Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW Lengkap dari Lahir hingga Wafat

Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW Lengkap dari Lahir hingga Wafat

Marcella Rika Nathasya - detikJateng
Rabu, 27 Sep 2023 11:32 WIB
ilustrasi nabi muhammad
Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW Lengkap dari Lahir hingga Wafat. Foto: iStock
Solo -

Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, mengenang perjalanan hidup sang nabi bisa menjadi salah satu cara untuk merefleksikan diri dan mengenang sang nabi junjungan bagi para umat Islam tersebut.

Dikutip dari buku 'Kisah Nabi Muhammad SAW' oleh Ajen Dianawati, Nabi Muhammad SAW merupakan nabi akhir zaman sekaligus penyempurna nabi-nabi sebelumnya. Nabi Muhammad merupakan nabi terakhir yang diutus Allah untuk menyebarkan ajaran agama dan tidak ada satupun yang bisa menjadi nabi setelahnya.

Bagi umat muslim, kisah Nabi Muhammad memiliki nilai yang sangat penting sebagai pedoman hidup. Tidak hanya sebagai cerita, kisahnya juga dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari karena nabi memiliki banyak sifat baik yang bisa diikuti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelahiran Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW lahir di Kota Makkah pada hari Senin 12 Rabiul Awwal tahun Gajah. Tepatnya dua bulan setelah pasukan gajah menyerang Kota Makkah.

Orang tua Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Sebelum kelahiran Nabi Muhammad, ayahandanya (Abdullah) meninggal dunia. Ayahandanya adalah seorang saudagar yang sering bepergian ke negeri Syam. Ketika singgah di Madinah, beliau dalam keadaan sakit hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di sana.

ADVERTISEMENT

Setelah kelahiran Nabi Muhammad, ibunya menyerahkan beliau kepada Halimah Sa'diah untuk disusui. Pada waktu itu, orang Arab memiliki tradisi menyusui anak-anak mereka oleh perempuan desa dengan tujuan memungkinkan anak-anak tumbuh di lingkungan pedesaan yang masih memiliki udara bersih. Beliau tinggal bersama ibu susunya di sebuah dusun Bani Sa'ad selama empat tahun.

Masa Kanak-Kanak

Ketika usianya beranjak 6 tahun beliau kembali tinggal bersama ibunya. Setiap tahun, beliau diajak ibunya pergi ke Madinah untuk mengunjungi kuburan ayahnya dan menjalin silaturahmi dengan keluarga. Pada perjalanan pulang, di suatu tempat bernama Abwa' (sebuah desa antara Makkah dan Madinah), ibunya jatuh sakit dan meninggal di sana.

Sejak saat itu, Nabi Muhammad menjadi anak yatim piatu di usianya yang ke-6 tahun. Lalu, beliau diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Abdul Muthalib adalah tokoh terkemuka di kota Makkah dan sangat menyayangi cucunya. Nama Muhammad, yang berarti Orang yang Terpuji, diberikan oleh kakeknya. Namun, kasih sayang itu tidak berlangsung lama karena sang kakek meninggal dunia dua tahun kemudian pada usia 140 tahun. Maka sesuai wasiat kakeknya, Nabi diasuh oleh pamannya, yaitu Abu Thalib.

Masa Remaja

Ketika Nabi berusia 13 tahun, ia diberi izin oleh pamannya untuk bergabung dalam perjalanan dagang. Mereka berangkat ke negeri Syam, dan saat tiba di sebuah dusun kecil, mereka bertemu dengan seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Pendeta ini mengatakan kepada pamannya, "Sebenarnya, anak saudara ini akan mencapai kedudukan yang tinggi. Kembali segera dan jagalah dia dari gangguan orang-orang Yahudi." Mendengar kata-kata ini, Nabi segera dibawa kembali oleh Abu Thalib ke Makkah.

Masa Dewasa

Masa dewasa nabi dihabiskan dengan berdagang. Suatu hari, sang paman menyarankannya untuk bergabung dengan kafilah dagang milik Khadijah. Nabi pun mengikuti saran tersebut dan dipercayakan untuk membawa barang dagangan milik Khadijah. Khadijah adalah seorang janda kaya yang sangat dihormati oleh kaum Quraisy. Untuk menemani beliau dalam perjalanan, Khadijah memberikan seorang teman bernama Maisaroh.

Selama perjalanan bersama nabi, Maisaroh menyaksikan banyak kejadian luar biasa, seperti Nabi tidak pernah terkena panas matahari yang menyengat, selalu dilindungi oleh awan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang rahib bernama Nasthur yang juga melihat keistimewaan pada diri nabi, seperti yang pernah dilihat oleh Buhaira.

Setelah kembali dari perjalanan dagang, berkat kejujuran dan karakternya yang baik, Nabi Muhammad diangkat sebagai pemimpin kafilah dagang tersebut.

Pernikahan Nabi dengan Khadijah

Melihat kebaikan hati dan perbuatan baik Nabi Muhammad, Khadijah sangat terpesona. Hubungan mereka pun semakin erat, dan tidak lama kemudian, Khadijah meminang Muhammad sebagai suaminya.

