Pembantaian berdarah yang terjadi di sebuah penitipan anak di Thailand menjadi trauma besar. Saksi mata mengungkap suasana horor saat pelaku yang merupakan mantan polisi itu menerobos masuk dan menyerang staf serta anak-anak.
Dilansir detikNews, BBC World melaporkan kepala guru tempat penitipan anak itu, Nanticha Panchum, mengatakan setelah mengatur anak-anak untuk tidur siang, ia hendak membuat makan siang. Dia lalu mendengar lima suara tembakan.
Ia berkata biasanya ada 92 anak-anak di pusat penitipan tersebut. Namun karena bus bersama sedang mogok dan cuaca hujan, saat itu hanya ada 24 anak di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya 1 Anak yang Selamat
"Ini sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya benar-benar tidak bisa memikirkan apapun saat ini," katanya.
Nanticha mengatakan pria pelaku pembantaian itu tidak pernah kelihatan tidak sehat. Selama ini, kata dia, pelaku selalu berlaku sopan ketika mengantar putranya dan kadang-kadang hampir terlalu banyak bicara.
Namun tiba-tiba pada hari Kamis (6/10), Nanticha menceritakan seorang kolega berkata kepadanya bahwa mata pria itu juling dan ia tidak banyak bicara. Para guru berusaha mengunci pintu, tetapi pria itu mendobrak masuk dan pergi ke kamar tempat anak-anak tidur, katanya.
Nanticha mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa beberapa anggota staf sedang makan di luar ketika si penyerang memarkir mobilnya dan menembak mati empat orang dari mereka.
Ia kemudian mendobrak pintu dengan kakinya dan kemudian masuk ke dalam ruangan dan mulai menyerang anak-anak.
Seorang guru PAUD yang kelimpungan menceritakan bagaimana ia mengunci pintu dan berusaha mencari pertolongan sebelum si pembunuh yang bersenjatakan pistol dan pisau menembak masuk dan menyerang anak-anak yang sedang tidur.
Badannya gemetaran ketika menceritakan kepada Thairath TV Thailand tentang bagaimana ia mendengar suara mirip dengan petasan dan menyaksikan dua koleganya terbaring di lantai sebelum melihat si penyerang berjalan ke arahnya.
Dia juga mengatakan sempat menyuruh rekan-rekan lain untuk masuk ke sebuah ruangan dan mengunci pintu sebelum memanjat keluar dari dinding untuk mencari pertolongan.
Guru itu menangis sambil mengatakan ia tidak berhasil mendapatkan pertolongan tepat waktu.
Korban Paling Muda Berusia 2 Tahun
Anak-anak berusia paling muda dua tahun menjadi korban serangan di PAUD yang terletak di Provinsi Nong Bua Lamphu itu. Pejabat distrik Jidapa Boonsom, yang bekerja di sebuah kantor di dekatnya mengatakan jumlah anak-anak di sekolah lebih sedikit dari biasanya ketika si penyerang tiba karena kondisi hari itu hujan lebat hingga membuat banyak orang tidak berangkat.
"Penembak datang sekitar waktu makan siang dan mula-mula menembak empat atau lima petugas di pusat penitipan anak," kata Jidapa kepada kantor berita Reuters.
"Ini sungguh mengejutkan. Kami sangat takut dan berlari untuk bersembunyi begitu kami tahu itu penembakan. Begitu banyak anak yang terbunuh, saya belum pernah melihat yang seperti itu."
Seorang guru yang berhasil melarikan diri menyebut pisau yang dibawa penyerang berbentuk melengkung seperti pisau untuk memotong rumput.
Sementara itu, Paweena Purichan (31) mengatakan kepada kantor berita AFP ia sedang mengendarai sepeda motornya ke toko ketika bertemu dengan si penyerang yang mencoba menabrak pengemudi lain saat ia melarikan diri menggunakan truk.
"Ia berniat menabrak orang lain di jalan," katanya.
"Si penyerang menabrak sebuah sepeda motor dan dua orang terluka. Saya pun ngebut untuk menjauh darinya.
"Ada darah di mana-mana," katanya.
Polisi menyebut nama penyerang itu Panya Kamrab, seorang letnan kolonel polisi yang telah diberhentikan dari kepolisian karena menggunakan narkoba.
Mereka mengatakan ia tampak gelisah sebelum serangan itu dan melepaskan tembakan setelah tidak dapat menemukan anaknya di lokasi kejadian itu, menurut media ThaiPBS.
Simak Video "Video: Geger Penembakan Massal di Bangkok, 6 Orang Tewas"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)