Bacaan niat puasa Dzulhijjah sekaligus puasa Senin Kamis wajib diketahui umat Islam yang ingin menunaikannya. Berikut ini niat puasa Dzulhijjah sekaligus puasa Senin Kamis dengan tulisan Arab, latin, dan artinya.
Saat ini, umat Islam sudah memasuki bulan terakhir dalam kalender hijriyah, yaitu bulan Dzulhijjah. Mengingat banyaknya keutamaan bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk menunaikan sejumlah amalan, salah satunya adalah puasa Dzulhijjah.
Puasa Dzulhijjah adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada 1-9 Dzulhijjah. Tahun ini, puasa Dzulhijjah bisa mulai dikerjakan pada 20-28 Juni 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengingat hal itu, tak sedikit umat Islam yang bertanya boleh tidaknya menggabungkan puasa Dzulhijjah dengan puasa Senin Kamis.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama dan NU, berikut ini bacaan niat puasa Dzulhijjah sekaligus puasa Senin Kamis lengkap dengan penjelasan hukumnya.
Niat Puasa Dzulhijjah Sekaligus Puasa Senin Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ (يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ / يَوْمَ الْخَمِيْسِ) وَشَهْرِ ذِيْ الحِجَّةِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma yaumil istnaini (aw yaumil khamis) wa syahri Dzulhijjah sunnatan lillahi ta'ala.
Artinya: Saya niat puasa pada hari Senin (hari Kamis: jika kebetulan hari Kamis) dan puasa bulan Zulhijah, sunnah karena Allah.
Hukum Puasa Dzulhijjah Sekaligus Puasa Senin Kamis
Berpuasa hari Senin dan Kamis hukumnya adalah boleh dan sah di bulan Dzulhijjah. Bahkan, berpuasa hari Senin dan Kamis sangat dianjurkan meskipun di bulan Dzulhijjah. Ini karena anjuran berpuasa hari Senin dan Kamis tidak dibatasi dengan bulan tertentu, melainkan boleh berpuasa hari Senin dan Kamis di semua bulan selain bulan Ramadhan, termasuk di bulan Dzulhijjah.
Bahkan menurut para ulama, menggabungkan puasa Dzulhijjah dan puasa Senin dan Kamis hukumnya adalah boleh. Umat Islam yang hendak berpuasa di hari pertama bulan Dzulhijjah dan kebetulan bertepatan dengan hari Senin, maka kita boleh menggabungkan kedua puasa tersebut dengan niat melakukan puasa hari Senin sekaligus puasa di bulan Dzulhijjah. Hal ini juga didasari dengan pendapat ulama yaitu Imam Ramli dalam kitab I'anatut Thalibin.
Pendapat Imam Ramli
Beliau menuturkan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin, serta dikuatkan oleh fatwa ulama dalam kitab I'anatut Thalibin, yang artinya "seseorang itu mendapatkan pahala puasa sunah baik diniati (puasa sunnah seperti Asyura) maupun tidak.
Berikut ibarotnya:
وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال و الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا. وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة يوم الخميس. إه
Artinya: "Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab al-Asna al-Mathalib demikian pula Syekh Khatib al-Syarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa (seperti puasa Arafah) secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan. Dalam kitab al-I'ab ditambahkan, dari kesimpulan tersebut, Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak. Ulama lain menyebutkan, demikian pula apabila bertepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis". (Lihat Syaikh Abu Bakr bin Syatha, Hasyiyah I'anatuth Thalibin, Maktabah As-Salam, juz 2, halaman 336-337).
Demikian bacaan niat puasa Dzulhijjah sekaligus puasa Senin Kamis disertai dengan penjelasan hukumnya.
(apl/rih)