3 Contoh Teks Khutbah Jumat tentang Hari Guru Nasional 2023

3 Contoh Teks Khutbah Jumat tentang Hari Guru Nasional 2023

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Jumat, 24 Nov 2023 10:28 WIB
Sejumlah jamaah mendengarkan khutbah jumat usai peresmian Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/12/2022). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan Masjid Raya Al Jabbar sekaligus menggelar Salat Jumat perdana di Masjid Raya tersebut.
Ilustrasi contoh teks khutbah Jumat tentang Hari Guru Nasional 2023. Foto: Raisan Al Farisi/Antara Foto
Solo -

Setiap Jumat, umat Islam laki-laki berkumpul di masjid untuk mendengarkan khutbah sebelum sholat Jumat. Agar lebih relevan, umumnya khatib memilih tema yang sesuai dengan peristiwa atau hari peringatan terdekat, seperti Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November.

Dengan tema yang relevan, khutbah Jumat menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan-pesan Islam yang terkait dengan isu-isu aktual. Khutbah juga menjembatani antara ajaran agama dan peristiwa yang dihadapi oleh umat.

Jika detikers sedang mencari contoh teks khutbah Jumat tentang Hari Guru Nasional 2023, silakan simak informasi lengkap yang ada di bawah ini. detikJateng telah merangkum beberapa contoh khutbah Jumat dari laman resmi NU dan Masjid Istiqlal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teks Khutbah Jumat tentang Hari Guru Nasional (1)

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِۚ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah, Di hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, takwa dalam artian menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan ketakwaan, amal ibadah yang kita lakukan dapat diterima di sisi Allah subhanahu wa ta'ala.

ADVERTISEMENT

Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala, Setiap tanggal 25 November kita baru saja memperingati hari guru nasional. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang, menghargai dan mengapresiasi jasa para guru di Indonesia. Tema hari guru nasional 2021 adalah "Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan". Melihat tema ini, maka kita sebagai warga Indonesia memiliki tugas untuk memulihkan kualitas pendidikan Indonesia, tentunya bukan hanya murid saja yang dituntut untuk diperbaiki, namun semua elemen pendidikan, yaitu guru, murid, dan orang tua murid.

Terkait guru, Islam adalah agama yang memposisikan seorang guru di tempat yang mulia. Guru merupakan orang yang berilmu, yang patut dicontoh oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, seorang guru haruslah senantiasa menjaga perilaku dan etikanya agar dapat menjadi contoh bagi murid-muridnya. Guru adalah seorang yang berilmu, sedang orang yang beriman dan berilmu akan Allah tinggikan derajatnya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Quran surah al-Mujadalah ayat 11:

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (QS al-Mujadalah: 11)

Jamaah yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta'ala Menjadi guru yang teladan merupakan sebuah keharusan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Mengenai keteladanan seorang guru, terdapat kisah antara Imam Syafi'i dan guru dari anak-anak Khalifah Harun Arrasyid. Kisah ini tertulis dalam kitab Miatu Qishhah wa Qishhah min Hayati Imam al-Syafi'i karya Syekh Shiddiq al-Minsyawi.

Suatu hari Imam al-Syafi'i mengunjungi Amirul Mukminin Harun Arrasyid. Beliau meminta izin untuk masuk ke rumahnya. Sampai di sana, Imam Syafi'i ditemani pembantu Harun Arrasyid untuk menemui Abu 'Abdul Shamad, guru yang mengajari anak-anak Khalifah Harun.

Si pembantu berkata kepada Imam Syafi'i, "Wahai Imam, ini adalah anak-anak Khalifah Harun dan itu adalah guru mereka, barangkali engkau berkenan memberikan nasihat kepada mereka."

Imam Syafi'i pun dengan senang hati memberikan nasihat berharga kepada Abdul Shamad:

"Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mendidik seorang murid adalah memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Sungguh, pandangan mereka tertuju kepadamu. Mereka akan mengikuti kamu dalam memandang baik buruknya sesuatu. Maka ajarilah mereka Al-Quran. Jangan kamu paksa mereka sehingga mereka jadi bosan untuk belajar, jangan juga kamu terlalu lalai sehingga mereka meninggalkan pelajaran. Kemudian ajarilah mereka syair dan hadis supaya jiwa mereka menjadi baik dan mulia. Dan janganlah kamu bawa mereka dari satu pelajaran ke pelajaran lainnya, sebelum mereka benar-benar menguasai pelajaran tersebut. Sebab, banyaknya pembicaraan yang masuk ke pendengaran, dapat membuat sesat pemahaman" (Muhammad Shiddiq al-Minsyawi, 100 Qishshah wa Qishshah min Hayat al-Syafi'i, Kairo: Qataf Linnasyr wa al-Tawzī', 2015, hal. 18)

Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala Dari nasihat Imam Syafi'i tersebut, banyak poin-poin penting yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang guru. Yaitu, hendaknya seorang guru menjadi teladan bagi seorang murid, teladan dalam arti guru turut dalam mencontohkan perbuatan-perbuatan baik, tidak hanya menyuruh murid untuk melakukannya.

