Jadi Proyek Percontohan Low Carbon Rice, Lahan Sawah Desa Jomboran Panen

Jadi Proyek Percontohan Low Carbon Rice, Lahan Sawah Desa Jomboran Panen

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Rabu, 15 Mei 2024 20:31 WIB
Panen lahan padi mitra Program Low Carbon Rice di Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Rabu (15/5/2024).
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Klaten -

Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten menjadi proyek percontohan low carbon rice atau produksi beras rendah karbon. Pagi ini, padi dari lahan sawah Desa Jomboran yang ditanam dengan sistem low carbon rice sudah mulai panen.

Panen padi dari lahan sawah di Desa Jomboran itu dilaksanakan pada acara Wiwitan Panen Padi Petani Mitra Low Carbon Rice yang digelar konsorsium program Low Carbon Rice, yakni Preferred by Nature (PbN), Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi), serta Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP).

Tim humas PbN, Hafizh Mulia menjelaskan, program produksi beras rendah karbon ini merupakan proyek yang didanai Switch Asia dari Uni Eropa, dan diimplementasikan oleh PnB, KRKP, serta Perpadi. Tujuannya yakni mengurangi gas karbon dari produksi beras.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena praktik produksi beras itu dampak emisi karbonnya ternyata cukup tinggi, dari metananya, dari nitratnya, nitrooksidanya. Lalu penggunaan air yang cukup berlebih kalau menggenang terus. Itu yang ingin kita ingin efisiensikan," kata Hafizh di Desa Jomboran, Rabu (15/5/2024).

Panen padi dilaksanakan di lahan sawah milik Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) Lumintu dengan penggilingan padi dari UD Syaiful UD Manis, UD Abdhol Riyantoz UD Sekar Putri, dan UD Adi Putro. Ada kurang lebih 100 hektare lahan sawan yang dipanen, dengan produksi sekitar 600 ton gabah.

ADVERTISEMENT

Panen padi pagi itu, kata Hafizh, menjadi langkah awal guna membangun kemitraan penggilingan padi guna menerapkan produksi beras rendah karbon. Sinergi dari masing-masing pihak yang terkait itu, diharapkan mampu mewujudkan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Klaten.

Adapun pengurangan gas karbon dalam proses produksi beras bisa dilakukan dengan mengganti pupuk kimia dengan pupuk organik, ataupun mengganti mesin diesel dengan mesin listrik saat proses penggilingan padi.

"Jadi ketika petaninya sudah menerapkan praktik budidaya yang lebih sehat, penggilingnya menggunakan mesin listrik, diharapkan emisinya bisa turun sampai 80 persen," terangnya.

Program Low Carbon Rice sendiri sudah berjalan 2 tahun, selama itu para petani diberikan pendampingan terkait produksi beras rendah karbon. Program ini pun tak hanya bisa mengurangi emisi hingga 80 persen, tapi juga bisa mengurangi biaya penggilingan 30-40 persen.

Meski sempat menemui beberapa tantangan, program ini terbukti bisa menurunkan biaya produksi, sehingga beberapa petani yang sempat ragu pun mulai tertarik menerapkan produksi beras rendah karbon.

"Karena secara pengelolaan air maupun secara input bisa lebih efisien, sehingga biaya produksi ditekan, sehingga ternyata ada biaya-biaya yang bisa dikurangi dan itu membantu petani mendapatkan angka pemasukan yang lebih kuat," tuturnya.

Lebih lanjut, Hafizh menjelaskan hingga kini sudah ada kurang lebih 40 petani dari 4 gapoktan di Klaten yang bermitra dengan proyek Low Carbon Rice. Sementara di 5 kabupaten yakni Madiun, Ngawi, Sragen, Klaten, dan Boyolali sudah ada 11 kelompok tani dengan luas lahan sekitar 2.600 meter persegi.

"Jomboran adalah salah satu pilot project. Harapannya ke depan bisa semakin menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan dan penggilingnya juga rendah emisi, ramah lingkungan," harapnya.

Program ini pun mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten. Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Mursito mengatakan, pihaknya pun telah menggencarkan program produksi beras rendah karbon.

"Saat ini juga kita sudah terus memprogramkan untuk mengurangi pupuk kimia dengan menggunakan pupuk organik, baik itu pupuk kandang maupun dengan poc (pupuk organik cair) dan sebagainya," jelasnya.

Ia berharap, ke depannya pertanian berkelanjutan bisa terwujud di Kabupaten Klaten. Desa Jomboran sebagai proyek percontohan, nantinya bisa menularkan hal tersebut kepada desa-desa lainnya di Kabupaten Klaten.

(akd/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads