Permukiman warga Desa Mintobasuki Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, hingga saat ini masih kebanjiran. Tak sedikit warga hanya bisa pasrah dan tinggal di ranggon atau gubuk.
Genangan banjir masih menggenangi jalanan permukiman warga di Dukuh Jrakah, Desa Mintobasuki, Jumat (17/3/2023). Kedalaman genangan banjir bervariasi, mulai dari 10 sentimeter bahkan ada yang mencapai 1 meter.
Banjir di Mintobasuki terjadi sejak akhir tahun 2022 lalu. Sempat surut, banjir kembali datang dan terjadi hingga sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga yang rumahnya tergenang banjir memilih bertahan di rumah. Mereka membuat gubuk atau ranggon yang ada di dalam rumah. Ranggon ini dibuat dari bambu atau kayu. Di atas ranggon warga melakukan aktivitas sehari-hari.
Hal ini seperti yang dilakukan oleh Yati (55). Yati bersama suami dan dua anaknya memilih bertahan di rumah, meski genangan banjir di dalam rumahnya sekitar 30 sentimeter.
Ranggon yang dibuat ketinggiannya sekitar 1 meter. Semua perabotan rumah tangga pun ditinggikan agar tidak terkena banjir. Yati memasak hingga tidur dari atas ranggon.
"Banjir sudah empat bulan, tinggalnya di ranggon," kata Yati ditemui di lokasi, Jumat (17/3/2023).
Dia mengatakan ranggon tersebut dibuat sejak bulan Desember 2022 lalu. Saat itu rumahnya mulai kebanjiran karena Sungai Silugonggo meluap.
"Sudah tiga bulan (tinggal di ranggon), Januari sampai Maret ini, belum dibongkar," jelasnya.
Yati pun belum memiliki rencana untuk membongkar ranggon di dalam rumahnya. Sebab genangan banjir belum sepenuhnya surut. Dia berharap agar banjir lekas surut.
"Sekarang mulai surut, paling bulan Januari 2023, belum dibongkar, karena sudah surut, kalau benar-benar surut," jelasnya.
"Enakan tinggal di rumah sendiri daripada ngungsi," Yati melanjutkan.
![]() |
Yati pun mengaku sejak kebanjiran, masih minim bantuan yang disalurkan. Untuk memenuhi kebutuhan, Yati mengandalkan suaminya yang bekerja mencari ikan.
"Bantuan sekarang masih minim, kalau banjir yang pertama ada terus," kata Yati.
Selengkapnya di halaman berikut.
Ditemui terpisah, Perangkat Desa Mintobasuki, Yogi Arif mengatakan sebagian warganya memilih bertahan di rumah daripada mengungsi di posko. Warga memilih membuat ranggon di dalam rumah.
"Sebagian warga membuat ranggon, karena sudah biasa, kalau ada warga kebanjiran, warga membuat ranggon di dalam rumah," kata Yogi ditemui di balai desa, siang tadi.
Yogi mengatakan banjir sejak awal tahun ini. Banjir di desanya berlangsung sekitar empat bulan lamanya. Total ada 479 rumah warga yang terdampak banjir.
"Kondisi saat ini terkait banjir, mulai surut, setiap hari surut sekitar 5 sentimeter. Rumah tergenang wilayah RW 1 dan RW 2, tepatnya di Dukuh Jrakah, rumah terendam sekitar 63 rumah, sedangkan rumah terdampak 479 rumah," kata Yogi.
"Jalanan masih terendam (banjir), kedalaman sekitar 10 sentimeter sampai 118 sentimeter. Masih ada yang ngungsi di rumah saudara, sekitar 5 KK," jelasnya.
Dia mengatakan bantuan datang dari BPBD dan Dinsos Pati. Namun bantuan bulan Maret 2023 ini belum diserahkan kepada warga.
"Bantuan sudah ada BPBD Dinsos donatur sudah ada, Januari-Februari sudah diberikan, yang Maret masih di posko nanti baru akan disalurkan," tambah Yogi.