Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Klaten masih terjadi. Para peternak diimbau untuk mengecek kesehatan hingga melakukan vaksinasi terhadap sapi yang dipelihara ataupun dibeli.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten, Widiyanti. Ia menjelaskan, saat ini masih ada 11 sapi yang terjangkit penyakit menular tersebut.
"Ada 11 kasus yang tersebar di Kecamatan Wonosari, Trucuk, Karangnongko, Ngawen," kata Widiyanti saat dihubungi detikJateng, Selasa (7/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah kasus PMK ini, kata Widiyanti, melandai jika dibandingkan dengan tahun 2022-2023. Sejak pertama terjadi PMK, pihaknya mencatat ada kurang lebih sekitar 4.117 kasus PMK di Kabupaten Klaten.
Kendati telah menurun, DKPP Klaten tetap melakukan pengawasan di setiap pasar hewan. Sebab pasar disinyalir menjadi tempat penularan segala jenis bakteri dan virus. Mulai dari PMK, antraks, hingga Lumpy Skin Diseases (LSD). Terlebih, menjelang Hari Raya Idul Adha 2024.
"Setiap ada pasaran kita terjunkan tim kesehatan hewan, karena pasar ini adalah tempat strategis untuk terjadinya penularan. Karena ada hewan dari luar atau dari mana saja kan berkumpul di situ," jelasnya.
Pengawasan di pasar hewan pun dilakukan agar kasus PMK bisa langsung mendapat penanganan dan pengobatan. Sebab, gejala PMK yang muncul tidak bisa langsung diketahui pada sapi yang baru terpapar. Bisa jadi gejala muncul beberapa hari kemudian, saat sapi sudah dibeli.
Adapun, di Kabupaten Klaten tercatat ada sekitar 73.000 sapi potong yang sebagian besar diperjualbelikan di Pasar Pedan, Prambanan, serta Jatinom. Edukasi kepada para masyarakat, khususnya peternak pun telah dilakukan guna mencegah munculnya kasus-kasus PMK baru di Kabupaten Klaten.
"Memang kita harus lakukan pengawasan dan penyadaran pada masyarakat, setiap ada gejala atau penyakit apapun segera dilaporkan kepada masyarakat sehingga kita bisa sesegera mungkin melakukan pengendaliannya," jelasnya.
Oleh karena itu, para peternak ataupun pembeli diimbau untuk mengecek kondisi sapi. Apabila muncul gejala seperti luka pada kuku, air liur yang keluar, atau bintik-bintik, masyarakat dianjurkan untuk membawa sapi ke Puskeswan atau melapor kepada DKPP.
Selain mengobati sapi-sapi yang telah terjangkit, ataupun yang baru mengalami gejala, DKPP Klaten juga akan meningkatkan vaksinasi guna menurunkan angka kasus PMK.
"Kita tingkatkan vaksinasi. Jadi walaupun kemarin sudah cukup banyak yang divaksin, tapi tetap kita lakukan vaksinasi. Karena vaksinasi PMK ini kan tidak hanya sekali, tapi bisa sampai tiga-empat kali," jelasnya.
Oleh karena itu, Widiyanti turut mengimbau para peternak yang belum melakukan vaksinasi terhadap sapi peliharaannya, bisa segera melakukan vaksinasi agar terhindar dari PMK ataupun penyakit-penyakit lainnya.
(prf/ega)