Ganjar di Rakernas IAI Singgung Obat Produk Dalam Negeri Dipukul Agar Tak Jadi

Ganjar di Rakernas IAI Singgung Obat Produk Dalam Negeri Dipukul Agar Tak Jadi

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Kamis, 24 Agu 2023 12:35 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka Rakernas PIT Tahun 2023 Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) di Sukoharjo, Kamis (24/8/2023).
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka Rakernas PIT Tahun 2023 Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) di Sukoharjo, Kamis (24/8/2023). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Sukoharjo -

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menyoroti soal obat dari luar negeri yang lebih banyak beredar di Indonesia. Ia pun menyinggung produsen dalam negeri ada yang dijegal agar tidak bisa berlanjut.

Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Tahun 2023 Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia di Hotel Grand Mercure, Solo Baru, Sukoharjo.

Dalam sambutannya, Ganjar awalnya berbicara soal obat impor. Berlanjut dengan pertanyaan apakah Indonesia tidak mampu membuat obat sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kenapa obatnya mesti buatan luar, apa kita nggak mampu? Ini tantangan. Saya kira mampu, tapi mungkin nggak mau. Impor itu trader-nya lebih menarik. Buat sendiri itu susah diakui, pada saat berproses dipukul agar tidak bisa jadi jadi, itu tantangannya," kata Ganjar saat memberi sambutan, Kamis (24/8/2023).

Dalam kesempatan itu, dia juga meminta dunia farmasi harus berani melakukan inovasi. Oleh sebab itu kolaborasi dengan instansi terkait harus terjalin.

ADVERTISEMENT

Ganjar menilai, dalam inovasi dan riset di bidang farmasi harus ada sinergi antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM).

Sebab, lanjutnya, ketahanan di bidang farmasi sangat penting setelah adanya pandemi Covid-19. Sehingga ini momentum yang tepat untuk para apoteker untuk melakukan riset serta berkolaborasi sebagai bagian dari antisipasi perkembangan dunia yang saat ini luar biasa pesatnya.

"Hal ini untuk mengantisipasi perkembangan dunia yang luar biasa. Wabil khusus soal disease penyakit ya. Jangan sampai seperti kemarin kita (pandemi Covid-19) panik semuanya, karena kita nggak punya obat dan akhirnya banjir," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pusat IAI, Noffrendi berharap apoteker pada saat melakukan inovasi terkait kefarmasian mendapatkan dukungan dari pihak pemerintah. Hal itu bertujuan karena pemerintah mendorong apoteker untuk memproduksi obat dalam negeri. Termasuk jamu yang menjadi identitas bangsa.

"Salah satu tulang punggung kita obat-obat tradisional, salah satunya jamu. Semestinya Indonesia sudah bisa mengandalkan jamu sebagai salah satu komponen ketahanan kefarmasiannya. Biar tidak tergantung pada obat kimia," kata Noffrendi.

Terkait harga obat yang dinilai cukup mahal, dia menyampaikan tidak semua obat di Indonesia mahal. Sebab, obat yang harganya masih mahal biasanya masih memiliki hak paten.

"Yang mahal nggak semuanya, mahal itu untuk obat yang memiliki hak paten. Untuk obat yang sudah habis hak patennya, dan masuk dalam kategori generik, itu di Indonesia sudah murah," pungkasnya.




(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads