Dua anak perempuan berinisial ASN (13) dan AS (8) kini tak lagi masuk sekolah. Ibu kedua anak itu, S, tak memperbolehkan anaknya keluar rumah sejak pandemi COVID-19.
Saat dijumpai detikJateng di rumahnya di Kecamatan Mijen, Demak, anak yang paling kecil nampak diam saja saat digendong perangkat desa setempat. Anak itu diam dengan tatapan kosong meski terus dibujuk untuk kembali sekolah oleh perangkat setempat.
Sementara anak pertama hanya berbaring di kasur. Ibu kedua anak tersebut mempersilakan perangkat desa dan tamu lainnya masuk. Pasalnya mereka jarang menerima tamu, bahkan pintu rumahnya selalu terkunci selama 24 jam.
Rumah yang berukuran sekitar 4x5 meter itu hanya memiliki satu kamar. Di teras rumah terdapat sejumlah burung peliharaan dalam sangkar yang tergantung. Kotorannya jatuh dan nampak membekas di lantai. Saat memasuki pintu, ada juga bangkai serangga yang dibiarkan di lantai.
Anak pertama itu hanya berbaring di kasur dan menutupi wajahnya saat kepala desa datang. Ia justru menangis saat dibujuk untuk sekolah lagi.
S yang nampak dapat merespons pembicaraan dengan baik itu juga tak memperbolehkan kedua anaknya sekolah saat ditanya perangkat sekolah. Bahkan perangkat desa setempat juga membujuk anak tersebut untuk diajak tinggal bersama dan disekolahkan.
Kepala Desa Mlaten Zumar Azhari didampingi ketua RT setempat Asmudi saat kembali membujuk ibu dan kedua anak tersebut. Perangkat desa tersebut juga didampingi Babinkamtibmas dan pihak kepolisian setempat.
Zumar mengatakan bahwa kedua anak tersebut tidak lagi masuk sekolah pasca-pembelajaran jarak jauh atau daring. Ia memperkirakan kedua anak itu tak sekolah selama sekitar 2 tahun.
"Sekitar dua tahunan (tidak masuk sekolah). Kalau dulu kan belajar daring memang masih belajar, tapi pas ketika tatap muka sudah nggak mau masuk lagi," ujarnya, Kamis (15/9/2022).
"Kayaknya anaknya itu trauma nggak boleh keluar, kumpul ketemu teman-temannya. Jadi memang ibunya itu overprotective karena kasihan anaknya, mungkin seperti itu, takut kena COVID-19. Sampai akhirnya disuruh di rumah terus sampai sekarang, seperti itu," imbuhnya.
Ia menjelaskan bahwa sejumlah tetangga dan perangkat setempat hingga tingkat kecamatan sudah berusaha membujuk tapi belum berhasil. Untuk makan sehari-hari, kedua anak tersebut tetap dikunci dalam rumah.
"Anaknya di rumah dikunci, kata tetangga ya, terus ibunya cari sayur, cari bahan mateng, pulang makan," terangnya.
Ia menuturkan bahwa kendala kedua anak tersebut bukan lantaran biaya tapi karena larangan dari ibunya. Ia menyebut kondisi kejiwaan ibunya kurang stabil.
"Kondisi kejiwaan ibunya memang kurang stabil," terangnya.
Ia menerangkan bahwa ayah dari kedua anak tersebut, merupakan warga asal Semarang yang kerja di Mranggen. Sang ayah hanya pulang sekali dalam satu minggu. Ia sudah pernah membujuk ayah kedua anak tersebut agar kerja dekat kedua anak-anaknya.
"Maksud saya kalau kerja dekat rumah bisa kumpul dengan anak-anaknya. Karena anaknya itu sering ngobrol itu sama ayahnya," jelasnya.
Dua anak itu terkurung di rumah, simak di halaman selanjutnya..
(aku/sip)