Lamaran Khadijah diterima oleh Muhammad yang saat itu berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Meskipun Khadijah adalah seorang janda, Nabi sangat menghormatinya. Rumah tangga Nabi dengan Khadijah berjalan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Khadijah adalah wanita pertama yang memeluk Islam dan menjadi seorang muslimah yang setia berjuang bersama suaminya dalam menyebarkan agama Allah.

Dalam perkawinan mereka, nabi dan Khadijah diberkahi enam anak, dua di antaranya adalah putra, yaitu Al-Qasim dan Abdullah, namun keduanya meninggal saat masih balita. Sedangkan empat anak mereka adalah putri Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Putri tertua, Zainab, menikah dengan Abil Aash Ibnu Rabi bin Abdus Syam. Ruqayyah dan Ummu Kaltsum menikah dengan Usman bin Affan, sedangkan Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib.

Mendapat Gelar Al-Amin

Kala itu banjir besar melanda Kota Makkah. Banjir tersebut menghancurkan Ka'bah. Oleh penduduk, bangunan Ka'bah kemudian diperbaiki kembali. Ketika hampir selesai diperbaiki, para penduduk berselisih pendapat mengenai siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula.

Hingga akhirnya mereka sepakat bahwa yang masuk terlebih dulu ke Masjidil Haram lah yang akan meletakkan Hajar Aswad. Nabi Muhammad lah orang yang pertama kali masuk ke sana. Kemudian, Nabi meletakkan batu mulia itu di atas kain sorbannya.

Dengan bijaksana, beliau meminta masing-masing suku memilih seorang wakil untuk memegang ujung sorban dan mengangkat batu tersebut bersama-sama. Setelah tiba di tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Semua yang melihat merasa puas dengan keputusan sang Nabi yang sejujur-jujurnya ini. Dan sejak kejadian itu, orang-orang Quraisy memberi gelar Nabi Muhammad "Al-Amin" yang artinya dipercayai.

Turunnya Wahyu Pertama

Nabi Muhammad menerima wahyu pertama ketika berusia 40 tahun, wahyu tersebut diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril.

Nabi Muhammad menerima wahyu ketika beliau sedang beristirahat sejenak dan berdzikir kepada Allah di gua Hira, wahyu pertama yang diterima nabi Muhammad adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa diturunkannya wahyu tersebut dikenal dengan Nuzulul Quran atau turunnya Al-Quran.

Sejak saat itu juga Nabi Muhammad resmi diangkat menjadi nabi.

Masa Dakwah Nabi Muhammad

Periode dakwah Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua yakni, Madinah dan Makkah. Beliau melakukan dakwah selama 23 tahun, yang mana 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.

Setelah mendapatkan wahyu yang pertama, nabi kemudian melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang menjadi pengikut pertamanya adalah Khadijah, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, Ummu Aiman, Ali bin Abi Thalib, dan Bilal bin Rabah.

Setelah beberapa tahun melakukan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah Allah SWT dalam Surat Al-Hijr ayat 94 dan memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan.

Terjadinya Peristiwa Isra Miraj

Pada tahun kesebelas pada masa Nabi Muhammad SAW, terjadi suatu peristiwa yang penuh kesedihan. Tahun tersebut sering dikenal sebagai tahun kesedihan karena pamannya, Abu Thalib, dan istri Nabi Muhammad, Khadijah, meninggal dunia pada tahun tersebut.

Setelah peristiwa tersebut, Allah kemudian mengutus Malaikat Jibril untuk menemani Rasul dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang disebut sebagai Isra. Setelah itu Rasulullah kembali dalam perjalanan dari Masjidil Aqsa ke langit ketujuh, yang dikenal sebagai Mi'raj. Di sana, Rasulullah menerima perintah untuk menjalankan sholat lima waktu yang menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam.

Wafatnya Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H (Hijriyah) dalam kalender Islam.

Kesehatan Nabi Muhammad SAW mengalami penurunan setelah menyelesaikan haji wada'. Nabi Muhammad merasakan sakit kepala ketika menghadiri upacara pemakaman di Baqi pada bulan Shafar. Sejak saat itu, kondisinya terus memburuk hingga jatuh sakit selama lebih dari 2 minggu.

Pada hari wafatnya, Nabi Muhammad, dengan suara yang terbata-bata memberikan nasihat dalam khutbahnya. Beliau mengatakan, "Wahai umatku, kita semua berada di bawah kuasa Allah dan kasih-Nya. Oleh karena itu, patuhilah dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Saya mewariskan dua hal kepada kalian, yaitu sunnah dan Al-Quran. Siapa pun yang mencintai sunnahku, berarti mencintai saya, dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan bersama-sama masuk surga bersamaku."

Wafatnya Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam Islam, dan itu menjadi awal dari perkembangan dinasti-dinasti Islam serta penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dunia.

Demikian kisah hidup Nabi Muhammad SAW dari lahirnya hingga hari wafatnya. Selamat memperingati Maulid Nabi, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Marcella Rika Nathasya Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.




(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads