Ganjar Baiat 22 Eks Napiter Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Ganjar Baiat 22 Eks Napiter Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Erika Dyah - detikJateng
Rabu, 17 Agu 2022 12:42 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi inspektur upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-77 di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Kota Semarang.
Foto: Dok. Pemprov Jateng
Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi inspektur upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-77 di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Kota Semarang. Kegiatan ini turut diikuti oleh 22 ekss narapidana teroris (napiter).

Dalam kesempatan tersebut, Ganjar secara khusus menyematkan hasduk merah putih di kepala salah seorang eks napiter bernama Joko Priyono sesaat sebelum upacara dimulai. Ganjar mengungkap keinginannya agar para eks napiter bisa turut serta memberikan pemahaman terhadap bahayanya intoleransi dan radikalisme.

Ia menyebut keterlibatan eks napiter dalam upacara tersebut membuktikan Jawa Tengah di bawah kepemimpinannya memiliki toleransi yang tinggi. Serta memiliki kepedulian terhadap pemberantasan tindak intoleransi dan radikalisme.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ingin mereka bercerita kepada masyarakat, menyampaikan pendidikan baik kepada pelajar, di rumah ibadah bahwa mereka punya pengalaman dan pernah salah dan itu diakui," tutur Ganjar dalam keterangan tertulis, Rabu (17/8/2022).

Ganjar menyebut hal ini nantinya dapat menjadi satu nilai kebersamaan dan nilai persatuan. Menurutnya para napiter pun bisa memberikan testimoni tentang proses kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, lalu mengedukasi dan membuat banyak kegiatan lain, termasuk aktivitas sosial.

ADVERTISEMENT

"Itu pesan yang ingin saya sampaikan agar anak bangsa tidak salah arah, agar semua nilai Pancasila betul membumi," tandasnya.

Sementara itu, salah seorang eks Napiter bernama Joko Priyono mengungkap syukurnya bisa kembali bersilaturahmi dengan eks napiter lain dan masyarakat dalam upacara ini.

"Jadi, ketika kita di sini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Tengah memiliki toleransi tinggi. Kita bisa diterima dari kalangan manapun," ujar Joko.

Joko yang pernah divonis empat tahun penjara karena terlibat jaringan Jamaah Islamiyah (JI) ini mengaku sangat mengapresiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang telah mengundang para eks napiter untuk ikut memberi hormat bendera merah putih di hari kemerdekaan.

"Jadi saya apresiasi Pak Gubernur Ganjar yang telah memberi kesempatan eks napiter dalam upacara 17 Agustus ini," lanjutnya.

Joko yang kini merintis usaha optik menjelaskan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga telah memberikan perhatian lebih terhadap para eks napiter. Misalnya, dengan memberikan pelatihan wirausaha sekaligus pinjaman modal untuk usaha.

"Pemerintah Alhamdulillah baik. Setelah keluar dari penjara ada proses mengembalikan kesejahteraan, misalnya usaha. Itu dilakukan secara nyata. Seperti memberikan pelatihan memasarkan produk dan usaha bisa mengajukan proposal, Insyaallah dibantu," ungkap Joko.

Ia menambahkan dirinya saat ini membentuk Neo JI bersama rekan-rekannya yang telah keluar dari JI. Tujuannya, meluruskan pemahaman terorisme menuju ahlussunah wal jamaah.

"JI bubar di tahun 2007, dan di tahun 2008 saya mendirikan Neo JI untuk meluruskan pemahaman. Bersama teman-teman yang lain kita mencoba mengajak kembali kepada akidah ahlussunah wal jamaah. Tolong pahami Pancasila ini lebih adil, dari proses sejarah terbentuknya, sebagai suatu kemaslahatan, dan dibuat untuk kebaikan bangsa Indonesia," terangnya.

Adapun pembinaan anti-radikalisme ini dilakukan tak hanya bersama Pemprov dan masyarakat. Namun juga bersama Ruangobrol Unit Idensos Densus 88 AT Satgaswil Jateng.

Sementara itu, pasangan suami-istri eks napiter lain yang hadir, Ahmad Supriyanto dan Ika Puspita Sari menuturkan pemerintah maupun masyarakat Jawa Tengah sangat terbuka dan menerima dengan baik para teroris yang telah kembali menerima konsep NKRI.

"Alhamdulillah bebas Januari kemarin. Baik mereka (pemerintah dan masyarakat Jawa Tengah). Alhamdulillah mereka membantu kami termasuk proses pernikahan kami, membantu men-support semuanya," tutur Ahmad.

Ahmad berpesan kepada generasi muda untuk dapat mempelajari agama melalui banyak guru. Sehingga tidak hanya bersumber dari satu guru dan satu pemahaman saja.

"Ceritanya panjang. Sebenarnya karena faktor ilmu, karena dulu kebodohan yang menyertai kami dan ketika dalam penjara datang ilmu-ilmu yang belum pernah kami pelajari sebelumnya, akhirnya kami mengakui bahwa inilah NKRI yang harus kita perjuangkan. Pesannya, belajarlah ilmu yang mana harus pada gurunya jangan satu guru saja, belajar dari banyak guru, karena satu guru hanya menyesatkan karena dia hanya taklid buta," paparnya.

Sang istri, Ika Puspita Sari mengungkap undangan mengikuti upacara bendera menjadi suatu kehormatan baginya.

"Alhamdulillah ini baru pertama kali diundang dalam hal ini, yang dulu dalam kelompok kami sesuatu yang tabu. Dan karena kami sudah kembali ke NKRI lagi ini suatu kehormatan bagi kami," pungkasnya.

(akn/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads