Ternyata Ada 12 Rumah di 'Kampung Mati' Cepoko Semarang, Ini Cerita Lurah

Ternyata Ada 12 Rumah di 'Kampung Mati' Cepoko Semarang, Ini Cerita Lurah

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Minggu, 22 Okt 2023 18:30 WIB
Suasana
Suasana permukiman yang dibilang 'Kampung Mati' di Cepogo, Semarang, (Angling Adhitya/detikJateng)
Semarang -

Permukiman yang disebut 'Kampung Mati' di Cepoko, Kota Semarang, dulunya merupakan rumah singgah pemiliknya di akhir pekan. Lurah Cepoko, Dwi Setyo Febrianto menjelaskan para pemilik memang bukan warga asli Cepoko.

Dwi Setyo Febrianto mengatakan permukiman itu dibangun tahun 1980-an dan masuk wilayah RT 4 RW 1. Para pemilik rumah merupakan orang-orang berada di luar Cepoko.

"Dulu memang perumahan kelas menengah. Rumah itu tidak setiap hari dihuni, seperti villa, jadi cuma akhir pekan begitu. Waktu membangun itu juga pakai jasa arsitek," kata Dwi di kantornya, Jumat (20/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ke-12 rumah di sana kemudian ditinggalkan oleh pemiliknya. Kemudian tujuh di antaranya dibeli oleh warga Cepoko yang kemudian salah satunya digunakan untuk gudang LPG sampai sekarang.

"Ada 12 rumah. Sekarang tujuh rumah sudah dibeli oleh pengusaha, oleh Pak Mardani. Difungsikan satu untuk gudang gas," jelasnya.

ADVERTISEMENT
Suasana Suasana "Kampung Mati" Cepoko, Jumat (20/10/2023). Foto: Angling Adhitya Purbaya

Ia juga membantah jika kawasan itu disebut dengan kampung apalagi 'Kampung Mati'. Dwi juga menyayangkan adanya nama 'Kampung Mati' di Google Maps hingga adanya keluhan soal konten kreator atau YouTuber yang membuat konten tanpa izin.

"Orang iseng itu yang kasih tag 'Kampung Mati' di petanya. Namanya kampung kan minimal satu RW. Itu cuma sebagian kecil dari RT 4. Yang jaga gas itu pernah komplain, merasa terganggu karena banyak yang bikin konten. Malam-malam juga ada," tegas Dwi.

Sebagai informasi, Kampung Mati Cepoko viral setelah beberapa video membahas soal suasana mistisnya. Dwi juga sempat mencari tahu soal itu bahkan sempat juga bertemu dengan salah satu pemilik yang meninggalkan rumah di sana.

"Kata beliau enggak ada gangguan makhluk halus. Hoaks itu konten-konten horornya berarti," ujarnya.

Dari pantauan detikJateng, hari Jumat (20/10) belasan rumah memang terlihat tak terawat bahkan atap-atap sudah ambruk. Tanaman-tanaman dan pohon sudah menyatu dengan rumah-rumah tersebut. Ada satu rumah yang digunakan sebagai gudang LPG, sayangnya saat detikJateng menghampiri, penghuninya tidak berada di tempat.




(cln/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads