Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Menyambut Kedatangan Bulan Syaban

Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Menyambut Kedatangan Bulan Syaban

Santo - detikJateng
Kamis, 08 Feb 2024 22:28 WIB
ilustrasi khutbah Jumat
Foto: ilustrasi khutbah Jumat (Fria Sumitro/detikSumut)
Solo -

Setiap hari Jumat, umat Islam terutama kaum laki-laki biasanya menunaikan ibadah sholat Jumat yang berisikan khutbah Jumat. Salah satu tema yang bisa diangkat dalam khutbah Jumat adalah menyambut kedatangan bulan Syaban.

Mengutip buku Doa & Amalan di Bulan rajab Syaban dan Ramadhan oleh Tim Zahra, Syaban adalah salah satu bulan yang mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:

"Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah yang agung. kemuliaan dan keutamaannya tak tersaingi oleh bulan-bulan lainnya. Di bulan ini diharamkan berperang dengan orang-orang kafir. Adapun Syaban, itu adalah bulanku, sedang Ramadhan adalah bulan umatku..."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, umat Islam wajib mengetahui keutamaan-keutamaan bulan Syaban. Pengetahuan tentang hal ini dapat disampaikan melalui khutbah Jumat yang bertema menyambut kedatangan bulan Syaban. Simak contohnya berikut ini yang dikutip dari laman NU Online.

Teks Khutbah Jumat Menyambut Kedatangan Bulan Syaban

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

ADVERTISEMENT

Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsafan. Karena hanya dengan takwalah jalan kita mendekati Allah subhanahu wata'ala mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, seperti yang difirmankan Allah dalam Yunus 63-64:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ (٦٣) لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ (٦٤)

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung."

Hadirin kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah,

Syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa, karena hari ini kita semua masih menikmati indahnya bulan Syaban. Syaban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriah. Secara bahasa kata "Syaban" mempunyai arti "berkelompok". Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu.

Syaban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selain bulan yang empat, yaitu Zulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Salah satu cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memuliakan Syaban adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dan Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah menyatakan, Usamah berkata pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Syaban." Rasul menjawab: "Bulan Syaban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang."

عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"Usamah bin Zaid berkata, 'Wahai Rasululllah aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Syaban. Nabi membalas, "Bulan Syaban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Syaban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa." (HR Nasa'i)

Hadirin,

Oleh karena itu, marilah di awal-awal bulan Syaban ini kita perkokoh keimanan dan ketakwaan kita. Mumpung masih ada waktu, mumpung ada bulan Syaban yang penuh dengan keutamaan dan keistimewaan. Kata "Syaban" juga berasal dari kata syi'ab bisa dimaknai sebagai jalan setapak menuju puncak.

Artinya bulan Syaban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada hamba-Nya untuk menapaki dan menjelajahi keimanannya sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadhan. Meniti perjalanan menuju puncak bukanlah hal yang mudah.

Minimal memerlukan persiapan-persiapan yang terkadang sangat melelahkan dan menguras energi. Ingatlah pekerjaan mendaki gunung yang mengharuskan berbagai macam pelatihan. Begitu pula meniti langkah menuju puncak selama bulan Syaban, tentunya pendakian itu mengharuskan kesungguhan hati dan niat yang suci.

Mendaki adalah usaha menuju yang lebih tinggi yang harus dilalui dengan susah dan payah. Kepayahan itu akan terasa ketika kita memilih berpuasa di bulan Syaban sebagai bentuk pendakian menuju puncak, persiapan menyambut bulan suci Ramadhan.

Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah,

Pendakian menuju puncak di bulan Syaban ini juga dapat dilakukan dengan cara banyak beristigfar dan meminta ampun atas segala dosa yang telah kita lakukan di bulan-bulan sebelumnya. Baik dosa yang kasat mata maupun dosa yang adanya di dalam hati dan tidak kasat mata, dan justru dosa terakhir inilah yang terkadang lebih menumpuk dibandingkan dosa kelakukan.

Ujub, riya' (pamer agar dilihat orang lain), sum'ah (pamer agar didengar orang lain), takabur, dan lain sebagainya:

Coba kita dalami an-Nahl ayat 78: وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."

Bukankah ayat tersebut seolah mewajibkan manusia agar selalu insaf dan sadar bahwa berbagai anugerah kita di dunia ini-jabatan, kekuatan, kekayaan, kegagahan, kepandaian dan semuanya-adalah pemberian Allah subhanahu wata'ala, dan manusia pada awalnya tidak mengerti suatu apa pun.

Karenanya, jikalau sampai terbersit dalam hati kita sebagai manusia akan kepemilikan dan ke-aku-an, sadarlah bahwa itu adalah kesombongan dan ketakaburan. Apalagi jikalau perasaan itu disertai dengan kesengajaan menafikan Allah subhanahu wata'ala maka segeralah bertobat.

Allah sendiri mengancam orang-orang seperti ini dalam Surat Thaha ayat 124:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

Dengan demikian, ma'asyiral Muslimin, wajiblah setiap manusia itu selalu bersujud dan berbakti kepada Allah subhanahu wata'ala setiap saat, setiap waktu. Semakin berpangkat, semakin pandai, semakin kaya, semakin berada, maka sujudnya harus semakin dalam dan penuh makna.

Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di waktu yang istimewa ini di bulan Syaban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan atau maghfirah-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti sebagai insan yang siap menjalankan keinsaniahannya di depan Sang Khaliq.

Itulah contoh teks khutbah Jumat tentang menyambut kedatangan bulan Syaban. Semoga bermanfaat!




(apu/apu)


Hide Ads