Contoh Teks Khutbah Jumat Nisfu Syaban: Cerita Amalan Rasulullah SAW

Contoh Teks Khutbah Jumat Nisfu Syaban: Cerita Amalan Rasulullah SAW

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Kamis, 02 Mar 2023 19:10 WIB
masjid.
Contoh Teks Khutbah Jumat Nisfu Syaban: Cerita Amalan Rasulullah SAW. Foto: dikhy sasra
Solo -

Contoh teks khutbah Jumat Nisfu Syaban bisa dipersiapkan jelang menyambut tanggal 15 Syaban. Berikut ini contoh teks khutbah Jumat Nisfu Syaban singkat mengenai amalan-amalan yang dikerjakan Rasulullah SAW.

Kaum muslim saat ini sudah memasuki bulan Syaban atau bulan ke delapan dalam kalender Hijriyah. Adapun salah satu malam yang dinantikan pada bulan ini ialah Nisfu Syaban. Pada malam ini diyakini semua dosa setiap manusia akan diampuni Allah SWT bagi siapapun yang bertaubat.

Keistimewaan malam Nisfu Syaban tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW, "Apabila tiba malam Nisfu Syaban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah: adakah orang yang memohon ampun maka aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka aku berikan permintaannya" (HR al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan Kalender Hijriyah Indonesia Tahun 2023 M oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) RI, tanggal 1 Syaban 1444 H atau 2023 bertepatan dengan hari Rabu, 22 Februari 2023. Maka dari itu, malam Nisfu Syaban jatuh antara Selasa, 7 Maret 2023 dan Rabu, 8 Maret 2023.

Hari Jumat, 3 Maret 2023 merupakan Jumat menjelang Nisfu Syaban. Untuk itu, dalam khutbah Jumat yang biasa disampaikan saat sholat wajib bagi laki-laki ini bisa disampaikan tentang amalan-amalan yang dikerjakan Rasulullah SAW pada malam yang mulia itu.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari situs resmi Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar, berikut ini contoh teks khutbah Jumat tentang Nisfu Syaban.

Contoh Teks Khutbah Jumat Nisfu Syaban


إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ


فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.


Ayyuhannas Rahimakumullah!

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala!


Bulan Syaban adalah bulan ke delapan dalam Islam. Para ulama mengatakan bahwa bulan ini dinamakan Syaban karena berasal dari kata sya'b atau syi'b yang kadang disebut dengan lembah. Manusia berpencar untuk mencari air setelah berlalunya bulan Rajab.

Bulan Syaban di satu sisi bagi kebanyakan orang tidak memiliki keistimewaan tersendiri, namun ternyata Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengistimewakannya dengan melakukan berbagai amalan di dalamnya, di antaranya adalah dengan berpuasa.

Imam Ahmad dan Imam Nasai rahimahumallahu meriwayatkan dari sahabat yang mulia Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma, salah seorang sahabat yang paling dekat dan dicintai oleh Nabi shallallahu alaih wa sallam. Beliau memerhatikan bahwa junjungan beliau yang paling beliau cintai dan mencintai beliau, ketika datang bulan Syaban memperbanyak puasa. Tidak sama dengan bulan-bulan yang lain.

Maka beliau bertanya kepada Nabi SAW "Ada apa gerangan wahai Rasulullah sehingga Anda memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban, puasa yang tidak pernah Anda lakukan sebanyak itu selain di bulan Syaban?"

Nabi SAW menjawab pertanyaan ini dengan dua alasan.

Pertama: Beliau mengatakan,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

"Itulah bulan yang manusia lalai darinya-bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadhan...." (HR. An-Nasa'i).

Banyak manusia yang melalaikan bulan Syaban. Banyak manusia yang memforsir ibadah di bulan Rajab, karena dia merupakan salah satu bulan yang diharamkan atau diagungkan oleh Allah. Lalu seolah dengan berlalunya bulan Rajab maka tiba waktu untuk beristirahat sebelum masuk bulan Ramadhan. Bulan yang nantinya mereka akan kembali mengoptimalkan ibadah di dalamnya.

Melihat fenomena ini, Nabi SAW ingin mengubah pandangan mereka. Sehingga, beliau justru memperbanyak ibadah di bulan Syaban. Salah satunya adalah dengan memperbanyak puasa sunnah.

Kedua: Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"....Dia adalah bulan yang diangkat di dalamnya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku senang jika amalanku diangkat sementara aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i).

Nabi SAW mengatakan bahwa bulan Syaban merupakan bulan di mana amal-amal shaleh diangkat dan dilaporkan kepada Allah SWT. Dan beliau suka ketika amalannya diangkat ke langit dan malaikat membawa catatan amalannya di sisi Allah malaikat berkata, "Wahai Allah hamba-Mu Muhammad dalam keadaan berpuasa, ketika saya membawa catatan-catatan malam ini."

Hal tersebut juga mengingatkan kita tentang alasan mengapa beliau Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa Senin Kamis. Beliau menjelaskan alasannya adalah karena hari-hari tersebut adalah waktu diangkatnya amal-amal shaleh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Bulan Syaban yang banyak dilalaikan ini, ternyata Nabi SAW justru memperbanyak beribadah di dalamnya dengan dua alasan tadi, karena manusia banyak melalaikannya. Ini merupakan isyarat bahwa ketika banyak manusia yang lalai dan lupa kepada Allah pada suatu waktu, lalu ada hamba yang memanfaatkan waktu tersebut, maka hamba itu menjadi mulia di sisi Allah 'Azza wa Jalla.

Bukankah kita masih ingat bahwa di antara sholat-sholat yang begitu dianjurkan kepada kita adalah shalat lail yang merupakan shalat yang paling afdhal? Di antara alasan mengapa dia menjadi afdhal adalah karena pada waktu shalat lail itulah banyak manusia yang lalai.

Maka mari kita memanfaatkan waktu ini untuk memperbanyak ibadah utamanya ibadah puasa. Aisyah radhiyallahu 'anha ketika ditanya bagaimana puasa Nabi SAW pada bulan Syaban? Beliau mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari bulan Syaban. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Syaban seluruhnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Walaupun yang dimaksud dengan puasa satu bulan penuh adalah memperbanyak puasa, sebagaimana dikatakan oleh para ulama berdasarkan informasi dari istri-istri Nabi SAW yang lainnya. Jadi dikatakan bahwa beliau berpuasa sebulan penuh karena beliau memperbanyak puasa di bulan tersebut.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menyampaikan pesan yang bermanfaat.

Nah, itulah contoh teks khutbah Jumat tentang Nisfu Syaban yang bisa dijadikan referensi. Semoga bermanfaat, Lur!




(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads