Pakar psikologi politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Abdul Hakim menilai gandengan tangan Megawati Soekarnoputri ke Wali Kota Solo Gibran Rakabuming sebagai sinyal agar kader PDIP tak macam-macam. Gibran juga dinilai sebagai kader muda yang menjadi aset di PDIP. Apa respons Gibran?
Gibran menanggapi santai soal sinyal tak macam-macam bagi kader PDIP lainnya. Gibran menyebut hubungannya dengan para kader lainnya baik-baik saja.
"Lho emange enek sing macem-macem? (Memangnya ada yang macam-macam?) Baik-baik semua," kata Gibran di Balai Kota Solo, Rabu (1/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gibran juga menolak disebut aset dinilai bisa mendongkrak elektabilitas PDIP.
"Aset? Hmm aset. (Mendongkrak partai) nggaklah ya. Cah cilik (anak kecil) ikut ndongkrak yo ora, akeh sing luwih (banyak yang lebih) muda, aku sih biasa wae," ujarnya.
Bagi Gibran, gandengan tangan Megawati bukan berarti simbol dilindungi oleh Ketum PDIP.
"Dilindungi dari apa, emang kader lain ngopo bingung aku," ucap dia.
Sebelumnya, pakar psikologi politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Abdul Hakim menilai gandengan tangan antara Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dengan Gibran Rakabuming Raka ingin menyampaikan pesan kepada publik. Selain itu, gandengan Megawati ke Gibran menunjukkan kepada publik bahwa keduanya mempunyai kedekatan.
Dari kedekatan itu, Hakim menyebut gandengan tangan memberikan sinyal kepada kader PDIP untuk tidak macam-macam dengan putra sulung Joko Widodo itu.
"Secara publik itu memberikan, menyampaikan pesan tentang kedekatan Mas Gibran dengan Bu Mega itu yang paling penting dan itu punya efek signifikan. Artinya, secara internal itu memberikan sinyal untuk kader PDIP untuk tidak macem macem dengan Mas Gibran," katanya saat dihubungi wartawan, Selasa (31/1).
Menurut Hakim, hal tersebut dilihat dari munculnya kubu ketika isu capres antara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan Puan Maharani. Namun, untuk kasus Gibran, dua kali digandeng Megawati itu seolah-olah ingin memberikan sinyal pada kadernya bahwa Gibran berada di bawah lindungannya.
"Kita tahu di internal PDIP ada banyak faksi, kemarin ketika kasus Ganjar dan Puan itu mencuat ada kubu a dan kubu b. Tetapi untuk kasus Gibran itu dengan dua kali digandeng Bu Mega, itu seolah-olah Bu Mega ingin memberikan sinyal kepada kadernya bahwa Gibran ada di bawah lindungan Beliau, sehingga tidak boleh diganggu," ucapnya
(ams/aku)