Konflik antarkerabat Keraton Solo kembali memanas hingga kabar penodongan pistol ke cucu Paku Buwono XIII BRM Suryo Mulyo. Wali Kota Solo mengaku siap memfasilitasi mediasi.
Hal itu disampaikan Gibran lewat akun Twitternya @gibran_tweet. Gibran merespons netizen yang memintanya turun tangan soal konflik Keraton Solo.
"Sudah sering pak. Tadi pagi saya sudah janjian dengan pak kapolres agar kedua kubu bisa duduk bareng dan berdamai. Kami siap untuk memfasilitasi mediasi," cuit Gibran seperti dikutip detikJateng, Sabtu (24/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Gibran berharap konflik internal keraton itu diselesaikan kekeluargaan.
"Tapi sekali lagi karena ini masalah internal, yang bisa menyelesaikan ya dari internal keluarga sendiri," ucap Gibran.
Sudah sering pak. Tadi pagi saya sudah janjian dengan pak kapolres agar kedua kubu bisa duduk bareng dan berdamai. Kami siap untuk memfasilitasi mediasi. Tapi sekali lagi karena ini masalah internal, yg bisa menyelesaikan ya dari internal keluarga sendiri https://t.co/gAKYNWv7Zp
β Gibran Rakabuming (@gibran_tweet) December 24, 2022
Sebelumnya diberitakan, konflik di Keraton Solo itu bermula saat adanya penutupan pintu Kamandungan, Jolotundo, dan pintu lainnya di Keraton Solo tadi malam. Keributan melibatkan pihak Lembaga Dewan Adat (LDA) dan pihak Sinuhun Paku Buwono XIII.
Rencana penutupan pintu-pintu tersebut menuai penolakan dari pihak LDA. Saat penolakan itu, cucu PB XIII BRM Suryo Mulyo disebut ditodong pistol.
"Di sini ada empat (aparat), saya mendapatkan laporan ada dua yang mengeluarkan senjata. Mas Suryo Mulyo itu cucunya Raja ditodong pistol, yang menodong aparat. Ini sudah bukan zamannya Sambo lagi, ini zaman sudah beda. Justru kalau aparat harus melakukan pendekatan yang humanis, yang baik," ujar Ketua Eksekustif LDA KP Eddy Wirabhumi kemarin.
Sementara itu, pihak Keraton Solo mengatakan penutupan pintu-pintu itu berdasarkan perintah Sinuhun PB XIII. Oleh karenanya petugas yang berjaga akan menyeleksi siapa saja yang bisa keluar masuk area keraton. Hal ini yang memicu keributan kedua pihak.
"Tujuan kita untuk menurunkan tensi ancaman di Keraton, ternyata Abdi Dalem yang ditugaskan diserang, menggunakan alat-alat, ada yang menggunakan pentungan, dan sebagainya, sampai jatuh korban," ujar Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KRA Dani Nur Adiningrat.
Dani mengatakan empat orang dari pihaknya terluka akibat kejadian semalam. Soal keberadaan LDA, dia menegaskan tak ada lembaga yang lebih tinggi dari kedudukan raja.
"Keraton zaman PB XII, dan sebelumnya, hingga PB XIII sebenarnya tidak ada lembaga apapun, atas nama apapun yang lebih tinggi daripada raja. Kewajiban yang ada di kawasan keraton adalah taat, patuh, tunduk kepada pemimpinannya. Bisa dibandingkan dengan monarki di seluruh dunia," pungkasnya.
(ams/ams)