Selain Wanita, Ada Pria Nonmuslim di Saf Depan Salat Id Ponpes Al-Zaytun

Regional

Selain Wanita, Ada Pria Nonmuslim di Saf Depan Salat Id Ponpes Al-Zaytun

Tim detikJabar - detikJateng
Jumat, 28 Apr 2023 18:48 WIB
Sosok wanita di shaf depan salat id di Ponpes Al Zaytun
Sosok wanita di shaf depan salat Id di Ponpes Al Zaytun. (Foto: istimewa)
Solo -

Ponpes Al-Zaytun di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menjadi sorotan setelah foto-foto salat Id yang disebut tak biasa, viral di media sosial. Selain menempatkan seorang perempuan di saf depan, ternyata ada pria nonmuslim yang turut berada di barisan saf salat.

Hal itu disampaikan pihak Kemenag Indramayu usai melakukan kunjungan ke pihak Ponpes Al-Zaytun. Kunjungan dilakukan untuk melakukan klarifikasi terkait foto-foto salat Id yang viral di media sosial.

Dalam foto yang viral di media sosial, pria nonmuslim tersebut berada di belakang perempuan yang berdiri di saf depan. Pria tersebut duduk di kursi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasubag TU Kemenag Kabupaten Indramayu, Aan Fathul Anwar, mengatakan dari hasil klarifikasi, pria tersebut ditempatkan di saf depan sebagai bentuk penghormatan.

"Yang nonmuslim yang diem itu penghormatan kemanusiaan, ditempatkan lah di saf depan, kayak gitu. Walaupun dia (pria duduk dalam shaf depan) tidak salat," ujar Aan, seperti dilansir detikJabar, Kamis (27/4/2023).

ADVERTISEMENT

Pihak Kemenag Indramayu juga sempat bertanya soal jarak saf salat yang tidak seperti pada umumnya. Di mana, barisan shaf ketika salat biasanya dirapatkan.

"Yang pertama dia mengambil dasar hukum surat Al-Mujadilah (QS:11), di situ disampaikan bahwa berlapang-lapanglah dalam suatu majelis. Jadi memberikan area ruang untuk kita merasa nyaman dengan satu yang lain terkait social distancing," kata Aan saat menjelaskan jawaban Al-Zaytun.

Kata Aan, Islam memang tidak melarang salat yang berjarak. Malah dianjurkan untuk memberikan ruang kepada orang lain dan tidak berdesak-desakan.

"Saya juga kaget, menggunakan ayat yang 11 Al Mujadilah itu. Tapi kan kita menghargai tafsiran beliau (pimpinan Al-Zaytun) seperti itu terkait jarak yang digunakan," ungkap Aan dari penjelasan Al-Zaytun.

Terkait sosok perempuan yang ada di saf depan bercampur dengan jemaah laki-laki, pihak Al-Zaytun menyebut itu sebagai bentuk pemuliaan terhadap perempuan.

Aan pun menyandingkan pernyataan MUI bahwa tata cara (pria-wanita campur dalam saf salat) tersebut terdapat kemakruhan. Yang lebih dianjurkan ialah mengambil cara yang lebih afdol.

Namun demikian, pihaknya tidak bisa memaksakan paham atau ajaran yang dilakukan kelompok tertentu selama tidak menyimpang.

"Kita Kementerian Agama bisa mengarahkan tapi tidak bisa memaksakan dalam satu ini. Kan dalam organisasi juga ada macam-macam, ada Muhammadiyah, ada Nahdlatul Ulama, Persis, Al Washliyah, ada Al Irsyad, muslim semua. Tapi kita tidak memaksakan pemahaman keagamaan mereka," kata Aan.




(aku/dil)


Hide Ads