Resesi Seks Jepang: Perjaka Menjamur, Pemerintah Beri Pelatihan Kencan

Internasional

Resesi Seks Jepang: Perjaka Menjamur, Pemerintah Beri Pelatihan Kencan

Tim detikInet - detikJateng
Selasa, 28 Feb 2023 05:30 WIB
Pemerintah Jepang khawatir karena angka kelahiran di negaranya semakin menurun. Bahkan pemerintahpun ikut campur tangan untuk menjodohkan warga.
Resesi Seks Melanda, Pemerintah Jepang Berusaha Jodohkan Warganya (Foto: Getty Images/PHILIP FONG)
Solo -

Jepang saat ini sedang mengalami masalah di mana populasi lansia makin meningkat, penurunan angka kelahiran, sampai terjadinya resesi seks dan warga enggan menikah. Terkait kondisi itu politisi Jepang menyinggung soal kemampuan romantis.

Narise Ishida dari Partai Liberal Demokratik mengatakan alasan warga Jepang semakin tidak mau menikah adalah 'kemampuan romantis' pada diri mereka menurun. Narise Ishida pun meminta pemerintah daerah untuk mengadakan survei dan analisis mengenai fenomena tersebut.

"Angka kelahiran tidak menurun karena kebutuhan uang untuk memiliki anak. Masalahnya adalah percintaan dianggap sebagai subjek yang tabu sebelum pernikahan," kata Narise Ishida seperti dikutip detikInet dari Mainichi, Senin (27/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia meminta faktor penyebab ini menjadi perhatian dan pertimbangan pemerintah dalam menjodohkan warganya. Namun, Narise Ishida tidak menjelaskan secara detail apakah makna 'kemampuan romantis'. Mungkin dapat berkaitan dengan kemampuan merayu lawan jenis.

"Karena hal ini adalah benar-benar urusan pribadi, kita pertama-tama perlu memperdalam apa maksud dari kemampuan romantis," kata Akira Yasuia, direktur strategis prefektur Jepang.

ADVERTISEMENT

"Dalam survei sebelumnya tentang sikap penduduk prefektur, beberapa memberikan jawaban terkait kemampuan romantis, termasuk 'Saya tidak percaya diri', dan 'Saya tidak bisa bergaul dengan lawan jenis,' sebagai alasan untuk tidak menikah. Kami akan terus melakukan survei dari perspektif yang luas," tambah dia.

Seperti yang dikabarkan sebelumnya, Japan's National Fertility Survey menyebutkan bahwa angka perjaka di Jepang meningkat, di mana 1 dari 10 pria Jepang di umur 30-an tahun masih perjaka.

"Proporsi besar dari individu itu tidak bisa menemukan pasangan," kata Peter Ueda, periset dari Tokyo University. Dia memberi peringatan bahwa naiknya angka perjaka di Jepang merupakan yang tertinggi di antara negara berpendapatan tinggi.

Jepang pun merasa sangat terancam sebagai sebuah negara, sebab kondisi ini diperkirakan akan sampai ke titik populasi yang dapat menurun sampai separuh dalam setengah abad jika tren semacam resesi seks tidak bisa diatasi.

Banyak cara yang sudah dilakukan pemerintah Jepang. Cara-cara tersebut seperti pemerintah di Perfektur Miyagi, di mana warga bisa menemukan pasangan melalui layanan kecerdasan buatan dari pemerintah untuk menjodohkan.

Di Ehime, pemerintah lokal menawarkan sistem perjodohan berbasis big data. Lalu di Miyazaki caranya lebih tradisional, pemerintah memfasilitasi perjodohan di mana calon pasangan berkirim surat terlebih dahulu.

Masih ada jenis usaha lain supaya warga mau mencari pasangan hidup. Bahkan di Tokyo, ada pelatihan kencan dasar, contohnya bagaimana memulai obrolan bersama dengan lawan jenis.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Dikutip dari detikInet Senin (27/2/2023), survei dari National Institute of Population dan Social Security Research menemukan bahwa hampir seperlima pria Jepang dan 15% wanita tidak tertarik menikah, angka tertinggi sejak 1982. Hampir sepertiga pria dan seperlima wanita Jepang di usia 50-an tak pernah menikah.

Menurut pendapat pakar, usaha yang efektif misalnya yaitu menyeimbangkan antara waktu kerja dan keluarga. "Negara pasca-industri seperti Swedia menunjukkan adalah mungkin menyeimbangkan antara kerja dan keluarga sehingga tidak ada penurunan besar kelahiran," kata pakar dari Harvard, Mary Brinton.

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di detikInet dan ditulis ulang oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(rih/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads