Sesi foto prewedding menggunakan flare di kawasan wisata Bromo berujung kebakaran yang belum padam hingga kini. Meski begitu, kedua pasangan calon pengantin tampak santai saat menjalani pemeriksaan di kantor polisi.
Dilansir detikJatim, kedua pasangan calon pengantin ini mendatangi Satreskrim Polres Probolinggo, Selasa (12/9) kemarin. Keduanya dan tiga kru wedding organizer tampak santai saat mendatangi Polres Probolinggo.
5 orang itu terdiri 3 kru dan sepasang pengantin. Mereka tiba pukul 08.00 WIB dan menjalani pemeriksaan satu per satu di Ruang Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter). Hingga pukul 16.00 WIB, pemeriksaan belum selesai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pantauan detikJatim, ke-5 saksi yang diperiksa itu hanya tertunduk dan fokus bermain HP menunggu giliran diperiksa. Aksi membawa flare itu membuat 274 hektar kawasan Bromo terbakar.
Kasatreskrim Polres Probolinggo AKP Achmad Doni Meidianto mengaku ke-5 saksi yang dikenakan wajib lapor juga menjalan pemeriksaan lanjutan. Untuk penambahan saksi, hingga saat ini masih belum dilakukan.
"Sebelumnya memang dikenakan wajib lapor karena pertimbangan statusnya masih sebagai saksi. Dan hari ini kembali kami lakukan pemeriksaan, seperti yang tadi sudah dilihat di depan ruangan penyidik," kata Doni saat ditemui di ruangannya, dikutip dari detikJatim, Rabu (13/9/2023).
Negara Rugi Miliaran
Negara mengalami kerugian besar akibat ulah calon pengantin yang prewedding dengan membawa flare hingga memicu kebakaran kawasan Gunung Bromo. Pemadaman kebakaran lahan dan hutan dengan water bombing harus menelan biaya hingga miliaran rupiah.
Diketahui, biaya untuk memadamkan kebakaran ini cukup besar. Sebagai gambaran, biaya itu sempat disampaikan oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto. Suharyanto menjelaskan, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk 1 jam water bombing itu saat berkunjung ke Pasuruan beberapa waktu lalu.
"Mungkin banyak yang belum tahu, water bombing itu, 1 jam itu biayanya 11.500 US Dollar. Atau sekitar Rp 150 juta itu," ujar Suharyanto di Pasuruan, Jumat (8/9).
"Belum yang Super Puma itu, lebih mahal lagi. Makanya operasi udara ini jalan terakhir, operasi darat dulu laksanakan, jangan nunggu api besar," ujarnya.
Dari catatan detikJatim, water bombing dilakukan sebanyak 5 kali atau kurang lebih dua jam, Minggu (10/9). Lalu Senin (11/9), water bombing dilakukan sebanyak 17 kali selama lebih dari 6 jam. Hitungan kasar, water bombing menghabiskan dana lebih dari Rp 1,2 miliar.
(aku/ahr)