Viral Panti Rehabilitasi Cilacap Sambat dapat Kiriman 40 Pasien dari Jabar

Viral Panti Rehabilitasi Cilacap Sambat dapat Kiriman 40 Pasien dari Jabar

Anang Firmansyah - detikJateng
Senin, 04 Des 2023 20:42 WIB
Suasana Panti Panti Rehabilitasi Sosial Gangguan Jiwa dan Narkoba Tanbihul Ghofilin Cilacap, Senin (4/12/2023)
Pemilik Panti Rehabilitasi Sosial Gangguan Jiwa dan Narkoba Tanbihul Ghofilin Cilacap mengungkapkan fakta terkait keluhannya, Senin (4/12/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Cilacap -

Sebuah video berdurasi 5 menit 17 detik viral melalui pesan berantai di jejaring sosial. Video tersebut berisikan keluhan pemilik panti Rehabilitasi Sosial Gangguan Jiwa dan Narkoba Tanbihul Ghofilin di Desa Kalisabuk, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap.

Dalam video tersebut pimpinan panti mengeluhkan karena merasa tidak mendapatkan perhatian dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung. Sebab menurutnya, ada 40 pasien yang didatangkan dari wilayah setempat. Namun pihak tersebut terkesan lepas tangan dan membiarkan pemilik panti menghidupi puluhan pasien tersebut.

Ditemui di kediamannya, pemilik panti tersebut Jasono (55) menjelaskan video tersebut dibuat karena dirinya sudah merasa kesal karena tidak mendapat perhatian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Video kemarin itu ya saya ngomong apa adanya yang ada di sini. Kondisi saat itu ada titipan dari Satgantar (Satuan Tugas Penanganan Keterlantaran dan Disabilitas) bentukan dari Dinsos Kabupaten Bandung," kata Jasono saat ditemui, Senin (4/12/2023) sore.

Menurutnya kasus tersebut sudah selesai. Karena para pasien sudah dijemput kembali oleh Dinas Sosial Kabupaten Bandung pada pagi hari tadi. Hanya menyisakan 2 pasien karena permintaan keluarga.

ADVERTISEMENT

"Alhamdulillah hari ini sudah diselesaikan dengan baik oleh Dinsos Kabupaten Cilacap, Kementerian Sosial yang diwakili oleh Satria Baturraden sudah klir semuanya," terangnya.

"Tadi dari Dinas Provinsi Bandung sudah mengambil 13 orang. yang 2 masih disini karena memang permintaan keluarga. Yang lain ada yang kabur juga, sisanya sudah dijemput bertahap sebelum video itu viral. Semuanya ada 40 orang dari Bandung," sambung dia.

Jumlah pasien tersebut menurut Jasono tidak sekaligus diantarkan. Namun diantarkan secara bertahap oleh tim Satgantar sejak Bulan Maret lalu.

"Sejak bulan Maret, sekitar 9 bulan. Awal datang itu bertahap, pertama ada 4 orang terus 8 orang dan seterusnya. Terakhir datang Bulan Agustus kemarin ada 4 orang. Ada cowo dan cewe," jelasnya.

Jasono mengaku awal mula pasien tersebut dikirim, ia dijanjikan akan diberi Rp 1,5 juta tiap bulan untuk kebutuhan satu orang pasien. Namun 9 bulan berjalan ia merasa ditelantarkan karena tidak pernah menerima uang tersebut. Terpaksa ia membiayai pasien ini dengan uang pribadi.

"Mulai dari bulan Maret sampai saya buat video itu ya 1.000 rupiah pun saya tidak dikasih. Dahulu janjinya mau bayar Rp 1,5 juta per orang satu bulan. Memang keadaan dari sana juga belum ada anggaran mungkin," ungkapnya.

"Saya juga dengan dinas sosial Kabupaten Bandung sudah berkoordinasi dengan baik. Karena saya sudah kepepet dan memang harus ditolong ini orang akhirnya saya dengan rasa iba membuat video itu," lanjut dia.

Jasono (55) Pemilik Panti Rehabilitasi Sosial Gangguan Jiwa dan Narkoba Tanbihul Ghofilin Cilacap saat ditemui di kediamannya, Senin (4/12/2023).Jasono (55) Pemilik Panti Rehabilitasi Sosial Gangguan Jiwa dan Narkoba Tanbihul Ghofilin Cilacap saat ditemui di kediamannya, Senin (4/12/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

Ketika video tersebut viral, pihak dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung merespon positif. Mereka mendatangi panti tersebut untuk memberikan bantuan sekaligus menjemput pasien yang dahulu diantar oleh Satgantar.

"Tadi pagi Dinsos datang terus dibantu sama Gubernur Jabar Rp 25 juta, Dinsos Kabupaten Bandung Rp 5 juta serta kemensos bantu per makanan," ucapnya.

Dirinya mengklaim bisa menyembuhkan para pasien ODGJ ataupun mantan pecandu narkoba yang mengalami gangguan jiwa sejak berusia 20-an. Metode yang digunakan menggunakan ajaran islam.

"Saya jalan ini sudah lama sejak saya kuliah umur 20 tahunan. Jadi sudah 30 tahun lebih. Tapi terdaftar di Kemenkumham sejak tahun 2009. Metodenya dengan rukyat, mujahadah dan ramuan serta pelatihan-pelatihan pakai metode ataupun dengan ajaran Islam," jelasnya.

Meski begitu, Jasono mengaku tidak semua pasien yang masuk ke panti miliknya ini sembuh. Ada juga yang nyawanya tidak tertolong karena berbagai persoalan.

"Namanya usaha Alhamdulillah banyak yang sembuh, yang tidak tertolong kemudian meninggal juga ada. Namanya penyakit ya sama saja dokter ngobatin orang," ujarnya.

Saat ini Jasono menyebut tersisa 22 pasien yang masih menghuni pantinya. Ia mengaku tidak pernah memasang tarif jika ada pasien yang ingin dititipkan oleh keluarga. Bahkan bagi pasiennya yang tidak memiliki keluarga, ia tanggung seluruh kebutuhan konsumsinya.

"Saya ada banyak pasien. Tidak mesti kalau disini kadang 30, 40 atau 70 juga pernah. Sekarang tinggal 22. Yang ada keluarga kadang ngasih saya 300 ribu atau 700 ribu perbulan. Tapi kalau yang ga ada keluarga ya tanggungan saya," pungkasnya.




(cln/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads