Wilayah Kabupaten Klaten dilalui dua sesar atau patahan yang bisa memicu terjadinya gempa bumi. Dua sesar tersebut adalah sesar Opak dan sesar Dengkeng.
"Kabupaten Klaten mempunyai beberapa patahan, dari penelitian geologi. Yang sudah kita ketahui Patahan Opak dan Patahan Dengkeng," jelas Sekretaris BPBD Kabupaten Klaten, Nur Tjahjono Suharto kepada detikJateng, Minggu (28/5/2023).
Dijelaskan Nur Tjahjono, keberadaan dua patahan tersebut menyebabkan wilayah Klaten, terutama sisi selatan menjadi rawan terdampak gempa. Berkaca gempa 2006 wilayah selatan dari Prambanan terdampak parah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"2006 wilayah seperti Kecamatan Prambanan, Gantiwarno, Wedi dan Bayat memiliki tingkat kerusakan cukup parah, termasuk korban jiwa. Oleh karena itu kesiapsiagaan gempa bumi sangat diperlukan," jelas Nur Tjahjono.
Menurut Nur Tjahjono, saat ini BPBD Pemkab Klaten sudah menyiapkan beberapa antisipasi. BPBD saat ini sudah membentuk desa tangguh bencana.
"BPBD membentuk destana. Destana kita baru ada 20 desa dari 401 desa/ Kalurahan karena mungkin anggaran kita terbatas. Untuk itu kita ingin membentuk destana berbasis mandiri desa dari dana desa," kata Nur Tjahjono.
Antisipasi kedua, ungkap Nur Tjahjono, BPBD Pemkab Klaten membentuk satuan pendidikan aman bencana (SPAB). Sekolah di wilayah rawan diharapkan memiliki kesiapsiagaan menghadapi bencana.
"Sekolah di daerah rawan bencana, terutama gempa bumi memiliki kesiapsiagaan terhadap gempa bumi. Ketika ada pembelajaran, kita harap anak didik dan guru yang sudah dididik SPAB memiliki kesiapsiagaan," papar Nur yang pernah kuliah kegempaan di Jepang.
Tahun 2006, imbuh Nur Tjahjono masyarakat panik karena pengetahuan tentang gempa bumi masih rendah. Ditambah ada isu tsunami membuat masyarakat lari berbondong-bondong.
"Ketika ada isu tsunami masyarakat berbondong-bondong lari ke Solo atau tempat tinggi karena masih minimnya pengetahuan. Padahal kita tidak punya potensi ancaman tsunami," ujar Nur Tjahjono.
Selain itu, imbuh Nur, Pemkab Klaten sudah menyusun dokumen rencana kontigensi gempa bumi. Tinggal bagaimana dokumen ini menjadi sebuah alat dalam pengerahan sumber daya memitigasi gempa bumi.
"Diharapkan dokumen ini menjadi sebuah alat dalam pengerahan sumber daya memitigasi gempa bumi. Mestinya bangunan yang dulu terdampak parah gempa bumi di lima kecamatan bisa lebih berstandar tahan gempa bumi," pungkas Nur Tjahjono.
Kades Sengon, Kecamatan Prambanan, Agus Sumaryono, mengatakan di desanya dibangun monumen gempa bumi 2006 karena ada pertemuan sesar. Oleh Badan Geologi lokasi diberi penanda.
"Di barat monumen ditanami oleh badan geologi tetenger karena dilewati sesar Opak. Jadi tugu itu penanda dilewati sesar Opak," ungkap Agus kepada detikJateng.
(sip/sip)