Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional akan berlangsung di tanggal 5 November 2023. Momentum kali ini menjadi waktu yang tepat bagi masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal Puspa Nasional asli Indonesia. Seperti tiga jenis Puspa Nasional berikut ini.
Perayaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya dalam melestarikan keanekaragaman hayati. Tak terkecuali Puspa Nasional yang merujuk pada flora atau tumbuhan asli Indonesia.
Dikutip melalui buku Mimbar kekaryaan ABRI, pada 5 November 1993 silam Presiden Soeharto memberikan sambutan pada upacara Pencanangan Tahun Lingkungan Hidup. Pada kesempatan ini Presiden Soeharto mengumumkan ada tiga jenis Puspa Nasional yang memiliki julukan masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas apa sajakah Puspa Nasional yang menjadi simbol nasional bagi bangsa Indonesia? Berikut rangkuman informasinya!
Bunga Melati sebagai Puspa Bangsa
Puspa Nasional pertama ada bunga melati yang dijuluki sebagai Puspa Bangsa. Berdasarkan informasi dari jurnal yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun.
Tanaman melati termasuk suku melati-melatian atau famili Oleaceae. Menariknya, di Indonesia bunga melati memiliki julukan berbeda di sejumlah daerah. Melati disebut sebagai menuh di Bali, meulu cut atau meulu cina di Aceh, menyuru di Kepulauan Banda, melur di Gayo dan Batak Karo, manduru di Manado, mundu di Bima dan Sumbawa, serta malete di Madura.
Dikutip dari laman resmi Portal Informasi Indonesia, bunga melati putih sebagai Puspa Bangsa lebih mudah dijumpai di hampir seluruh penjuru Tanah Air. Bunga ini memiliki nama latin Jasminum sambac. Sebagai salah satu tanaman yang terkelompok dalam perdu, Melati mempunyai tinggi sekitar 0,3-3 meter. Batangnya bulat dan berkayu. Sedangkan, jenis daun bunga ini berjenis tunggal dengan tangkai daun yang pendek. Tumbuh dengan cara merambat dan sedikit 'berantakan' dan 'longgar'. Bunga ini banyak ditemukan di wilayah beriklim tropis dan hangat karena tanaman bunga melati sangat menyukai cahaya matahari.
Tak sampai di situ, bunga melati juga memiliki filosofi atau makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Masih dikutip dari sumber yang sama, bau bunga melati yang harum menjadi lambang kesucian dan kemurnian. Hal ini dinilai menggambarkan bangsa Indonesia yang dikenal mampu merangkul semua perbedaan, menghormati keberagaman, serta menyatu dalam ikatan persaudaraan begitu kuat.
Bunga Anggrek Bulan sebagai Puspa Pesona
Selanjutnya ada bunga anggrek bulan yang dijuluki sebagai Puspa Pesona. Seperti namanya bunga anggrek bulan sebagai Puspa Pesona memiliki wujud yang cantik dan juga indah. Berdasarkan informasi yang dibagikan melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, anggrek bulan atau Phalaenopsis amabilis banyak dibudidayakan dan menjadi tanaman koleksi. Ini tak terlepas dari nilai ekonomi dan keunggulan yang dimiliki oleh bunga tersebut.
Bunga anggrek bulan dikenal mampu bertahan cukup lama hingga 2 bulan atau bahkan lebih di kondisi lingkungan yang bagus. Ukuran bunga ini berdiameter kisaran 6-10 cm dan sering kali dijumpai di beberapa daerah Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua.
Serupa dengan bunga melati, bunga anggrek bulan juga memiliki penyebutan berbeda di sejumlah daerah. Seperti anggrek menur di Jawa Barat, anggrek wulan di Bali, dan anggrek terbang di Maluku.
Bunga Padma Raksasa atau Rafflesia arnoldii sebagai Puspa Langka
Terakhir ada Puspa Langka yang menjadi sebutan bagi bunga padma raksasa atau Rafflesia arnoldii. Bukan rahasia umum lagi bahwa Rafflesia arnoldii memiliki penampilan yang sangat khas dan dikenal langka keberadaannya. Bahkan bunga ini sering kali hanya bisa dijumpai di kawasan hutan.
Dikutip melalui laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, bunga Rafflesia arnoldii dikenal sangat unik karena memiliki ciri-ciri yang tak biasa. Bunga ini hanya berupa kuncup atau bunga mekar dan tidak ada batang, daun, ataupun akar.
Rafflesia arnoldii dimasukkan dalam kelompok holoparasit atau tumbuhan yang tidak bisa melakukan proses fotosintesis sendiri. Bunga ini sangat tergantung kepada inang. Bunga yang dijuluki Puspa Langka ini bisa mekar hingga mencapai ukuran 110 cm.
Beberapa jenis Rafflesia arnoldii akan mengeluarkan bau seperti daging busuk setelah mekar. Terutama di waktu 2-3 hari setelah mekar secara sempurna, bau daging busuk akan tercium paling kuat dan lalat dapat mulai berdatangan.
Demikian tadi rangkuman informasi mengenai jenis dan karakteristik dari masing-masing Puspa Nasional. Semoga bermanfaat!
(ams/rih)