Kecelakaan yang melibatkan kereta api Gaya Baru Malam Selatan dengan mobil Agya di perlintasan Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Klaten, menewaskan ayah dan anak. Relawan penjaga perlintasan tanpa palang pintu di lokasi, Suhardi (45) merasakan penyesalan mendalam akibat peristiwa itu.
Diketahui, kecelakaan yang terjadi pada Minggu (14/1) pada pukul 16.45 WIB itu menewaskan dua orang yakni ayah dan anak. Kala itu, Suhardi mengaku sedang tidak berjaga karena pulang ke kampungnya di Bantul.
"Ndilalah pas hari Minggu Kliwon itu saya pulang, membersihkan makam di kampung. Setelah selesai, saya tarub mantenan sampai sore, ya bermasyarakat," kata Suhardi saat ditemui detikJateng, Selasa (16/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai gotong royong di hajatan pernikahan di kampungnya di Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY, Suhardi ke Prambanan pada Minggu (14/1) pukul 19.00 WIB untuk menjaga perlintasan seperti biasa.
"Sampai di sini habis isya, kaget ada mobil derek menarik mobil yang ringsek itu. Ternyata ada kecelakaan. Saya sampai pagi di sini merenung," ujar Suhardi.
Suhardi menjadi relawan penjaga perlintasan kereta api di Desa Taji baru sekitar empat bulan. Awalnya dia diajak temannya warga Gondang, Kecamatan Kebonarum.
"Saya diajak teman orang Gondang, dia sudah tua dan saya melanjutkan jaga di sini. Selama saya di sini aman-aman saja, ndilalah kemarin saya pulang (ada kecelakaan)," ucap Suhardi yang tinggal di Bambanglipuro, Bantul.
Sebelum menjadi penjaga perlintasan secara suka rela, Suhardi bekerja serabutan di bidang bangunan.
"Kaki saya patah ini (karena kecelakaan di Bogem, Kalasan, Sleman, sehingga dipasang platina) terus menjaga di sini. Ya kadang orang lewat kasih Rp 1.000, Rp 2.000. Kadang juga tidak pada ngasih, tapi saya ikhlas untuk keselamatan yang lewat. Ngasih saya terima, tidak juga tidak apa-apa," kata Suhardi.
Tiap hari Suhardi menjaga perlintasan itu dari pagi sampai sore. Jika ada rezeki cukup, dia pulang ke Bantul.
"Kalau ada rezeki saya pulang, kalau tidak ya tidur di situ (menunjukkan besi berpapan di pinggir sawah dekat rel). Sehari kadang Rp 40.000, Rp 50.000, kadang Rp 25.000 ya seikhlasnya yang penting," imbuh Suhardi.
Sebelum mengetahui ada kecelakaan maut di perlintasan yang biasa dia jaga, Suhardi mengaku perasaannya tidak tenang dan ingin segera ke lokasi.
"Seharusnya setelah tarub hajatan saya tidur, tapi perasaan saya tidak enak dan harus ke sini (perlintasan). Sampai sini lihat derek menarik mobil ringsek, waduh ada kecelakaan, sedih saya," ujar bapak dari satu anak itu.
Terpisah, Kades Taji, Kecamatan Prambanan, Nova Marista, mengatakan keberadaan relawan penjaga di perlintasan itu belum lama.
"Ya kurang lebih sebulan (ada relawan penjaga). Ya kalau kita diminta (Pemkab) menyiapkan (penjaga) ya siap. Kalau yang saat ini kan tidak resmi," kata Nova kepada detikJateng.
Diberitakan sebelumnya, kecelakaan yang melibatkan mobil Agya bernomor polisi L 1465 JF dengan kereta api Gaya Baru Malam Selatan (GBMS) di perlintasan sebidang Desa Taji, Kecamatan Prambanan, itu menewaskan dua orang. Dua orang tersebut merupakan penumpang mobil.
Kedua korban yakni Dimas (24) dan Bakron Mastaji (51), warga Duri Kulon, Laren, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
"Korban dua orang warga, Dimas dan Bakron. Itu orang tua dan anaknya," jelas Kanit Gakkum Satlantas Polres Klaten Iptu Slamet Riyadi di lokasi, Minggu (14/1/2024) malam.
Dijelaskan Slamet, kecelakaan itu melibatkan KA Gaya Baru Malam Selatan dan mobil Agya. Kejadian pukul 16.45 WIB dan bisa dievakuasi satu jam kemudian.
"Kita evakuasi dengan menggunakan derek, mobil kita amankan di Mapolsek Prambanan. Evakuasi sekitar satu jam," terang Slamet.
(dil/ams)