Humas Paguyuban PKL Sehati Alun-Alun Purwokerto, Sugiyanto mengatakan mahasiswi itu memang sudah menjadi incaran para pedagang. Sebab, banyak pedagang yang mengeluh tidak menerima pembayaran meskipun pelaku menunjukkan bukti pembayaran.
"Memang sudah menjadi incaran pedagang, karena sudah sering kali, cuma kan orang-orang tidak memperhatikan. Terus kemarin Minggu sore saya dapat keluhan dari anggota bahwa sering terjadi," kata Sugiyanto saat dimintai konfirmasi wartawan, Senin (27/5/2024).
Karena kasus serupa kerap terjadi, ada salah satu pedagang yang mencurigai seseorang. Pedagang itu juga mengenali ciri-ciri pelaku. Pedagang tersebut lalu menginformasikan ke rekan-rekannya.
"Kebetulan ada beberapa pedagang yang sudah memperhatikan. Terus kasih ciri-ciri, dan diimbau hati-hati dengan orang yang menggunakan QRIS dengan ciri-ciri wanita berambut panjang dan berkacamata," ujar Sugiyanto.
Ternyata, wanita yang sudah dicurigai oleh pedagang itu kembali beraksi pada Minggu (26/5) sekitar pukul 21.30 WIB. Pedagang langsung menginterogasi pelaku setelah melakukan transaksi palsu.
"Saya langsung meluncur ke sana. Orang itu sudah diamankan dan kemudian saya bawa ke Pos Satpol PP (kompleks Pemkab Banyumas). Saat interogasi dia memang kelihatan kayak orang bingung," jelasnya.
Sugiyanto menyebut pelaku memberikan keterangan yang berbelit-belit dan tidak konsisten.
"Dia sempat bilang bapaknya kerja di showroom di Semarang, terus dia ngaku kalau mahasiswa. Dia datang ke sini bersama seseorang yang sering mengajaknya jalan-jalan. Tetapi saya curiga itu komplotan," kata dia.
Sugiyanto menyebut sudah banyak pedagang yang geram. Sebab, aksi penipuan semacam itu sudah terjadi beberapa kali.
"Dalam satu malam kemarin ada tiga pedagang yang kena. Pedagang nasi goreng Rp 15 ribu, pedagang sebelah selatan Rp 25 ribu dan pedagang es sejumlah Rp 87 ribu," paparnya.
Sugiyanto menjelaskan, modus yang digunakan pelaku yaitu menunjukkan tangkapan layar (screen shoot) QRIS dengan nominal tertentu yang sudah disiapkan sebelumnya. Saat melakukan pembayaran, pelaku menunjukkan foto tersebut seolah-olah sudah melakukan transaksi.
"Nah kalau orang yang tidak memperhatikan cuma lihat sekilas langsung kena tipu," ujar dia.
Dari kejadian tersebut, KTP, ATM dan HP milik pelaku ditahan oleh pedagang. Adapun seseorang yang saat itu bersama NI memutuskan menelepon orang tua NI yang ternyata ada di Purwokerto.
"Akhirnya si ibu ini yang bareng sama anak itu telepon bapaknya. Terus akhirnya bapaknya ke sini, meminta maaf, dan akan bertanggung jawab," kata Sugiyanto.
Meski demikian, kasus ini tidak dilaporkan ke kepolisian. Pedagang kini menahan KTP milik orang tua NI.
"Kami menunggu itikad baik keluarga. ATM dan HP (pelaku) sudah saya kembalikan, tidak saya tahan. Bapaknya yang ninggalin KTP," pungkas Sugiyanto.
(dil/apu)