Misalnya, di sekolah ada peraturan untuk melaksanakan salat sunah duha berjamaah, maka selayaknya guru-guru di sekolah tersebut ikut dalam pelaksanaannya, sehingga para murid antusias dalam kegiatan salat duha berjamaah. Misal lainnya adalah dalam menanamkan minat baca, seorang guru harus memulai dari dirinya terlebih dahulu, barulah kemudian menganjurkan kepada murid-muridnya. Termasuk dalam hal kerapian dan kebersihan.

Poin selanjutnya adalah, ajarilah Al-Quran dan hadis kepada para murid, juga ajarkan mereka ilmu-ilmu kebahasaan. Terakhir, ketika mengajarkan materi kepada anak, guru harus menggunakan cara efektif sehingga murid tidak bosan, jangan juga berpindah-pindah dari satu materi ke materi lainnya sebelum dia benar-benar memahaminya.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah. Demikianlah nasihat Imam Syafi'i kepada guru. Guru adalah profesi yang mulia, mereka bertugas menyebarkan ilmu kepada murid-muridnya, mengajarkan etika dan norma yang baik sekaligus menjadi contoh dan panutan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صلَّى اللّٰهُ عليْهِ وسلَّمَ إنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكتَهُ وأَهلَ السَّماوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الحُوْتَ لِيُصَلُّونَ عَلى مُعَلِّمِ النَّاسِ الخيرَ

Artinya: Keutamaan seorang yang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian. Sungguh Allah, malaikat, penduduk langit, dan bumi, bahkan semut di sarangnya, juga ikan paus, mereka semua mendoakan orang yang mengajarkan manusia kepada kebaikan.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ، ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَيُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Teks Khutbah Jumat tentang Hari Guru Nasional (2)

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Rais Akbar Nahdlatul Ulama: Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari, dalam mukadimah salah satu kitabnya yang berjudul "Adabul 'Alim wal Muta'allim" (kitab ini ditulis oleh beliau sebelum didirikannya NU) beliau mengisahkan, suatu hari Imam Syafi'i pernah ditanya mengenai pentingnya adab atau etika dalam pengajaran dan pendidikan:

كيف شهوتُك للأدب ؟

"Bagaimanakah hasrat dan perhatianmu terhadap pengajaran adab?".

Beliau menjawab:

أسمعُ بالحرف منه فتوَدُّ أعضاءي أنّ لها أسماعا تتنعّم به

"Setiap kali telingaku mendengar materi pengajaran adab meski hanya satu huruf, maka seluruh organ tubuhku akan ikut menyimaknya, seolah-olah seluruh anggota tubuhku memiliki pendengaran. Demikianlah perumpamaan hasrat dan perhatianku terhadap pengajaran adab".

Beliau kemudian ditanya lagi, "Lalu, bagaimanakah upayamu dalam mencari pengetahuan tentang adab itu?". Beliau menjawab:

طلب المرأة المضلّة ولَدَها وليس لها غيرُها

"Aku akan dengan sekuat tenaga mencarinya sebagaimana upaya pencarian seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang dimiliki". (Hasyim Asy'ari, Adab al-'Alim wa al-Muta'allim, 1415 H: 10-11).

Jamaah Jumah rahimakumullah,
Kisah di atas merupakan sepenggal pelajaran yang sangat menarik dan berharga dari Imam Syafi'I bagi kita semua, yang menjelaskan betapa penting dan berharganya pengajaran adab atau etika. Sehingga orang yang tidak memiliki etika diumpamakan seperti seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang dimiliki.

Adab, akhlak atau etika, merupakan unsur sangat penting dan mendasar dalam kehidupan manusia. Ia adalah tolak ukur yang menentukan mental, kepribadian, dan perilaku seseorang, sekaligus sebagai mumayyizat atau ciri khas yang membedakan antara manusia sebagai makhluk mulia dengan makhluk Allah lainnya. Apabila ciri khas itu hilang maka akan hilang pula kemuliaan martabat manusia, bahkan posisinya bisa jauh lebih rendah dibanding hewan sekali pun.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al-Qur'an:

لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم. ثمّ رددناه أسفل سافلين. إلاّ الذين آمنوا وعملوا الصالحات ....


