"Lokasinya di persawahan, berbatasan langsung dengan genangan WGM. Sebenarnya masuk peraiaran WGM, tapi karena air nya surut biasanya dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam," kata Ketua RT 001 Lingkungan Pudak, Iswanto, kepada detikJateng, Rabu (17/8).
Ia mengatakan, upacara di kawasan genangan WGM itu diikuti sekitar 50 warga Pudak. Sebagian besar mereka berprofesi sebagai petani. Namun, terdapat juga para pemuda yang juga berperan sebagai petugas upacara.
"Tadi menuju lokasi menggunakan perahu, sekitar 1 kilometer ke lokasi upacara. Bisa jalan kaki tapi jauh. Tadi itu juha sepontan, bapak-bapak yang lagi mencangkul ibu-ibu yang sedang menanam ikut upacara," ungkap dia.
Iswanto menuturkan, upaca yang dilakukan secara sederhana itu dimulai pukul 10.00 WIB dan berlangsung selama 15 menit. Sebelum upacara berlangsung, dilakukan gladi bersih sekali.
Menurutnya, rangkaian upacara itu hampir sama dengan pada umumnya. Ada penghormatan bendera, pembacaan teka proklamsi, ada pemimpin upacara, pengibar bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, mengheningkan cipta dan lain-lain.
"Bedanya tadi tentang pelaksanaan pengibaran bendera. Jika biasanya bendera dikerek, tadi tidak demikian. Jadi bendera sudah dipasang di tiang bambu, kemudian ditancapkan dan ditegakkan. Karena kan banyak lumpur di sawahnya, jadi mudah. Tapi kami tetap profesional jangan sampai bendera itu jatuh," ujar dia.
Menurutnya, pakaian yang digunakan para peserta dibuat santai dan bebas. Apa yang digunakan dalam sehari-hari dipakai. Untuk para petani memakai pakaian saat ke sawah.
Termasuk alasan upacara digelar di lokasi tersebut, kata Iswanto, agar dekat dengan para warganya yang kebanyakan petani.
"Ini kan memang direncanakan. Karena awalnya yang upacara di lapangan pesertanya pegawai, PKK, anak sekolah dan lain-lain. Nah ini mewadahi masyarakat lainnya. Ini atas kerjasama pemuda juga," kata Iswanto.
(sip/sip)