Tak lama setelah rutin menenggak ramuan itu, Qin mengalami delusi, yakni kondisi di mana penderitanya tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak. Qin kemudian bertemu dengan ketakutan terbesarnya, yakni kematian. Alih-alih berusia panjang dan tidak mati, Qin justru meninggal di usia yang sangat muda, yakni 49 tahun.
Obsesi Qin untuk tetap abadi tak berhenti sampai di situ. Obsesi ini diteruskan penguasa lain dengan membanjiri area bawah tanah pemakaman Qin dengan merkuri. Tujuannya agar makamnya tidak terjamah dan tidak dirusak sama sekali.
Dalam studi "Mercury as a Geophysical Tracer Gas - Emissions from the Emperor Qin Tomb in XiΒ΄an Studied by Laser Radar" yang dipublikasikan di Nature pada 2020, berdasarkan pencitraan laser terungkap kalau udara di area pemakaman Qin sangat tercemar oleh merkuri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya udara, tanah di gundukan pemakaman juga mengandung konsentrasi merkuri jauh di atas batas normal dan tempat lain di sekitarnya. Fakta ini membuat para arkeolog percaya kalau tubuh kaisar pertama itu tergeletak di tengah genangan merkuri yang luas.
"Merkuri yang sangat mudah menguap mungkin keluar melalui retakan, yang berkembang dalam struktur dari waktu ke waktu, dan penyelidikan kami mendukung catatan sejarah kuno di makam tersebut, yang diyakini tidak pernah dibuka atau dijarah," kata peneliti dalam makalah mereka.
Atas dasar inilah, sejak meninggal tahun 210 SM dan ditemukan kembali makamnya pada 1974, peristirahatan terakhir Kaisar Qin tak bisa dibongkar. Dikhawatirkan kandungan merkuri akan merusak tubuh para peneliti, sekaligus juga merusak makam yang telah berumur ribuan tahun itu.
Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)