"Sungguh telah Aku ciptakan manusia dalam bentuk (dan kelengkapan potensi) yang sebaik-baiknya. Namun kemudian Aku kembalikan ia pada posisi yang serendah-rendahnya. Kecuali mereka yang benar-benar beriman dan berperilaku sholeh...."

Dan agar seseorang benar-benar dapat menjadi insan yang beriman dan berperilaku sholeh, caranya tiada lain harus melalui satu proses yang dinamakan: pendidikan. Tentu, pendidikan yang tidak hanya berisi penyampaian materi pelajaran atau keterampilan (skill) semata, akan tetapi include di dalamnya penanaman nilai-nilai moral dan etika, melalui nasehat dan keteladanan seorang guru, apapun materi atau bidang ajar diajarkan.

Demikian pentingnya adab atau akhlak dalam kehidupan manusia, maka tidak mengherankan apabila dalam sejarah pemikiran (filsafat) misalnya, persoalan adab atau moralitas ini menjadi kajian penting di kalangan para filsuf yang telah berlangsung sejak ribuan tahun silam, hingga melahirkan cabang pengetahuan filsafat moral yang disebut dengan Etika.

Jama'ah sekalian yang dimuliakan Allah,
Rasulullah SAW pun telah dengan tegas menyatakan bahwa dirinya diutus oleh Allah SWT ke muka bumi adalah untuk memperbaiki akhlak umat manusia, sebagaimana disabdakan oleh beliau:

إنما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق

"Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk memperbaiki akhlak". Selain itu, akhlak atau etika juga merupakan cermin kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW dalam hal ini menyatakan:

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya".

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Dalam dunia pendidikan pun sama demikian, penanaman etika merupakan unsur utama yang sudah seharusnya menyatu dalam setiap proses pembelajaran, apapun materi yang dipelajari atau diajarkan.

Hal ini selaras dengan hakikat tujuan pendidikan itu sendiri, yakni sebagai upaya pembentukan dan pengembangan seluruh aspek potensi peserta didik secara utuh, sesuai fitrah yang dimiliki manusia sejak lahir, baik potensi intelektual dan spiritualnya, potensi jasmani dan rohaninya, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, hakikat dari tujuan pendidikan itu sebagai upaya penanaman nilai-nilai luhur (transfer of moral) dalam rangka "memanusiakan" manusia. Maka, adalah kurang tepat, apabila tugas mengajar atau mendidik hanya dimaknai secara sederhana sebatas pengajaran materi pengetahuan (transfer of knowledge) semata.

Oleh karenanya, seiring momentum Hari Guru Nasional saat ini, marilah aktivitas yang kita semua tekuni dalam dunia pendidikan, kita pahami bukan hanya sekadar "profesi", namun harus dijiwai sebagai sebuah pengabdian dan tanggungjawab "profetik", yakni tanggung jawab moral kita untuk sama-sama mengemban tugas kenabian dalam rangka menyiapkan generasi masa depan, yang tidak hanya diharapkan terampil dan berilmu pengetahuan tinggi, tetapi juga memiliki akhlak dan keluhuran budi pekerti. [ ] Insya Allah, dengan paradigma semacam ini, setiap waktu, tenaga dan pikiran yang kita curahkan akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT, seiring harapan semoga usia dan rizki yang dititipkan kepada kita akan benar-benar bernilai manfaat serta berkah fid diini wad dunya wal akhirah. Amin ya Rabbal 'Alamin.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم. ونفعني وإيّاكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. وتقبّل منّي ومنكم تلاوته إنّه هو السميع العليم. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم فاستغفروه. إنّه هو الغفور الرحيم.

Khutbah II

الحمد لله الذي أَكرَمَنا بِدِين الحقّ المبين، وأَفضَلَنا بِشريعة النّبي الكريم، أشهد أن لا اله إلاّ اللهُ وحده لا شريك له الملِكُ الحقُّ المبين، وأشهد أنّ سيّدَنا ونبيَّنا محمدا عبدُه و رسولُه سيّدُالأنبياء والمرسلين، اللهم صلّ وسلّم وبارك على نبيِّنا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله، وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات، واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. عباد الله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله أعزّ وأجلّ وأكبر.

Teks Khutbah Jumat tentang Hari Guru Nasional (3)

Telah jamak diketahui bahwa pendidikan adalah sesuatu yang asasi dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan yang baik manusia ibarat hidup dalam kegelapan. Pendidikan hakikatnya mengajarkan berbagai ilmu dan pengalaman yang diperlukan dalam kehidupan. Bahkan, dalam pandangan Islam, ilmu dan pengalaman yang didapatkan melalui suatu proses pendidikan tak sekedar untuk keperluan hidup di dunia, namun juga di akhirat kelak.

