Pakar keselamatan berkendara, Sony Susmana mengaku merasa janggal dengan insiden kecelakaan adu banteng bus Eka dengan bus Sugeng Rahayu di Ngawi. Dia menganalisis kasus tersebut berdasarkan keterangan polisi ke publik.
Di kasus kecelakaan yang menewaskan 3 orang tersebut polisi menyebut jika insiden itu disebabkan adanya pejalan kaki yang menyeberang jalan. Pengemudi yang kaget lantas banting setir ke kanan sehingga menabrak bus Sugeng Rahayu yang melintas dari arah yang berlawanan.
"Pejalan kaki atau menyeberang jalan atau apa pun itu normal ada di sekitar jalan. Nggak mungkin ujuk-ujuk nongol. Kalaupun memang tiba-tiba muncul, pengemudi tetap harus punya jurus," ujar Sony Susmana dikutip dari detikOto, Kamis (31/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut insiden tersebut sebenarnya bisa dihindari jika pengemudi melaju dengan kecepatan sesuai aturan. "Seperti yang kita tahu: mana ada bus kecepatannya rendah?" tambahnya.
Sony yang menjabat sebagai Director Training di Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) itu juga heran dengan reaksi sopir yang memilih banting setir ke kanan. Padahal terdapat bus lain yang sedang melaju dari arah berlawanan.
"Menghindar kan bisa dilakukan dengan hard braking, bukan dibanting ke arah lain yang ada obyeknya juga. Ngerem mendadak bahaya kah? Iya, makanya balik lagi, jaga kecepatan," tuturnya.
Sebab, pilihan untuk menghindar yang justru mengarah pada objek yang berjalan melawan arah menurutnya memiliki dampak yang jauh lebih parah.
"Lalu, hal gila kalau (sopir) menghindar ke arah obyek yang bergerak melawan arah, karena impact-nya bisa dua kali lebih besar," lanjut Sony.
Sebelumnya, Dirlantas Polda Jawa Timur Kombes Muhammad Taslim Chairuddin mengatakan, sejauh ini ada dua penyebab utama mengapa kedua bus tersebut mengalami adu banteng, yakni kelalaian pengemudi bus dan kurang hati-hatinya pejalan kaki.
"Artinya kelalaian diawali pejalan kaki yang dimungkinkan akan menyeberang jalan dengan tidak melihat situasi, kemudian kelalaian juga dilakukan pengemudi Bus Eka yang tidak menjaga kecepatan, sehingga ketika ada pejalan kaki yang menyeberang atau akan menyeberang jalan, tidak mampu mengendalikan kendaraan sehingga terjadi laka tersebut," kata dia.
(ahr/rih)