Rian Mahendra buka suara mengenai dirinya yang dipecat dari Perusahaan Otobus (PO) Haryanto. Rian bercerita sudah 19 tahun lebih bekerja di perusahaan milik sang ayah, Haji Haryanto.
Ditemui detikJateng di rumahnya yang berada di Baturan, Colomadu, Karanganyar, Rian mengatakan sudah tidak ada kecocokan lagi dengan sang ayah. Selain itu, ada perbedaan visi dan misi antara keduanya.
"Orang rumah tangga kalau cerai apa sih alasannya? Sama kan, udah nggak ada kecocokan atau perbedaan visi misi, perbedaan sudut pandang yang sama-sama buat kita nggak nyaman, kan bisa," kata Rian, Kamis (5/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rian menceritakan surat pemecatan dirinya pada 22 Juli 2022 itu disebarkan oleh perusahaan PO Haryanto dari Aceh hingga Bali. Selain itu, surat pemecatan itu juga disebarkan oleh perusahaan ke semua pengusaha.
Selain itu, Rian mengaku surat pemecatan juga ditempelkan ke garasi-garasi rumah makan dan juga melalui pesan di grup WhatsApp (WA) karyawan PO Haryanto.
"Surat pemecatan itu diedarkan oleh perusahaan ke semua pengusaha. Surat pemecatan itu beredar tanggal 22 Juli dan itu disebarkan oleh perusahaan ke semua pengusaha dari ujung Aceh sampai ujung Bali," ujarnya.
"Dan juga ditempelin di garasi-garasi, ditempelin di rumah makan yang intinya dan dikirimkan ke semua karyawan, ke ribuan karyawan dikirimkan semua lewat grup WA, karena tujuannya mau ngasih tahu mereka secara masif kalau aku udah nggak bekerja, itu tanggal 22 Juli," lanjutnya.
Rian mengatakan sudah 19 tahun bekerja di PO Haryanto. Dirinya memulai karier juga di usai 19 tahun di posisi yang sama dengan sang ayah yakni mengurus bus. Bedanya, kata Rian, sang ayah berada di Jakarta sedangkan dirinya di bagian timur.
"Awal posisi sama ngurusin bus juga, bapak di Jakarta untuk ngembaliin bus di Jakarta. Sedangkan aku di timur itu mulai bikin manajemen oh ya kalau jualan bus dari timur. Sistem ke HAKI-an yang sudah terbentuk pada saat itu Pati, Kudus, Purwodadi. Otomatis saya mikir kalau di timur ini dengan yang di barat, di barat bus datang penumpang naik berangkat semua terminal Pulogadung waktu itu, di sini nggak, penumpang datang pagi berangkat sore. Berarti harus ada sistem order, pesanan. Saat itulah saya bikin sistem pakai HT, dulu belum ada HP, ada tapi mahal perdana Rp 500 ribu," cerita Rian.
Tak sampai di situ, kata Rian, dia mulai melebarkan sayap PO Haryanto hingga ke beberapa daerah. Tahun 2009, Rian bercerita dia mulai melakukan ekspansi ke Madura.
"Tahun 2012 aku ekspansi ke Solo, jadi aku harus maintenance semua wilayah, maintenance menjaga kualitas mutu pelayanan agen-agenku, jaga kualitas pelayanan ke penumpang-penumpangku, jaga kualitas SOP yang sudah aku terapkan ke semua rekan-rekan kerjaku yang ada di setiap wilayah, makanya aku muter terus, sampai jarang pulang," pungkasnya.
(sip/rih)