Al-Quran mengisahkan bahwa diantara hal pertama yang diterima oleh Adam dan Hawa ketika mereka telah turun ke muka bumi adalah soal pengajaran pengetahuan tentang alam semesta dan kehidupan ini.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah/2: 31-33,

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٣١ قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ ٣٢ قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ ٣٣

Artinya: Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!" Mereka menjawab, "Mahasuci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." Dia (Allah) berfirman, "Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!" Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, "Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?" (QS. Al-Baqarah/2: 31-33)

Pelajaran selanjutnya untuk Adam dan Hawa adalah pengajaran antara yang boleh dan yang tak boleh; antara yang baik dan yang buruk. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah/2: 35,

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ٣٥ فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٣٦

Artinya: Kami berfirman, "Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!" Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya17) sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, "Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan." (QS. Al-Baqarah/2: 35)

Pendidikan dan ilmu pengetahuan menempati posisi penting dalam ajaran Islam. Orang yang mau belajar dan mengajarkan kebaikan ditempatkan pada derajat yang paling tinggi.

وعن أبي الدرداء - رضي الله عنه - قال سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول << من سلك طريقا يبتغي فيه علما سَهـَّل الله له طريقا إلى الجنة، وإنَّ الملا إكةَلَتَضَعُ أجنحتحالطالب العلم رضًا بما يَصنَع، وإنَالعالم ليستغفر له من في السماوات ومن في الأرض حتى الحيتانُ في الماء، وفضلُ العالم على العابد كفضل القمر على سا إر الكواكب، وإنَّ العلماء ورثة الأنبياء لم يورِّثوا دينارا ولا درْهـَماً وإِنماوَرَّثُوا العلم، فَمَن أَجَذَهُ أَخَذَبحظٍّ وافِرٍ

Artinya : "Barangsiapa yang berjalan mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga. Sesungguhnya, para malaikat akan membentangkan sayapnya sebagai bentuk keridhaannya kepada orang yang sedang mencari ilmu, dan orang yang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, bahkan karang di dasar lautan. Keutamaan orang yang berilmu itu seperti keutamaan rembulan atas bintang-bintang. Sesungguhnya, para ulama adalah pewaris para nabi, karena para nabi itu tidak mewariskan dinar atau dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya, maka ia akan mendapatkan bagian terbanyak" (HR. At-Turmudzi).

Setiap muslim diwajibkan untuk belajar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan bahwa belajar hukumnya wajib. Bagaimana mungkin seseorang akan beriman kepada Allah tanpa ilmu? Beriman tanpa berilmu bisa keliru. Sama halnya beribadah tanpa ilmu, bagaimana ia melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Termasuk, bermuamalah pun ada tuntunan ilmunya. Ilmu tentang etika dan hubungan antar sesama, memahami hak dan kewajiban masing-masing dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Islam telah mengatur semuanya.

Pernah suatu ketika Rasulullah mendapati dua kelompok di dalam Masjid Nabawi. Kelompok pertama fokus pada ibadahnya masing-masing; sedangkan kelompok kedua berisi orang-orang yang sedang belajar. Ahli ibadah dan ahli ilmu. Menurut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ahli ilmu lebih utama. Karena ahli ibadah untuk dirinya sendiri, sedangkan ahli ilmu mereka belajar dan mengajarkan ilmu, mengajari yang bodoh menjadi pintar. Rasul sendiri menyatakan bahwa dirinya adalah seorang guru.

عن عبدالله بن عمرو، أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلّم مَرَّ بِمَجْلِسَينِ فِي مسجِدِه، فقال: كلاهـُما على خير، وأحَدُهـُما أفضلُ من صا حِبِهِ، أمَّا هـؤلاء فَيَدْ عُونَ الله وير غبونَ إليهِ، فإنْ شاءَ أعطا هـُمْ وإنْ شاءَ مَنَعَهـُم، وأمَّا هـؤلاءِ فيتعلَّمُونَ الفِقهَ والعِلْمَ، ويُعَلِّمُونَ الجا هـِلَ فَهـُمْ أفْضَلُ، وإنَّما بُعِثْتُ معلِّماً >> قال ثم جلسَ فيحم. (رواه الدارمى)

Artinya: "Ketika memasuki masjidnya, Rasul melewati dua majlis, kemudian Beliau bersabda: Keduanya baik, tetapi yang satu lebih utama dari yang lain. Yang satu berdoa kepada Allah dan menyukai doa itu, jika Allah berkenan maka Dia pun akan mengabulkannya, dan jika tidak berkenan akan dicegah. Sedangkan yang satu lagi mereka belajar agama dan ilmu pengetahuan dan mengajarkan orang-orang yang bodoh, mereka itu lebih utama, dan sesungguhnya saya ini diutus sebagai seorang guru. Kemudian beliau duduk di situ" (HR. Ad-Darimy)".

