Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah resmi mengusulkan sosok KH Raden Asnawi sebagai pahlawan nasional. Pihak yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus pun menyambut baik usulan tersebut.
"Saya mohon izin masyarakat Kudus secara keseluruhan kemarin beberapa hari yang lalu, saya menandatangani usulan dan pembentukan tim untuk menjadikan Raden Kiai Asnawi sebagai pahlawan nasional," jelas Pj Bupati Kudus Hasan Chabibie dari rekaman video yang diterima detikJateng dari Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus, Rabu (31/1/2023).
Hasan mengaku meski hanya penjabat bupati dirinya berikhtiar untuk mengusulkan Raden Asnawi sebagai pahlawan nasional. Hasan mengaku juga telah meminta dukungan dari pihak yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus dan keluarga KH Asnawi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita semua tahu sosok beliau, walaupun saya pj, paling tidak saya mengikhtiarkan untuk kemudian atas restu keluarga, atas restu menara tentunya, pengelola madrasah-madrasah Kudus muridnya beliau semua," jelas Hasan.
"Dari pemkab meminta untuk men-support bagaimana nanti Raden Asnawi bisa dinobatkan menjadi pahlawan nasional," lanjutnya.
Humas Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus Deny Nur Hakim mengaku menyambut baik rencana menjadikan KH Raden Asnawi yang makamnya berada di kompleks Makam Sunan Kudus.
"Kita langsung menyiapkan data-data pendukung terkait sosok KH Asnawi," jelasnya.
Seperti dikutip dari buku berjudul 'KH R Asnawi Ahli Dakwah dan Pendiri Nahdlatul Ulama (2000) karya M. Rifkza Chamami, Mc Mifrohul Hana Chamami, dan Ikhsan. Asnawi lahir pada 1861 di daerah Damaran Kudus.
Asnawi menjadi teladan umat Islam di sekitarnya. Dia berkonsentrasi membentengi Islam Ahlussunah Wal Jamaah di Bumi Nusantara. Asnawi tegas mengkritik kebijakan penjajah Belanda saat itu.
"Gerakan rohani terus dilakukan oleh Asnawi. Saat itu menjelang agresi militer I, Asnawi mengajak santrinya berdoa memohon keselamatan kepada Allah. Santri pun bersama-sama membacakan kalimat thoyyibah, surat Al Fil, dan salawat nariyah," tulisnya seperti dikutip detikJateng.
Lebih lanjut KH R Asnawi pernah aktif di organisasi Sarekat Islam Cabang Makkah. Asnawi menjalin komunikasi terus dengan Wahab Hasbullah. Dalam organisasi Serikat Islam, Asnawi dikasih kehormatan menjadi penasihat.
Asnawi sempat dibuang ke Surabaya oleh Belanda. Asnawi bergabung dengan Wahab Hasbullah, Mas Mansyur, dan KH Abdul Kahar. Lalu mereka mendirikan lembaga pendidikan Islam Nahdlatul Ulama Wathan. Lembaga pendidikan tersebut membuka cabang di berbagai daerah, di antaranya Semarang, Malang, Sidoarjo, Gresik, dan wilayah lainnya.
Pertemuan KH. Wahab Hasbullah menunjuk delegasi Komite Hijaz berangkat ke kongres di Makkah. Delegasinya adalah KH R Asnawi (Kudus) dan KH Bisri Syamsuri (Jombang). Karena persoalan logistik, Komite Hijaz gagal menemui pimpinan Mahlah Ibn Sa'ud.
KH R Asnawi turut hadir bersama KH R Hambali dalam membidani lahirnya NOE (selanjutnya disebut NU). Mereka sama-sama keturunan dari Sunan Kudus. Dari pertemuan di Surabaya, lahirlah kepengurusan jamiyah NU. KH R Asnawi sebagai Mustasyar NU bersama lima orang lainnya, termasuk KH R Hambali.
(ahr/cln)