Banyak ritual yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat setiap malam 1 Suro. Salah satu yang terdengar aneh yakni ritual membuang celana dalam dan kutang.
Yap, ritual ini masih banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempercayai mitosnya. Ritual membuang kutang dan celana dalam ini banyak dilakukan di Gunung Sanggabuana, Jawa Barat.
Tetapi, aksi yang dilakukan ini semakin dirasa meresahkan. Pasalnya, aktivitas membuang pakaian dalam tersebut justru bisa mengancam lingkungan gunung karena mengotori kawasan gunung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembina Sanggabuana Conservation Foundation (SCF), Bernarld T Wahyu, mengungkapkan ritual buang celana dalam dan kutang di Gunung Sanggabuana oleh sebagian orang dimanfaatkan untuk meraup keuntungan dan mengancam kelestarian lingkungan.
"Ritual buang celana dalam dan kutang itu semakin menjadi-jadi bahkan kuncen-kuncen baru bermunculan dan mencari pengunjung yang akan ritual demi mendapatkan upah, dan tentunya ritual itu malah jadi mengancam kelestarian lingkungan sekitarnya," kata Bernarld saat dihubungi, Jumat (29/7/2022) seperti dilansir detikJabar.
Aktivitas ritual ini, kata Bernarld diduga dilakukan oleh orang dari luar wilayah Gunung Sanggabuana. Sebab, masyarakat sekitar tak ada yang melakukan ritual tersebut.
"Kalau warga seperti jelang malam 1 Suro ini paling besok itu bikin sedekah bumi atau hajat bumi tidak mengotori alam sekitar atau Sanggabuana sendiri," katanya.
Perihal ritual buang celana dalam dan kutang, tim SCF dan pegiat alam lainnya selalu melakukan operasi bersih (Opsih) celana dalam dan kutang.
"Jadi kami harus kerja ekstra berburu kutang dan celana dalam yang dibuang dan berserakan di Sanggabuana," ucap pria yang aktif di Wildlife Photograpy.
Baca juga: Unik! Domba di Magelang Ini Punya 4 Tanduk |
Pihaknya juga meminta agar pemkab setempat turun tangan untuk menertibkan ritual ini. Sebab, aktivitas tersebut bisa mengganggu kelestarian alam di Gunung Sanggabuana.
"Bagi kami Pemkab harus segera turun tangan untuk menertibkan ritual buang celana dalam ini dan kuncen-kuncen juga makom-makom perlu didata apakah benar atau sebenarnya bukan," pungkasnya.
(apl/rih)