عن أَبي أُمَامَةَالْبَاهـِليِّ، قالَ: ذُكِرَ لِرَسُولِ الله رَجُلاَنِ أَحَدُهـُمَا: عَابِدٌ وَالآخَرُ عَالِمٌ، فَقَالَ رَسُولُ الله: فَضْلُ الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ، ثُمَ قَالَ رَسُولُ الله: إِنَّ الله وَمَلاَ ءكَتَهُ وَأَهـْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ في جُحْرِهـَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ. (رواه التر مذى)

Artinya : "Dari Abu Umamah al-Bahiliy ia berkata: Disampaikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang dua orang, yang satu ahli ibadah yang satu lagi ahli ilmu. Lalu Rasulullah bersabda: Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah itu seperti keutamaanku atas orang-orang di bawahku (para sahabat). Kemudian Rasul menimpali lagi: Sesungguhnya Allah, malaikat dan para penghuni langit dan bumi, hingga semut yang di dalam liangnya, bahkan ikan dalam lautan, semuanya bershalawat atas orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia" (HR. Tirmidzi).

Siapa yang mengajarkan semua ilmu itu? Guru! Sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Rasul shallallahu 'alaihi wasallam: bahwa aku diutus sebagai seorang guru. Guru adalah faktor penting dalam proses pendidikan dan pembentukan kepribadian seseorang, bahkan dalam pembentukan keimanan seseorang. Guru pertama bagi setiap anak adalah kedua orang tuanya. Maka, para orang tua sebagai guru bagi anak-anaknya perlu memiliki bekal ilmu dan pengalaman serta wawasan yang baik. Jika sebuah rumah tangga baik, maka akan baiklah pertumbuhan anak-anaknya.

الأم مدرسة الأولى إذا أعددت شعبا طيب الأعراق

Artinya: "Ibu adalah sekolah pertama bagi keluarganya. Jika engkau menyiapkannya dengan baik, maka engkau telah menyiapkan generasi yang berakhlak mulia".

Allah subhanahu wata'ala pun menyerukan kepada para orang tua pentingnya menyiapkan generasi yang tanggung.

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ٩

Artinya: "Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya)." (Qs. An-Nisa [4]: 9).

Generasi yang tangguh merupakan aset paling berharga bagi sebuah bangsa. Sekarang ini faktor keberhasilan suatu negara bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi, hukum, dan pertahanan negara saja, namun juga dari faktor pendidikannya. Alasannya, karena pendidikan merupakan penggerak sumber daya manusia yang dapat memajukan semua faktor keberhasilan suatu negara.

"Education is the most powerful weapon which you can use to change the world" kata Nelson Mandela. Artinya, pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia. Maka, perhatian kita kepada para guru sebagai pendidik yang akan mendidik, mengajar, melatih dan membina perkembangan ilmu, pengalaman, keterampilan dan wawasan anak-anak kita, perlu terus ditingkatkan. Jika gurunya baik, maka pendidikan akan baik. Dan jika pendidikan baik, maka akan menjadikan bangsa yang maju dan berperadaban.

Di negara-negara maju, penghormatan dan penghargaan kepada guru sedemikian tinggi, baik yang datang dari masyarakat maupun dari negara. Bahkan, dalam sebuah ungkapan pepatah Arab menyebutkan:

من علمني حرفا صرت له عبدا

Artinya: "Barangsiapa yang mengajariku satu huruf saja, maka aku telah menjadi budaknya."

إن المعلم والطبيب كلا هـما # لا ينصحان إذا هـما لم يكرما واصبر لد اءك إن أهـنت طبيبه # واصبر لجهـلك إن جفوت معلما

Artinya: "Sesungguhnya guru dan dokter itu dua-duanya # tidak akan memberi nasehat jika keduanya tidak dihormati ... Maka, bersabarlah atas penyakitmu jika engkau menjauhi dokter # dan puaslah dengan kebodohanmu jika engkau menjauhi guru"

Demikian 3 teks khutbah Jumat sesuai dengan tema Hari Guru Nasional. Semoga bermanfaat, Lur!




(apl/rih)


Hide Ads