Sejumlah titik di Semarang masih tergenang banjir hari ini. Banjir dimanfaatkan sejumlah anak untuk bermain air dan hingga membuat sang ibu khawatir.
Misalnya di lokasi banjir di RT 7/RW 1 Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara. Hingga Minggu (1/1/2023) siang, banjir di lokasi tersebut masih setinggi lutut orang dewasa.
Meski kebanyakan rumah sudah ditinggikan, namun ada warga yang kesulitan untuk beraktivitas akibat tingginya genangan. Di tengah kesulitan orang tuanya, anak-anak justru nampak senang bermain air yang berwarna kecokelatan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada sejumlah anak-anak usia SD yang tengah bermain air saat disambangi detikJateng pada siang ini. Mereka tak ragu untuk menenggelamkan seluruh badan hingga kepalanya ke dalam air meski sangat nampak air itu keruh.
Perilaku itu membuat ibu dari salah satu anak tersebut, Heni Triyani (40) khawatir. Ia tak henti-henti mengajak anaknya menyudahi kesenangannya dan segera mandi. Dia juga tak bisa berbuat banyak saat anaknya tak menghiraukan ajakannya itu.
"Khawatir tapi ya gimana namanya anak-anak," kata Heni.
Ini memang bukan pertama kalinya banjir datang di tempat tinggalnya, rumahnya pun sudah lebih tinggi dibanding jalan sehingga air tak masuk. Anaknya pun pernah mengalami sakit saat lingkungan di sana banjir.
"Paling batuk pilek sama mata merah gitu," katanya.
Pesan Dokter Anak
Kekhawatiran Heni memang bukan tanpa dasar. Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Semarang, Setya Dipayana dr. Sp.A mengungkap berbagai risiko kesehatan saat anak main air banjir.
"Jadi risiko tertinggi pada anak-anak di daerah banjir adalah terjangkit penyakit leptospirosis dan muntaber/sindrom diare," kata Setya kepada detikJateng.
Kedua penyakit ini bisa berbahaya jika tak ditangani dengan baik. Leptospirosis misalnya, meski gejalanya mirip dengan flu tetapi bisa menyebabkan kematian.
"Gejalanya mirip dengan flu biasa, tapi jika tidak diobati dan tertangani dengan baik, dapat menyebabkan kerusakan organ dalam yang parah bahkan kematian," jelasnya.
Setya menjelaskan bahwa leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
"Seseorang dapat terserang leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut (tikus, sapi, anjing, dan babi), atau kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi," terangnya.
Menurutnya, saat lingkungan banjir, lebih baik mengawasi anak secara ketat untuk tidak bermain di sana. Orang tua juga perlu mengetahui berbagai dampak kesehatan yang bisa terjadi pada anak.
"Awasi juga gejala penyakit yang ada, segera hubungi faskes atau nakes jika menemukan gejala sakit pada anak setelah si anak bermain banjir," pesannya.
(afn/rih)