.webp)
Pemerintah Kabupaten Kudus memetakan wilayah rawan terjadi bencana saat musim hujan. Ada enam kecamatan rawan banjir dan dua kecamatan rawan longsor.
"Tidak hanya terdapat enam kecamatan yang rawan banjir dan dua kecamatan yang rawan longsor," jelas Bupati Kudus HM Hartopo saat memberikan sambutan apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Alun-alun Simpang Tujuh, Kudus, Senin (24/10/2022).
Hartopo mengatakan bencana menjadi langganan di Kudus. Tercatat ada sebanyak 72 kejadian angin kencang, 40 banjir, dan 21 tanah longsor pada tahun 2021 lalu. Sedangkan per September 2022 ini telah terjadi bencana 53 angin kencang, 16 banjir, dan 29 tanah longsor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus waspada, peningkatan curah hujan itu akan berbanding lurus dengan potensi bencana yang bisa terjadi, upaya preventif harus kita lakukan, ini tidak menjadi tugas pemerintah saja, melainkan semua elemen masyarakat bisa ikut terlibat sesuai perannya masing-masing," terang Hartopo.
Lebih lanjut, Hartopo menjelaskan sesuai prakiraan cuaca musim penghujan diperkirakan lebih awal tahun ini. Menurutnya puncak musim penghujan diperkirakan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2023. Oleh karena itu, Hartopo mengatakan masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi terjadi bencana saat musim penghujan.
"Musim penghujan satu bulan lebih cepat daripada biasanya. Sedangkan puncaknya musim hujan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari tahun depan," jelasnya.
Kepala harian BPBD Kudus, Mundir mengatakan seluruh wilayah kecamatan di Kudus rawan terjadi bencana. Mulai banjir, tanah longsor dan angin ribut.
"Yang longsor itu Kecamatan Gebog dan Dawe, yang banjir, Kaliwungu, Undaan, Mejobo, dan Jekulo. Bae dan Kota itu puting beliung dan ini hampir semua," ungkap Mundir kepada wartawan selepas apel.
(aku/sip)
