Hari Puisi Nasional 28 April: Mengenang Wafatnya Chairil Anwar

Hari Puisi Nasional 28 April: Mengenang Wafatnya Chairil Anwar

Santo - detikJateng
Kamis, 27 Apr 2023 11:00 WIB
Chairil Anwar
Chairil Anwar (Foto: Ilustrasi: Luthfy Syahban)
Solo -

Hari Puisi Nasional diperingati setiap tahun pada tanggal 28 April. Berikut serba-serbi hari puisi nasional yang diperingati untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar.

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang diciptakan untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran penyair. Melalui puisi, para penyair mampu mengungkapkan keresahannya baik melalui estetika maupun kritik sosial.

Salah satu penyair besar Indonesia adalah Chairil Anwar. Karya-karyanya memiliki pengaruh besar dalam perkembangan puisi dan sastra Indonesia. Atas jasanya tersebut, kemudian lahirlah Hari Puisi Nasional yang diperingati setiap tahun di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak sejarah Hari Puisi Nasional yang diperingati setiap 28 April untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar berikut ini.

Sejarah Hari Puisi Nasional

Mengutip laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kemdikbud, Hari Puisi Nasional dirayakan bertepatan dengan peringatan hari wafatnya salah satu legenda penyair terkemuka asal Indonesia yaitu Chairil Anwar pada tanggal 28 April 1949 di Jakarta.

ADVERTISEMENT

Hari Puisi Nasional juga diperingati untuk mengenang karya-karya puisi Chairil Anwar yang mewarnai dan memberikan pengaruh besar dalam perkembangan sastra Indonesia.

Menurut Jurnal Sasindo Universitas Pamulang berjudul 'Problematika Hari Puisi di Indonesia' (2021) oleh Washadi, peringatan 28 April sebagai Hari Puisi Nasional hanya berdasarkan tanggal kematian Chairil Anwar.

Sampai saat ini tidak pernah ada deklarasi atau penetapan tanggal kematian pelopor puisi modern Indonesia itu sebagai Hari Puisi Nasional. Serta belum diketahui secara persis siapa yang pertama kali mencetuskan tanggal 28 April sebagai Hari Puisi Nasional.

Menurut dosen Universitas Negeri Surabaya, Tengsoe Tjahjono, melalui laman unesa.ac.id, Hari Puisi Nasional yang diperingati setiap 28 April tidak sekadar untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar, tetapi lebih jauh sebagai momentum penguatan peran puisi atau karya sastra pada umumnya sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.

Sosok Chairil Anwar

Menurut catatan laman resmi Ensiklopedia Sastra Indonesia yang dikelola Kemdikbudristek, Chairil Anwar adalah pria kelahiran 22 Juli di Medan, Sumatera Utara yang menjadi pelopor Angkatan 45 dalam Sastra Indonesia.

Orang tua Chairil Anwar berasal dari Payakumbuh. Ibunya bernama Saleha yang dipanggil Mak Leha, sedangkan Ayahnya bernama Teoloes bin Haji Manan, seorang ambtenar pada zaman Belanda dan Bupati Rengat pada tahun 1948.

Chairil Anwar mengenyam pendidikan dasar di Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) di Medan. Ia kemudian meneruskan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Medan namun hanya sampai kelas satu. Chairil Anwar kemudian pindah ke Jakarta dan masuk ke MULO yang ada di sana namun hanya sampai kelas dua.

Chairil Anwar kemudian mulai mempelajari bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman secara otodidak hingga akhirnya dapat mempelajari karya sastra dunia yang ditulis dalam berbagai bahasa tersebut.

Chairil Anwar hanya seorang penyair dan hidup dengan menulis syair. Ia mendapat uang sebagai sumber kehidupannya dari hasil menulis sajak. Chairil Anwar pernah bekerja menjadi redaktur majalah Gema Suasana dan majalah Siasat.

Ia pernah berencana untuk mendirikan sebuah majalah kebudayaan bernama "Air Pasang" dan "Arena". Namun, rencana tersebut belum sempat terwujud hingga Chairil Anwar meninggal dunia pada 28 April 1949 akibat sakit paru-paru di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Karya-karya Chairil Anwar

Chairil Anwar mulai menulis pada tahun 1942 ketika ia menciptakan sajak yang berjudul "Nisan". Chairil Anwar terus berkarya hingga akhir hayatnya pada 1949, dimana pada tahun tersebut ia menciptakan beberapa sajak yaitu:

  • Mirat Muda
  • Chairil Muda
  • Buat Nyonya N
  • Aku Berkisar Antara Mereka
  • Yang Terhempas dan Yang Luput
  • Derai-derai Cemara
  • Aku Berada Kembali

Sepanjang hidupnya, Chairil Anwar juga menerjemahkan sajak-sajak sastrawan asing seperti R.M Rilke (Jerman), H. Marsman (Belanda), E. du Perron (Belanda), J. Slauerhoff (Belanda), dan Nietzsche (Jerman) ke dalam bahasa Indonesia. Beberapa sajak yang dia terjemahkan yaitu:

  • Sajak "De Laatste Dag Der Hollanders op Java" karya Multatuli diterjemahkan ke menjadi sajak "Hari Akhir Olanda di Jawa".
  • Sajak "The Raid" karya John Steinbeck diterjemahkan menjadi sajak "Kena Gempur".
  • Sajak "Le Retour de l'enfant Prodigue karya AndrΓ© Gide diterjemahkan menjadi sajak "Pulanglah Dia Si Anak Hilang".

Selain itu, Chairil Anwar juga telah menerjemahkan karya John Cornford (Inggris), Hsu Chih Mo (Cina), Conrad Aiken (Amerika), dan W.H. Auden (Amerika). Selama enam setengah tahun sejak tahun 1942-1949, Chairil Anwar telah menghasilkan 71 sajak asli, 2 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, enam prosa asli, dan empat prosa terjemahan.

Demikian serba-serbi hari puisi nasional yang diperingati setiap 28 April untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads