Yayasan kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sedang menjadi sorotan setelah dapat tudingan soal masalah pengelolaan dana. ACT diduga bermasalah soal program pembangunan 91 sekolah yang merupakan kompensasi Boeing untuk keluarga korban kecelakaan Lion Air tahun 2018 silam.
Marketing Komunikasi ACT Kabupaten Pati, Rizky Risdya, mengatakan terkait program pembangunan 91 sekolah bagi korban pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-610 yang jatuh pada 29 Oktober 2018 silam bukan menjadi kewenangan ACT daerah. Menurutnya program tersebut dari pusat.
"Kalau di sini tidak ada bantuan Lion Air (program pembangunan sekolah), kita tidak ada di Pati. Kalau itu langsung dari pusat yang ngurus itu semua dari pusat," jelas Rizky ditemui di kantornya Jalan Dr Setia Budi nomor, Pati Kidul, Kecamatan Pati, Selasa (5/7/2022).
Rizky mengatakan terkait dengan pemberitaan yang tengah heboh soal ACT tidak berdampak pada aktivitas melayani masyarakat. Dia menjelaskan ACT Pati tetap melayani masyarakat.
"Dari cabang kita intinya ikut di pusat, sesuai arahan di pusat itu (sesuai rilis yang telah disampaikan). Tidak terganggu (aktivitas pelayanan masyarakat), seperti biasa, kita tetap melayani masyarakat, melayani umat," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, detikJateng mencari tahu soal sumbangan pembangunan sekolah bagi keluarga korban pesawat Lion Air. Salah satu keluarga korban yakni Tarnadi (60), warga Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati.
Anak tunggal Tarnadi, Nicko Yogha Marenta Utama menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Laut Karawang, Jawa Barat tahun 2018. Nicko bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Terpadu Pangkal Pinang. Nicko meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil.
"Kalau saya kan ibaratnya dari ayah ya, yang masuk kan istrinya (istri dan anak almarhum tinggal di Depok), jadi hubungan langsung dengan istri. Terkait sekolah tidak pernah tahu, sebab kabar utama yang tahu langsung dari istrinya, tapi untuk kabar sekolah tidak pernah tahu," terang Tarnadi ditemui di rumahnya, Senin (4/7).
"Tidak tahu, tidak ada yang ke sini, sudah empat tahun ini," lanjutnya.
Selain Nicko, korban asal Pati lainnya adalah Pangky Pradana Sukandar warga Kelurahan Kalidoro, Kecamatan Kota. Hanya saja saat detikJateng datang ke rumahnya, kondisi kediamannya sepi. Tampak pagar terkunci dan informasi dari tetangga menyebutkan keluarga almarhum tinggal di Semarang.
Halaman selanjutnya, aktivitas ACT Pati...
(rih/sip)