Uniknya Watu Si Gong di Kroman Klaten, Beda Orang Konon Bisa Lain Hitungan

Uniknya Watu Si Gong di Kroman Klaten, Beda Orang Konon Bisa Lain Hitungan

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 02 Sep 2023 13:58 WIB
Situs Watu Gong di Dusun Kroman, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom.
Situs Watu Gong di Dusun Kroman, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom. Foto: Dok Istimewa.
Klaten -

Di Dusun Kroman, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten terdapat situs Watu Si Gong. Situs batu itu tidak jauh dari Dusun Kropakan, tempat ditemukannya sumur kuno, guci, perhiasan dan berbagai artefak abad 8-9 Masehi.

Situs tersebut dari pantauan detikJateng hanya terdiri dari batu-batu berbentuk gong, satu batu berbentuk mahkota atap bangunan dan sebuah batu menyerupai gamelan saron memanjang.

Untuk sampai ke lokasi pengunjung harus berjalan kaki karena berada di tepi ladang milik warga. Di sekitar tidak ditemukan bangunan atau bebatuan takik pada bangunan candi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pegiat Cagar Budaya Klaten, Hari Wahyudi menduga bebatuan berbentuk gong itu adalah alas tiang atau umpak. Di atas batu gong itu terdapat tiang kayu.

"Itu jelas umpak bangunan. Tiangnya dari kayu yang ditangkupkan di tonjolannya itu sebagai pengait atau pengunci," ungkap Hari kepada detikJateng, Kamis (31/8/2023) siang.

ADVERTISEMENT

Menurut Hari, jika melihat bendanya batu-batu tersebut bagian dari bangunan patirtaan (taman air). Hal itu diperkuat adanya batu mahkota yang merupakan kemuncak bangunan.

"Iya saya lebih setuju ke petirtaan karena disana juga dekat sungai terus ada kemuncak dan jaladwara atau saluran air. Kalau lihat pahatannya semasa dengan yang di Dusun Kropakan (abad 8-9 Masehi)," imbuh Hari.

Ketua RT 33 RW 13 Dusun Kroman, Desa Mranggen, Jenjem (65) mengatakan batu-batu tersebut di pinggir ladang sudah lama. Jumlahnya ada 13 termasuk yang seperti mahkota.

"Jumlahnya 13 termasuk yang mahkota dan mirip saron tapi kadang yang ngitung satu orang dengan lainnya beda-beda. Ada yang bilang 10 tapi yang banyak berbentuk seperti gong," kata Jenjem kepada detikJateng.

Di masa lalu, ungkap Jenjem, sering ada orang kecele (tidak mendapatkan sesuatu) datang ke sekitar lokasi. Warga yang kecele tersebut mendengar suara gamelan dari lokasi sekitar batu.

"Sering ada suara gamelan, kaya wayang. Sering ada kecele tapi didekati ke lokasi tidak ada apa-apa, tapi itu jaman dulu, sekarang sudah tidak ada," imbuh Jenjem.




(apl/apl)


Hide Ads