Seorang mahasiswi lulusan terbaik jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Muria Kudus bernama Annisya Qonaah mengaku mendapatkan kekerasan verbal dari salah satu wakil rektor. Bupati Kudus HM Hartopo pun bakal memanggil pihak yayasan untuk menggelar audiensi terkait insiden itu.
"Besok Selasa (6/6) surat audiensi sudah dikirim ke saya, tentunya akan kita panggil Ketua Yayasan," kata HM Hartopo kepada wartawan di Kudus, Senin (5/6/2023).
"Dari mahasiswa ada pendamping, nanti juga dari Yayasan semua kita undang," dia melanjutkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hartopo menyayangkan perkataan salah satu wakil rektor kepada mahasiswi tersebut. Seharusnya perkataan itu tidak patut diucapkan dari seorang wakil rektor.
"Ya itu bukan seorang guru, bukan seorang dosen, jadi itu perlu untuk dievaluasi, sayang sekali. Dengan adanya hal seperti ini UMK ini kurang kondusif, banyak," ungkap Hartopo.
Diberitakan sebelumnya, video Annisya yang mengaku mendapatkan kekerasan verbal dari seorang wakil rektor UMK beredar di media sosial.
Dihubungi detikJateng, Annisya mengaku didatangi wakil rektor I UMK Kudus, Sulistiyowati, saat mengikuti gladi bersih wisuda universitas pada Senin (29/5).
Annisya mengaku sempat ditanya siapa yang akan datang ke wisudanya. Namun karena Annisya sudah tidak memiliki orang tua, dirinya menjawab yang datang saat wisuda adalah kakaknya.
Saat itulah, muncul perkataan wakil rektor itu yang kurang pas menurut Annisya.
"Terus tanya lagi, 'besok yang datang siapa?', 'kakak saya', 'lha orang tuamu mana?', terus saya jawab 'orang tua saya sudah meninggal'. Nah saya ingat beliau (bilang) 'ora duwe wong tua kok wani-wani' (tidak punya orang tua kok berani-berani)," ujar Annisya menirukan salah satu warek tersebut, saat dihubungi detikJateng lewat sambungan telepon, Rabu (31/5).
Diwawancarai secara terpisah, Humas Universitas Muria Kudus, Sahlan Marzuuqi menyebut kejadian itu terjadi pada saat gladi bersih wisuda di auditorium UMK, Senin (29/5) kemarin.
"Mungkin kata-kata yang diucapkan itu pada proses gladinya, saya tidak ada di situ, sehingga tidak tahu jelas kronologinya," kata Sahlan lewat sambungan telepon.
Sahlan menganggap permasalahan tersebut sudah selesai. Apalagi keduanya sempat ketemu saat wisuda di kampus.
"Harusnya sudah clear, soalnya mahasiswanya juga sudah dinyatakan lulus," tambah Sahlan.
(aku/apl)