Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti masalah yang dihadapi pelaku UMKM, salah satunya saat berkunjung ke sentra produksi gerabah dan keripik di Klaten, Jawa Tengah. Ia berharap UMKM lokal dapat berkembang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Diketahui, Puan meninjau sentra produksi gerabah di Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi. Ia menjelaskan daerah ini telah lama dikenal sebagai pusat industri gerabah yang unggul karena penggunaan teknik putaran miring dalam produksinya.
Teknik ini merupakan tradisi yang diwariskan turun temurun, terutama oleh perajin perempuan, untuk membuat gerabah berukuran kecil. Di industri gerabah Melikan, Wedi, Klaten, terdapat sekitar 200-300 perajin gerabah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sentra gerabah ini memproduksi cobek, piring, teko, pot, hingga perabotan dan hiasan lainnya. Adapun proses produksinya masih mengandalkan keahlian tangan dan menggunakan tungku pembakaran konvensional.
Selain itu, Puan juga meninjau sentra produksi keripik di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan. Di sana, terdapat sekitar 50 produsen keripik yang aktif berkontribusi pada perekonomian lokal. Produk keripik yang dihasilkan antara lain keripik pangsit, sukun, intip, rambak, dan lainnya.
Puan pun memberikan semangat kepada para pengusaha keripik serta memberikan saran guna memajukan produksi keripik tersebut.
"Semangat terus untuk pengusaha, produsen keripik yang ada di Desa Gondangan. Semoga usahanya semakin maju. Saya ada saran, mungkin kemasannya bisa ada variasi kecilnya sehingga pasarnya menjadi lebih luas," tutur Puan dalam keterangan tertulis, Selasa (30/1/2024).
Sementara itu, pemilik usaha keripik Wisnu Aji mengatakan produksi keripik di des aini mampu menghasilkan omzet bulanan mencapai Rp 60-70 juta. Ia menambahkan sentra produksi keripik sukun mampu menghasilkan sekitar 6-7 kuintal per hari, sementara untuk pangsit sekitar 2-3 kuintal.
Kendati demikian, Wisnu mengaku masih ada beberapa kendala dalam usahanya, terutama kenaikan harga bahan baku seperti minyak goreng dan tepung tapioka.
"Kendalanya di bahan baku, terutama minyak dan tepung tapioka. Pegawai kami ada 12 orang yang kami ambil dari tetangga sekitar. Harapan kami, UMKM yang kami jalani bisa semakin maju," pungkasnya.
(akd/ega)