Konon Ini yang Terjadi Jika Nekat Dengar Nyanyian Sinden di Singomodo Sragen

Konon Ini yang Terjadi Jika Nekat Dengar Nyanyian Sinden di Singomodo Sragen

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Minggu, 30 Okt 2022 17:51 WIB
Papan peringatan di makam Syekh Nasher, Dukuh Singomodo, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Foto diunggah pada Minggu (30/10/2022).
Papan peringatan di makam Syekh Nasher, Dukuh Singomodo, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Sragen -

Sejumlah kejadian aneh dipercaya menimpa masyarakat yang melanggar pantangan mendengar nyanyian sinden di Dukuh Singomodo, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Pantangan ini dipercaya berlaku terutama di kawasan makam Syekh Nasher atau Eyang Singomodo.

Tokoh Masyarakat Desa Kandangsapi, Muhammad Samsul Qomarudin, mengatakan masyarakat di kawasan makam Syekh Nasher takut memiliki TV maupun radio.

"Pernah ada kejadian ada warga memutar langgam Jawa. Dia tiba-tiba hilang, sekaligus radionya. Itu kejadian pada tahun 1990-an," katanya kepada detikJateng beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Samsul mengatakan warga tersebut hingga saat ini belum kembali, meski sudah dicari ke mana-mana. Bahkan, warga setempat tidak bisa menjelaskan bagaimana orang tersebut beserta radionya hilang.

Kejadian terbaru, lanjut Samsul menimpa rombongan peziarah dari Purwodadi. Rombongan yang tiba di Singomodo itu lalu naik ke atas ke makam Syekh Nasher untuk berziarah.

ADVERTISEMENT

Namun sang sopir menunggu di dalam mobil. Tanpa mengetahui adanya pantangan, sopir itu memutar musik Jawa di dalam mobilnya sambil menunggu peziarah turun.

"Saat perjalanan pulang, empat ban mobil itu kempes semua. Untung saja tidak sampai terjadi kecelakaan," ujarnya.

Selain memutar musik Jawa, pantangan mengenakan busana berwarna hijau daun juga berlaku di areal makam.

Sesepuh Desa Kandangsapi, Sukarno (65), menambahkan kejadian aneh pernah menimpa bakul jamu gendong yang tengah berjalan di areal makam. Bakul jamu itu mengenakan selendang warga hijau untuk mengikat jamunya.

"Ada orang yang jualan jamu gendong, menggunakan selendang hijau lewat di makam, itu jalannya diputar-putar di sekitar makam saja, dia nggak bisa keluar. Baru bisa keluar saat bertemu warga," pungkasnya.

Adapun aturan saat berziarah ke Syekh Nasher yang tertulis di lokasi tersebut yakni sebagai berikut:

  1. Tamu diminta wudhu terlebih dahulu
  2. Tamu dilarang memakai pakaian warna hijau daun
  3. Tamu dimohon mengisi buku tamu



(sip/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads