Gaji Dibawa Kabur Mandor, Pekerja Proyek Jembatan Mojo Solo Demo

Gaji Dibawa Kabur Mandor, Pekerja Proyek Jembatan Mojo Solo Demo

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Sabtu, 10 Des 2022 19:32 WIB
Demo pekerja proyek Jembatan Mojo Solo, Sabtu (10/12/2022).
Demo pekerja proyek Jembatan Mojo Solo, Sabtu (10/12/2022). (Foto: dok. istimewa)
Solo -

Sejumlah pekerja proyek Jembatan Mojo Solo menggelar aksi di atas jembatan siang tadi. Mereka memprotes pihak mandor yang dituding kabur tanpa membayarkan upah mereka.

Sejumlah pekerja ini membentangkan tulisan di pinggir Jembatan Mojo. Tulisan tersebut di antaranya 'Bosnya Kabur. Mana Gajiku. Nyawa Taruhannya', 'Bosnya Kabur. Pekerja Menderita', 'Tidak bisa makan lagi', dan 'Mas Gibran Tolong Bantu Kami'.

Aksi mereka pun jadi perhatian pengguna jalan yang lewat. Untuk diketahui, jembatan yang menghubungkan Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo dengan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo baru rampung dikerjakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jembatan Mojo diresmikan dan dibuka kembali pada 2 Desember. Jembatan ini menghubungkan Mojolaban dengan Pasar Kliwon.

Koordinator pekerja bangunan, Sandi mengatakan aksi turun ke jalan dilakukan sebab mandor proyek kabur dan belum membayarkan upah mereka.

ADVERTISEMENT

"Dari pihak PT sudah membayarkan ke mandor, tapi setelah uang turun orangnya (mandor) kabur. Jadi kita tidak dibayarkan," kata dia saat ditemui di Jembatan Mojo, Sabtu (10/12/2022).


Sandi mengatakan ada 13 pekerja yang tidak dibayarkan gajinya selama 3 minggu. Total gaji mereka sebesar Rp 70 juta.

"Katanya tanggal 7 (Desember) gajian, tapi sampai sekarang tidak ada uang yang diserahkan kepada kami," ucapnya.

Sandi ikut bekerja membangun jembatan Mojo sejak Juni. Perjanjian awal, pembayaran dilakukan tiap 2 pekan sekali dengan nominal Rp 30 juta yang dibagi rata pada 13 pekerja.

Namun karena pekerjaan diminta dipercepat, para pekerja diminta lembur dan gaji dibayar setelah jembatan rampung.

Nahas mereka ditinggal begitu saja tanpa digaji. Mereka mengaku bingung sebab hidup terlantung-lantung di Kota Bengawan.

Para pekerja itu berasal dari Jawa Barat. Selama di Solo mereka menumpang tidur di salah satu pondok pesantren tak jauh dari lokasi.

"Perkerja ada yang dari Karawang, Subang, dan Purwakarta. Mau pulang tidak punya ongkos. Makan utang di warung sama dibantu warga sini. Sudah coba nelpon mandornya tapi nomornya mati. Mandornya orang Makassar," ucapnya.

Senada diungkapkan Deni Enrianto, pemilik warung tempat di mana para tukang ini biasa makan. Dia juga mendapat imbasnya.

"Dulu kata dia (mandor) yang penting para tukangnya makan, nanti dihitung belakangan," katanya.

Awalnya pembayaran kepada warungnya masih lancar. Tapi beberapa pekan lalu sudah tidak ada uang masuk.

Padahal dia yang menyiapkan makan dan keperluan lain. "Total kerugian saya sekitar Rp 21 jutaan," pungkasnya.




(aku/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads