan ke awak media di di Gedung Anshor, Desa Cepoko Kuning, Kabupaten Batang, Sabtu (15/6/2024).
Putra Haniyah. Foto: Robby Bernardi/detikJateng.
Batang -

Kasus pembunuhan Vina di Cirebon tengah ramai. Di Batang, Jawa Tengah ada kasus yang mirip dengan Vina. Yakni kasus kematian seorang asisten rumah tangga (ART) bernama Haniyah (37) yang meninggal pada 2016 silam.

Saat itu mayat wanita asal Desa Gapuro, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang ditemukan di garasi majikannya. Kasus kematian Haniyah pun masih misterius hingga saat ini. Delapan tahun berlalu, kedua anak Haniyah yakni Nafiul Husna (22) dan Dwi Yurdan Afrilianto (17) terus berharap kematian ibunya bisa terungkap secara jelas.

Ditemui detikJateng di Gedung Anshor, Desa Cepoko Kuning, Kabupaten Batang, Sabtu (15/6), keduanya menceritakan bagaimana upaya mereka dibantu keluarga besarnya untuk mencari keadilan. Akan tetapi, sampai saat ini belum juga bisa membuahkan hasil. Langkah yang baru diambil yakni mengadukan ke LBH Anshor Batang, yang kemudian langsung ditanggapi oleh LBH Anshor pusat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mudah-mudahan dengan melalui ini, bisa terungkap siapa pelaku yang diduga membunuh Ibu di tahun 2016 lalu," kata Nafiul Husna, Sabtu (15/6/2024).

Baliho yang berisi runtutan kematian Haniyah.Baliho yang berisi runtutan kematian Haniyah. Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Nafiul berujar, ibunya telah lama bekerja menjadi ART di rumah majikannya, lebih dari delapan tahun. Bahkan, oleh pihak majikan Haniyah sudah dianggap bagian dari keluarga. Rumahnya pun, tidak terlalu jauh, sekitar 50 meter dari rumah majikanya.

ADVERTISEMENT

Sebelum ditemukan meninggal pada pagi hari, anak bungsu korban Dwi Yurdan Afriliatna mencoba menghubungi korban melalui HP. Di malam itu sekitar pukul 21.00 WIB ponsel korban masih aktif. Namun, sejak pukul 23.00 WIB, ponsel korban sudah tidak aktif lagi.

"Dulu, aku punya firasat ibu kenapa-napa. Setelah ditelepon tidak aktif, saya ke rumah itu, pukul 12 malam. Ketemu sama Pak Haji (majikan korban), ya tanya ibu tidak ada di rumah itu, katanya bantu-bantu di tempat hajatan," katanya.

Kebetulan, di lokasi setempat juga ada hajatan. Kemudian ia pulang dan sekitar pukul 02.00 WIB, ia kembali lagi ke rumah di mana ibunya bekerja. Juga tidak mendapati ibunya.
Baru pagi harinya 6 Desember, ia menerima kabar ibunya sudah tidak bernyawa di garasi mobil.

"Pagi hari baru dapat kabar soal ibu," katanya.

Ia berharap kasus yang telah menimpa ibunya bisa terungkap, siapa pelakunya yang tega membunuh ibunya tersebut.

"Berharap terungkap,pelaku dihukum maksimal. Apa ia tidak berpikir bagaimana sakitnya kehilangan ibu, apalagi saat itu saya masih kecil," ungkapnya.

Di Lokasi yang sama, Sekjen LBH Ansor Pusat, Taufik Hidayat, mengungkapkan sudah sepekan ini pihaknya menerima surat kuasa dari pihak keluarga untuk mendampinginya.

"Kami dari Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Pemuda Anshorhari ini kami resmi mendampingi dari keluarga korban almarhumah Ibu Haniyah binti Sutrisno," kata Taufik.

"Beliau adalah seorang ART yang ditemukan meninggal dunia pada tanggal 4 Desember 2016, memang sudah lama kejadiannya, delapan tahun lalu. Akan tetapi pengungkapan kasusnya sampai sekarang masih belum jelas dari pihak kepolisian," tambahnya.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya....

Pada saat kejadian, menurut Taufik, jenazah korban ditemukan di rumah majikannya sekitar pukul 06.00 WIB.

"Hasil autopsi dari biddokkes Polda Jateng, terdapat luka leher sepanjang 1x1 cm, terdapat luka memar, dan beberapa luka lagi di tubuh almarhumah, sehingga dapat disimpulkan, almarhumah adalah korban tindak kekerasan," jelasnya.

Saat pihaknya akan mengerahkan kekuatan untuk meminta komitmen pihak kepolisian, untuk lebih serius dalam penanganan kasus ini.

"Kita meminta komitmen pihak kepolisian untuk serius menindaklanjuti, apakah harus diviralkan terlebih dahulu, no viral-no justice, istilahnya, kami minta Polres Batang, Polda Jateng, Polri, kedua anak kandung meminta keadilan, siapa sebenarnya yang melakukan pembunuhan ibunya," kata Taufik.

Pihaknya juga telah melakukan diskusi dengan para LBH, berupa gelar perkara khusus kasus dugaan pembunuhan tersebut, setelah sebelumnya meminta informasi saksi-saksi. Uniknya, masih menurut Taufik, ditemukan banyak kejanggalan yang seharusnya bisa digali oleh pihak kepolisian.

"Banyak sekali kejanggalan, setelah kita bedah kasus , meminta keterangan saksi-saksi," jelasnya.

Taufik mencontohkan soal HP milik korban, misalnya.

"Soal HP siapa yang menelpon terakhir, semua telah dibersihkan begitu aja. Terus, kenapa jenazah harus dipindah, siapa yang memindah, di TKP melihat darah, terus sudah bersih, siapa yang membersihkan, tujuannya apa? ada yang memerintahkan tidak usah lapor polisi, ini harus ditelusuri oleh penyidik," ungkapnya.

Soal HP korban, sekitar pukul 21.00 WIB, HP masih aktif saat ditelepon anaknya. HP tidak aktif sekitar pukul 23.00 WIB, hingga temuan mayat korban.

"Ketika ditemukan HP korban itu posisinya masih aktif di cas, tetapi sudah tidak ada (jejak) telepon masuk, sudah bersih. Ini saksi belum di BAP, ini kenapa penyidik belum menelisik sedetail ini?" Katanya.

Pihaknya sendiri telah mengirimkan surat ke pihak Polres Batang, untuk memulai melakukan audiensi terkait kasus ini. Pihaknya akan mempertanyakan kenapa apa yang sulit sehingga kasus ini terkatung-katung hingga selama delapan tahun belum terungkap.

Sementara itu, di Desa Gapura, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang, dalam beberapa hari terakhir ini muncul sejumlah baliho terkait peristiwa tersebut. Dalam baliho besar yang nampak di jalan pertigaan Gapura itu tertulis runtutan peristiwa dan penangan polisi yang hingga saat ini, belum terungkap.



Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)


Hide Ads