Ngeri! Ada Transaksi Miliaran Bermodus Beli Sajadah Ternyata untuk Rakit Bom

Nasional

Ngeri! Ada Transaksi Miliaran Bermodus Beli Sajadah Ternyata untuk Rakit Bom

Tim detikNews - detikJateng
Selasa, 13 Jun 2023 15:34 WIB
Menkopolhukam, Mahfud Md saat ditemui wartawan di UIN Jogja, Kamis (4/5/2023).
Menko Polhukam Mahfud Md (Foto: Adji Ganda Rinepta/detikJateng)
Solo -

Menko Polhukam Mahfud Md mengungkap ada transaksi pembelian sajadah miliaran rupiah di Jawa Timur (Jatim) ternyata bagian dari transaksi terorisme. Duit miliaran itu ternyata digunakan untuk merekrut anggota baru hingga merakit bom.

Hal itu diungkap Mahfud Md saat sambutan di acara Pengarahan Gerakan Literasi Digital di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (13/6/2023). Mahfud mengatakan kelompok teroris memanfaatkan teknologi digital dalam melancarkan dan mengembangkan kelompoknya.

"Ada juga cyber terrorist, di mana teknologi digital telah memberikan alat baru di kelompok teroris untuk melancarkan serangan dan merekrut anggota baru untuk merencanakan serangan. Pengiriman uang juga untuk teroris melalui ini itu di PPATK itu banyak sekali. Saya kebetulan Ketua Tim TPPU. Jadi saya lihat berapa banyak yang mencurigakan bahwa ini untuk terorisme, ngirim uang ke suatu daerah, apa, ini memesan produk sajadah di sebuah tempat di Jawa Timur, uangnya miliaran," kata Mahfud seperti dikutip dari detikNews.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahfud yang juga Ketua Komite TPPU ini mengungkap perusahaan manipulatif itu tak dikirimi sajadah. Saat PPATK melacak transaksi keuangannya, uang itu ternyata digunakan untuk merakit bom.

"Saudara, tapi tidak ada feedback-nya perusahaan yang dikirimi itu sajadah, yang kemarin sudah dilacak, itu digunakan untuk merakit bom, dan sebagainya dan sebagainya, ini begini," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Mahfud menyebut selain serangan cyber terrorist, hal yang perlu diperhatikan juga serangan siber oleh suatu negara atau kelompok jahat yang melakukan pengintaian. Mahfud mencontohkan munculnya Bjorka, yang pernah menghebohkan di media sosial, dan mengklaim telah terjadi kebocoran data.

"Kemudian ada serangan siber yang disponsori oleh negara atau kelompok yang bermaksud jahat dapat melakukan pengintaian atau pencurian informasi seperti kita pernah dengar, di sini ada data pribadi bocor, Bjorka, pembicaraan antara presiden dan menteri bocor dulu, dan bisa lebih dahsyat dari itu hanya saja ini tidak kita ketahui," imbuhnya.




(ams/apl)


Hide Ads