Seorang bocah berinisial ATSW (8), warga Desa Genengsari, Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, tewas saat bermain di kubangan air di tambang Galian C tak jauh dari rumahnya, Rabu (28/12). Buntut dari peristiwa tersebut, warga sekitar menginginkan lokasi tambang itu ditutup.
Alat berat yang akan dipindahkan dari lokasi tambang tersebut bahkan sempat dicegat oleh warga, kemarin malam. Pantauan detikJateng, lokasi tambang itu kini sudah dipasangi garis polisi di beberapa tempat.
"Setelah kejadian warga meminta tambang itu ditutup. Namun warga meminta tanah bekas lokasi galian diratakan terlebih dahulu, baru ekskavator boleh diambil," kata Kapolsek Polokarto Iptu Susanto saat ditemui di lokasi, Jumat (30/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Susanto mengatakan saat kejadian bocah tewas itu, aktivitas di lokasi tambang itu sudah libur selama tiga hari. Sehingga tidak ada penjagaan di kawasan tambang.
"H-3 sebelum kejadian, aktivitas di tambang libur karena cuaca hujan. Saat itu korban bersama empat orang temannya bermain di kubangan tambang dan terjadi kecelakaan itu," ujar Susanto.
![]() |
Informasi yang dihimpun di lokasi, tambang galian C itu dikelola PT Danang Inti Berkah dan sudah mengantongi izin. Informasi itu dibenarkan oleh Susanto.
"Izinnya sudah ada. Sekitar 15 hektare," ucapnya.
Sementara itu Kepala Desa (Kades) Genengsari, Supardi mengatakan lahan galian C itu milik warga. Aktivitas tambang di lahan itu sudah berjalan sekira 2 bulan.
Menurut Supardi, lahan itu dijadikan tambang galian C atas permintaan petani. Sebab lahan itu masuk dalam kawasan lahan kritis. Diharapkan lahan tersebut bisa menjadi tanah produktif setelah proses penambangannya selesai.
"Kami sudah melakukan mediasi dengan keluarga korban, agar tidak menuntut dalam bentuk apa pun kepada pengembang. Dan mereka sudah menerima, jika yang terjadi kepada korban adalah takdir," kata Kades.
Terkait penutupan tambang galian C, tokoh masyarakat setempat sudah melakukan mediasi agar lokasi tambang ditutup sementara. Adapun para petani meminta lokasi tambang itu diratakan agar bisa ditanami.
"Untuk tutup permanen atau sementara kami masih menunggu perkembangannya seperti apa. Namun saat ini aktivitas tambangnya dihentikan terlebih dahulu," pungkas Supardi.
(dil/sip)