"Kejadian ledakan tersebut kemarin Senin sekitar pukul 04.30 WIB yang menewaskan satu orang pekerja dan satu orang terluka bakar. Jadi yang meledak itu tabung besar seperti tabung pendingin milik PT Tri Sinar Purnama Boja," kata Kasat Reskrim Polres Kendal, AKP Untung Setiyahadi saat ditemui detikJateng di kantornya, Selasa (23/4/2024).
Pekerja yang tewas bernama Muhamad Karim (52) warga Dusun Pandansari, Desa Tampingan, Kecamatan Boja. Sedangkan pekerja mengalami luka bakar Eko, warga Dusun Mandang, Desa Kaligading, Kecamatan Boja.
"Dua korban ini merupakan karyawan PT Tri Sinar Purnama yang tugas kerjanya sebagai operator gas fire," ujar Untung.
Dijelaskannya, tabung meledak saat dua pekerja itu melakukan pekerjaan perawatan. Saat itu, tiba-tiba tabung yang berisi uap panas tersebut meledak.
"Dua pekerja atau korban ini waktu kejadian sedang melakukan pekerjaan seperti biasanya, perawatan tabung itu. Tabung yang meledak itu isinya uap panas," jelasnya.
Kepolisian telah memeriksa dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta memeriksa sejumlah saksi.
"Kami sudah cek dan olah TKP di PT TSP. Penyebab ledakan tersebut kami belum bisa menyimpulkan dan kami sudah memeriksa saksi untuk dimintai keterangan," ungkapnya.
Untung menyampaikan saat ini korban Eko yang mengalami luka bakar menjalani perawatan di rumah sakit wilayah Semarang.
"Korban yang mengalami luka bakar sedang dirawat secara intensif di RS Telogorejo Semarang," paparnya.
Sementara itu, pihak PT Tri Sinar Purnama saat didatangi dan dihubungi detikJateng, belum mau memberikan klarifikasi terkait ledakan tabung gas tersebut.
Cerita Istri Korban
Duka menyelimuti keluarga korban Muhamad Karim. Raut wajah istri korban, Damusri tampak sedih ditinggal suami tercintanya.
Damusri menceritakan awal mendapatkan kabar atas kejadian ledakan di PT Tri Sinar Purnama dari saudaranya, Sutrisno, yang rumahnya tak jauh dari lokasi pabrik.
Saat itu, Sutrisno sekitar pukul 05.30 WIB mendatangi rumah korban dan bertemu dengan istri korban. Sutrisno menanyakan keberadaan korban, Karim, yang saat itu tidak berada di rumah.
"Kemarin itu Sutrisno saudara kami yang rumahnya dekat dengan pabrik datang ke rumah jam 05.30 WIB. Trisno ketemu dengan saya terus dia nanya di mana suami saya," cerita Damusri saat ditemui detikJateng, Selasa (23/4).
![]() |
Damusri mengatakan jika suaminya, Karim sedang bekerja dan masuk shift malam. Saat itu, Trisno kemudian menceritakan ada kejadian ledakan di pabrik PT TSP.
"Saya bilang ke Trisno kalau Karim masuk kerja shift malam. Lalu Trisno cerita kalau ada kejadian ledakan di pabrik TSP dan dia cuma bilang semoga Karim tidak kenapa-napa," kata Damusri.
Setelah Trisno pamit pulang, Damusri bergegas menuju PT TSP dan saat itu suasana pabrik sangat ramai orang. Sampai di lokasi, Damusri ditemui bagian personalia dan mengatakan kalau suaminya meninggal terkena ledakan gas.
"Trisno pulang, saya langsung ke pabrik mau nanyain informasinya. Saat itu, pabrik ramai orang kayak orang ketakutan," jelasnya.
"Orang bagian personalia datangi saya dan bilang kalau Pak Karim meninggal dunia terkena ledakan," sambungnya.
Mendengar penjelasan tersebut, Damusri lemas dan diantar pulang oleh pihak PT TSP.
"Saya lemas dengar kabar kalau suami saya meninggal, saya tidak bisa apa-apa. Saya pulangnya diantar pihak pabrik," terangnya.
Damusri tidak menyangka harus berpisah dengan suami tercinta untuk selamanya. Sejauh ini, Damusri tidak pernah bermimpi atau merasakan firasat apa pun sebelum suaminya meninggal.
"Saya tidak menyangka harus pisah sama dia untuk selamanya. Saya tidak ada firasat apa pun atau mimpi yang aneh, saya cuma merasa badan dan hati saya tidak enak sampai tidak berangkat kerja," ujarnya sambil terisak.
Damusri berharap pihak pabrik PT TSP bertanggung jawab atas peristiwa yang menimpa suaminya itu.
"Saya cuma berharap pihak PT TSP mau bertanggung jawab atas musibah yang menimpa suaminya apalagi di saat jam kerja," pungkasnya.
(rih/cln)