Para peneliti memeriksa temuan kerangka seorang pemuda berusia 31.000 tahun di Gua Liang Tebo, Kalimantan. Dari hasil penelitian kerangka di gua yang menyimpan lukisan purba paling awal di dunia itu, dilansir detikNews yang mengutip BBC Indonesia, Dr Melandri Vlok mengatakan kaki kiri kerangka itu 'sangat jelas' diamputasi.
Menurut hasil pemeriksaan kerangka purba yang diterbitkan dalam jurnal Nature itu, ada indikasi operasi amputasi itu terjadi saat si empunya kerangka masih kecil. Dari pertumbuhan dan penyembuhan tulang kakinya menunjukkan anak itu hidup hingga 6-9 tahun usai diamputasi.
Menurut hasil analisis para arkeolog, dikutip dari detikNews, anak itu dirawat komunitasnya selama bertahun-tahun setelah 'dioperasi'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami dengan sangat hati-hati membersihkan endapan dan merekam bagian bawah kerangka ini. Kami melihat kaki kirinya tidak ada, tetapi juga terdapat pecahan tulang yang tersisa, yang tidak biasa," kata Dr Tim Maloney kepada BBC News.
Dr Tim Maloney dari Universitas Griffith di Australia itu adalah salah satu dari tiga peneliti yang menemukan dan melakukan ekskavasi kerangka itu. "Jadi kami antusias menyambut berbagai kemungkinan, termasuk operasi tubuh yang menyebabkan hal ini (kaki kiri tidak ada)," ujar Maloney, dikutip dari detikNews pada Kamis (8/9/2022).
"Dengan temuan seperti ini, ada campuran antara senang dan sedih, karena hal ini terjadi pada seseorang. Orang ini -seorang anak kecil- mengalami penderitaan luar biasa, bahkan jika itu terjadi 31.000 tahun lalu," imbuh dia.
Tim penggali kemudian meminta Dr Vlok dari Universitas Sydney memeriksa tulang belulang tersebut.
Dr Maloney menjelaskan, hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda individu tersebut telah dirawat sampai pulih. Para arkeolog pun meyakini bahwa itu tindakan operasi amputasi, bukan karena hukuman atau ritual.
"Supaya mereka bisa tetap tinggal di daerah pegunungan ini, sangat mungkin komunitas mereka melakukan perawatan," jelasnya.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...
"Ini menunjukkan kepada kita bahwa merawat orang lain merupakan bagian dari manusia. Kita tidak bisa meremehkan nenek moyang kita," kata Prof Charlotte Robertson kepada BBC.
"Pada masa sekarang, dalam konteks keilmuan Barat, Anda berpikir amputasi merupakan operasi yang sangat aman. Seseorang diberikan suntikan penghilang rasa sakit, prosedur steril dijalankan, pendarahan terkontrol, dan pengelolaan rasa sakit. Lalu, Anda punya bukti ini, 31.000 tahun yang lalu, seseorang melakukan amputasi, dan itu berhasil," lanjut dia.
Kini Dr Maloney dan rekan-rekannya menyelidiki jenis batu yang digunakan untuk alat amputasi itu.
Simak Video "Video: Heboh Pasien RSU Mitra Sejati Medan Diamputasi Tanpa Izin Keluarga"
[Gambas:Video 20detik]
(dil/sip)