Caleg PDIP Sukoharjo, Aristya Tiwi Pramudiyatna, diisukan tak akan dilantik meski meraup suara signifikan hingga berpeluang duduk di kursi DPRD. Hal ini memicu pengurus PDIP tingkat PAC dan Ranting di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo mengancam mundur massal.
Ketua Ranting PDIP Desa Karang Tengah, Weru, Didik Rudiyanto mengatakan pada Dapil 2 DPRD Sukoharjo, PDIP meloloskan empat caleg yakni Didik Dwi Raharjo, Sri Mulyani, Sutomo, dan Aristya Tiwi Pramudiyatna. Namun Aristya Tiwi Pramudiyatna terancam tak dilantik karena tak mendapat restu DPC PDIP Sukoharjo.
"Jago kami, Mbak Tiwi itu memperoleh suara terbanyak keempat. Tapi dari DPC (PDIP) itu inginnya bukan Mbak Tiwi yang dilantik, tapi (caleg) di bawahnya, yang namanya Jaka Triyatno," kata Didik saat dihubungi detikJateng, Kamis (7/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian pengurus PAC dan Ranting sempat mengajukan protes dan mengancam mengundurkan diri jika hal itu terjadi. Hingga ada rapat koordinasi bersama DPC Sukoharjo dan Supervisi DPD PDIP Jateng, yang dipimpin Joko Sutopo alias Jekek selaku Ketua DPC PDIP Wonogiri.
"Rapat yang dipimpin Pak Jekek, karena tidak ada keputusan, kami bubarkan saja. Tidak usah diteruskan, karena ini merugikan pihak kita," jelasnya.
Didik menjelaskan, alasan DPC PDIP tidak melantik Tiwi karena menggunakan aturan internal parpol. Tapi dari pengurus PAC Weru ingin menggunakan aturan sesuai PKPU tentang suara terbanyak.
"Alasannya (Tiwi tidak dilantik), katanya pemerataan. Tapi dari awal tidak disebutkan. Dari awal Komandante itu suara terbanyak, selesai," ucapnya.
Didik mengatakan, jika DPC atau DPD PDIP tidak melantik Tiwi sebagai anggota DPRD Sukoharjo, maka pihaknya mengancam akan mengundurkan diri dari kepengurusan PAC PDIP Weru.
"Kami akan mundur massal, 13 desa di Weru siap mundur jika mereka tidak mengindahkan aspirasi kami. Jumlahnya 400-an orang ada termasuk anak ranting," pungkasnya.
Berpeluang Raih Kursi Keempat
Sementara itu, Tiwi mengatakan dia merupakan calon baru yang ikut kontestasi Pemilu 2024 ini. Bersama PDIP dengan sistem Komandante, dia membawahi 6 desa di Kecamatan Weru dengan DPT sekitar 18 ribu.
"Di PDIP itu ada sistem Komandante yang merupakan pembagian wilayah. Tapi dari awal kami mempertanyakan, karena pembagian DPT-nya caleg satu dengan lainnya tidak imbang. Kita termasuk dapat yang DPT-nya rendah," kata Tiwi saat dihubungi detikJateng, Kamis (7/3).
Dari hasil rapat Pleno KPU tingkat Kabupaten, ia berada di urutan ke-4 perolehan suara PDIP Dapil 2 yang terdiri dari Kecamatan Weru, Bulu, dan Tawangsari.
Rinciannya: Didik Dwi Raharjo (10.029 suara), Sri Mulyani (8.870 suara), Sutomo (8.335 suara), Aristya Tiwi Pramudiyatna (5.330 suara), Jaka Triyatno (3.989 suara), Maey Vana Irawan (67 suara), dan Duanita Indrahayu Novodna (46 suara).
Dengan hasil itu, Tiwi yakin sudah mengamankan satu kursi di DPRD Sukoharjo. Namun, keyakinan itu berubah usai muncul isu ia akan digantikan caleg lain yang perolehan suaranya di bawahnya.
"Awal kita masuk, kita ditawari ada sistem persentase. Seiring berjalannya waktu, hal itu tidak dibahas lagi. Intinya perolehan suara terbanyak di masing-masing wilayah. Kemudian menjadi gejolak, kami peroleh suara by name 5.330, tapi ada isu untuk internal partai kami tidak akan dilantik atau tidak lolos," jelasnya.
Suami Tiwi, Dedik menambahkan, pembagian wilayah Komandante itu sudah dipertanyakan oleh para PAC PDIP Kecamatan Weru. Hal itu sempat ditanyakan ke struktural DPC PDIP Sukoharjo.
Hal yang menjadi kekhawatiran PAC PDIP Weru pun terlihat, setelah Tiwi diisukan tidak dilantik dan akan digantikan oleh Jaka Triyatno. Padahal, PAC dan simpatisan sudah berjuang untuk menaikkan suara PDIP di Kecamatan Weru.
"Versi KPU kita sudah masuk, tapi dari partai mau diganti," ujarnya.
Respons DPC PDIP Sukoharjo
Terpisah, Sekretaris DPC PDIP Sukoharjo, Nurjayanto enggan menanggapi soal pengurus ranting dan anak ranting PDIP Kecamatan Weru mengancam mundur jika caleg yang mereka dukung tidak dilantik menjadi anggota DPRD Sukoharjo.
"Ini kita no comment. Intinya parpol ada aturannya," kata Nurjayanto saat dimintai konfirmasi.
(aku/aku)